Setelah menikmati aroma cinta di Pink Beach, perjalanan saya pun berlanjut menuju suatu tempat yang ternyata tidak kalah indahnya. Kapal Halma Jaya yang saya naiki bergerak meninggalkan semburat merah muda-nya pasir pantai, dan bergerak semakin menjauh ke arah Timur. Sekitar 2 jam kemudian, kapal yang saya naiki telah berada di perairan yang berhadapan dengan bukit-bukit yang sambung-menyambung. Terlihat beberapa kapal juga yang bersandar di sana. Iya, saya telah tiba di depan Pulau Padar. Pulau yang selama ini hanya saya dengar dari cerita teman, dan hasil membaca berbagai artikel dari media online, sekarang bisa saya lihat dengan mata kepala sendiri.
Barisan perbukitan yang berwarna coklat, kering namun eksotis terbentang luas di depan mata saya. Terlihat sangat kontras dengan pasir pantainya yang putih kecoklatan, birunya langit dan gradasi hijau toska lautan. Speechless!
Sambil menunggu antrian menaiki kapal kecil yang akan mengantarkan saya dan teman-teman untuk mencapai bibir pantai di Pulau Padar, saya memuaskan mata dengan mengamati sekeliling. Beneran deh, Tuhan menciptakan surga itu ada di Indonesia.
Dan ketika kaki saya mendarat di halusnya pasir putih di pantainya, keindahan itu semakin nyata. Saya mengikuti rombongan untuk menaiki bukit yang ada di depan kami. Menjejakkan kaki di keringnya tanah berbatu, menanjak dengan hati-hati karena di beberapa bagian tanah dan batunya gampang lepas. Sehingga sebelum menginjakkan kaki di tanah secara “ajeg” harus dirasa-rasa dulu apakah tanahnya stabil, atau malah labil?
Ditemani dengan matahari sore yang bersinar terang (cenderung panas :D), saya menaiki bukit tanah berbatu itu menuju puncaknya. Saya menyusuri jalan setapak yang ada di punggung bukit. Menikmati setiap “centi” tanah berbatu yang saya lalui, rerumputan kering, debu halus tanah yang akan naik dari permukaan tanah setiap ada kaki yang menjejaknya, serta menghitung satu dua rerumputan yang masih menyisakan warna hijaunya.
Semakin ke atas, punggung bukit ini semakin berbatu. Jalanan setapak yang tadinya rata, mulai berundak-undak sehingga untuk mencapai ke puncak, saya pun harus melipir-melipir jalannya. Saya menemukan sebatang pohon di sela-sela undakan-undakan batu, daunnya masih menyisakan warna hijau bercampur dengan coklat dari dedaunannya yang mengering.
Saya tiba di (beberapa meter sebelum) puncak bukit dengan keringat yang lumayan banyak mengucur di sekujur tubuh. Matahari sore itu masih terang benderang. Dan saya pun beringsut mencari tempat yang sedikit terlindung dari matahari untuk menghindar dari panasnya. Duduk di balik bongkahan batu, beralaskan rumput yang mengering sambil menikmati suasana sore, matahari yang semakin beranjak ke sisi Barat, hembusan angin, gemerisik suara rumput kering dan celotehan teman-teman.
Saya dan teman-teman akan tetap di atas bukit hingga matahari terbenam.
Menikmati menit demi menit, menunggu bola kuning keemasan menjatuhkan diri ke garis cakrawala sambil memuaskan mata dengan pemandangan yang sangat indah ini, sungguh pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan sore itu, ketika seluruh teman-teman telah tiba di atas bukit, kehebohan kecil terjadi. Ada apa???
Bukit yang tadinya tenang, tiba-tiba berubah bak behind the stage-nya catwalk. Beberapa teman dengan segera berganti costume. Dan gaun-gaun indah pun segera dipakai. Hei, apakah bakal ada photo session di sini?
Yes! Rombongan “top model” trip Sailing Komodo pun segera beraksi. Pasang gaya dengan gaun-gaun cantik yang telah disiapkan. Girls, persiapan kalian benar-benar dahsyat ya…. :p
Esa, Delvie, Ayu, Yoma, Osok beraksi bak di atas catwalk, dan mas Har siap membidik dari balik lensa kamera.
Selagi rombongan top model melakukan photo session, teman-teman yang lain memanfaatkan moment menjelang sunset ini dengan berfoto sebanyak-banyaknya. Nyaris tidak ada spot kosong, semua dipakai untuk foto 😀
Ada yang sambil latihan yoga, bergaya bak Superman, memegang bendera merah putih, selfie sana sini dan seribu gaya lainnya.
Sementara saya, seolah terpaku dengan keindahan yang terpampang di depan mata.
Bukit Padar yang sambung-menyambung membentuk formasi seperti sebuah percabangan pohon ke kanan dan kiri, dengan lengkungan garis pantai yang sangat unik. Ditambah dengan kilau kuning keemasan cahaya matahari di atas permukaan air di sisi Barat, dan bola jingga yang semakin rendah seperti akan menyentuh wajah lautan, benar-benar seperti lukisan. Saya menikmati saat-saat menghilangkan matahari di balik bukit di sisi Barat sambil merekam semuanya dari balik lensa kamera. Hey, I love sunset very much!
Seiring sore berganti senja, dan ketika gelap mulai merambat perlahan di Bukit Padar, saya pun bergegas menuruni punggung bukit untuk kembali ke pantai. Sedikit terburu-buru untuk turun, karena takut kemalaman dan semakin gelap (pas naik, terang benderang, itu aja beberapa kali hampir kepleset, apa kabar kalau gelap? :p).
Dan begitu sampai di pantai, saya pun kembali bergegas menaiki perahu kecil untuk sampai ke kapal. Sampai di kapal, mas-mas ABK sudah menyiapkan makan malam dengan menu yang sangat spesial! Hmm….. nyam… nyam… Mari makan….. #ambilpiringnasilauksayurbuah 😀
Malam ini kami akan bermalam sambil menikmati bintang di depan Pulau Padar ini. Wow……. #mataberbinarbinar #penuhtandacinta
Selesai makan kami menghabiskan malam dengan cerita-cerita di ruangan utama kapal. Riak gelombang hampir tak terasa, dan kapal nyaris tidak bergerak. Bulan terlihat jelas di luasnya langit Padar, ditemani ribuan bintang. Huuuuuuuaaaaaa…….. I love this night!
Keinginan untuk mendapatkan foto bulan ternyata harus saya redam, karena walaupun tidak ada gelombang, namun kapal yang bersandar di atas air ini tidaklah diam seperti yang terlihat. Saya awalnya sudah mencoba untuk memasang kamera di atas tripod, tapi tiba-tiba….. terasa ayunan kecil riak gelombang yang membuat kapal sedikit bergoyang. Ah, bulan malam ini cukup dinikmati dengan lensa mata saja.
Dan malam ini adalah malam paling tenang selama sailing trip ini. Tidak ada suara motor kapal yang mengejar tujuan di depan kami, tidak ada suara gelombang yang pecah menghantam buritan kapal. Tenang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Alarm di handphone saya berbunyi seiring teriakan Seto, TL trip, “Bangun, bangun…. Yang mau sunrise-an”.
Setelah cuci muka dan sikat gigi, saya pun segera menyambar dry bag berisi kamera dan tripod. Yuk, kita hunting milkyway dan sunrise.
Saya termasuk yang terakhir tiba di pantai Padar. Sementara teman-teman yang lain sudah mulai mendaki bukit untuk menikmati sunrise di sana. Hmm…. Saya sudah memutuskan untuk tidak ikut menyambut sunrise di atas bukit karena saya ingin milkyway-an di pantai.
Duduk di hamparan pasir dan batu yang ada di pantai Pulau Padar ini, sambil menikmati langit yang berhiaskan ribuan, bahkan mungkin jutaan bintang yang berpijar, membuat saya tidak bisa berkata-kata. Ah, suasana seperti ini yang selalu membuat saya rindu dengan rumah. Teringat biasanya duduk di ayunan besi yang ada di halaman, sambil menikmati langit malam dengan bintang dan bulan yang menghiasinya, sambil bercerita dengan ibu dan bapak. Huuuuuuaaaa….. mendadak kangen rumah.
Saya harus menunggu beberapa saat sebelum beranjak memasang tripod dan menyetel kamera. Okay, semoga malam ini beruntung dan mendapatkan foto langit Padar yang cakep ini.
Saya mencari beberapa spot untuk mendapatkan foto dengan angle yang berbeda. Dan ternyata……. Langit Padar tidak kalah cantik dengan landscape-nya. Heaven is here.
Setelah mendapatkan beberapa shot foto, saya kemudian mengarahkan kamera ke sisi Timur untuk mendapatkan moment munculnya matahari pagi itu. Semburat jingga mulai terlihat di langit Timur. Namun sayang, ternyata pagi itu kabut sedikit tebal sehingga saya tidak bisa melihat si bola emas muncul dari balik cakrawala. Tapi benar, Padar, I love You from sunset to sunrise and back!
Sambil menunggu teman-teman turun dari atas bukit, saya memuaskan mata untuk menikmati pemandangan indah yang ada di depan mata. Ternyata, kapal kami bukan satu-satunya kapal yang bermalam di depan Pulau Padar ini, di balik bukit di sisi kanan ternyata ada 1 kapal pesiar yang ditumpangi Becky Tumewu dan keluarganya. Dan pagi ini kami sempat bertemu di pantai Pulau Padar ini.
Setelah seluruh teman-teman turun, kami pun kembali ke kapal untuk kemudian melanjutkan perjalanan. Setelah dari Padar ini, kami akan dibawa ke mana ya??? Penasaran deh….. Yuk, kita berlayar….