Setelah puas melihat Manta, sailing dilanjutkan menuju suatu spot yang sangat terkenal (justru) di kalangan turis mancanegara (yah…. di kalangan turis domestik juga terkenal sih, hanya saja lebih banyak turis mancanegara yang datang ke sana), yaitu Pink Beach, atau Pantai Merah yang ada di salah satu sudut Pulau Komodo, Flores.
Pantai Merah merupakan salah satu dari 7 pantai di dunia yang pasirnya berwarna merah muda. Selain Pantai Merah atau Pink Beach yang ada di Pulau Komodo ini, Pink Beach juga terdapat di Harbor Island, Bahamas; Bermuda; Santa Cruz Island, Filipina; Sardinia, Itali; Bonaire, Dutch Carribean Island dan Balos Lagoon, Crete, Yunani. Nah, bangga dong ya….. ternyata di Indonesia tercinta ini ada salah satu pantai yang pasirnya berwarna pink, yang hanya ada 7 di dunia! Ah, I’m proud to be an Indonesia!
Kapal yang saya naiki bergerak meninggalkan Manta Point menuju Pink Beach. Matahari siang bersinar sempurna, ditambah desiran angin laut yang cukup kencang, buih yang pecah di ujung buritan kapal meninggalkan jejak busa putih di belakang. Dan di depan saya sudah terbentang selarik garis merah muda tipis yang membatasi hijau birunya lautan dengan putihnya pasir. Yeay….. Pink Beach, here I come!
Pantai Merah siang itu cukup ramai oleh pengunjung, baik wisatawan mancanegara maupun lokal. Pantainya yang khas dengan pasir berwarna merah muda terlihat lebih shiny karena sina matahari yang bersinar dengan sangat terang 😀
Seperti biasa, dari kapal kami harus menggunakan kapal putih kecil untuk mencapai bibir pantai karena menghindari karang dan coral yang terlihat jelas di bawah permukaan air laut yang sangat jernih ini. Dan begitu kaki terbenam di pasir pantai…… hanya halus yang terasa di telapak kaki.
Di Pantai Merah saya hanya berniat untuk menikmati keindahan yang ada sambil mengabadikannya dari balik lensa kamera. Ga pake acara berendam di pantai (pertimbangannya karena matahari yang sangat cerah sinarnya :D).
Saya berjalan ke sisi kanan pantai untuk kemudian mendaki bukit kecil yang ada di ujungnya untuk melihat pantai ini dari atas. Pasir di pantai ini sangat halus, dengan semburat warna merah muda yang konon berasal dari serpihan karang berwarna merah yang sudah mati dan banyak ditemukan di pantai ini. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa warna merah muda itu karena keberadaan hewan mikroskopik bernama foraminifera yang menghasilkan warna merah muda atau pink terang pada terumbu karang. Mana yang benar, wallahualam.
Di ujung pantai, saya melangkahkan kaki untuk mendaki sebuah bukit kecil. Seperti pulau-pulau kecil yang telah kami singgahi selama perjalanan sailing ini, bukit yang ada di sini pun terlihat coklat, kering meranggas karena musim kemarau yang sangat panjang ini. Sehingga, setiap kaki menjejak ke permukaannya, selapis tipis debu tanah akan terbang dari permukaannya yang kering. Rumput-rumput yang tumbuh di permukaan tanah pun terlihat kering kecoklatan.
Kaki saya akhirnya sampai di puncak bukit kecil itu, dan apa yang saya lihat??? Wow….. pemandangan Pink Beach yang terlihat dari atas ini sungguh indah! Bukit yang coklat mengering terlihat sangat kontras dengan putih dan merah muda pasir pantai, ditambah gradasi biru toska air laut. Bagus banget!!!
Sinar matahari yang bersinar garang tidak mematahkan semangat saya untuk berpanas-panas berdiri di atas bukit dan mencoba merekam seluruh keindahan yang terpampang di depan mata. Walaupun keringat deras mengucur 😀
Setelah puas menikmati keindahan Pink Beach dari atas bukit, saya kemudian menuruni bukit untuk “pindah” ke bukit yang ada di seberangnya, di sisi kiri pantai. Menyeberangi pasir halus berwarna merah muda dan putih yang basah dan sedikit hangat, sambil melihat teman-teman yang sedang asyik ber-snorkling ria di bibir pantai, menyenangkan.
Di sisi kiri pantai, kembali saya melangkahkan kaki, menyusuri bukit tanah berdebu yang ditumbuhi ilalang yang mengering, dan beberapa perdu yang berusaha mendekap erat warna hijau daunnya di tengah kemarau yang panjang ini. Kaki saya akhirnya tiba di puncak bukit, dan mata saya kembali disuguhi pemandangan yang tidak kalah cantiknya. Gradasi air laut, semburat merah muda di pasir, serta eksotisnya bukit yang mengering berwarna coklat, sungguh bagaikan lukisan. Jadi menyesal, kenapa tidak dari dulu saya berani meng-explore bagian timur dari negeri tercinta ini???
Setelah mendapatkan beberapa frame terbaik dari atas bukit, kaki saya mulai melangkah menuruni bukit. Setiap kaki ini menjejak tanahnya, selapis debu coklat tipis akan naik dari permukaan, betapa kering dan gersangnya bukit ini di tengah kemarau yang sangat panjang ini. Saya membayangkan alangkah hijaunya bukit ini dan bukit-bukit lain yang telah saya datangi pada musim penghujan. Pasti keindahannya akan memberikan kesan yang berbeda. Jadi timbul keinginan untuk datang kembali pada musim penghujan, untuk melihat hijaunya pulau dan bukit-bukit ini.
Akhirnya saya menghentikan langkah di bawah sebatang pohon yang cukup lah menghalau sinar matahari yang sedang garang-garangnya ini. Bergabung dengan teman-teman yang juga sedang menghindari sinar matahari yang cukup bikin kulit terasa seperti dicubit-cubit 😀
Duduk-duduk di dahan sebuah pohon besar yang tumbuh di pinggir pantai, sembari bercanda dengan teman-teman, dan menunggu teman-teman yang masih asyik berenang, menikmati pemandangan laut yang luar biasa indahnya, dan merasakan hembusan angin laut yang makin lama makin membuat mata saya semakin redup, ngantuk! 😀
Dan akhirnya karena akan mengejar sunset di suatu tempat yang tidak kalah eksotis dan indah, kami pun kembali ke kapal untuk meneruskan pelayaran ini (ish…. istilahnya “pelayaran ini” berasa naik cruise wisata yang gede itu :D). See you again Pink Beach…. I will see you again, someday.