Setelah hampir 5 tahun tidak pernah menginjakkan kaki ke Kota Malang, akhirnya saya kembali. Ya, beberapa waktu yang lalu akhirnya saya kembali mengunjungi Malang. Kali ini tanpa target destinasi, kecuali Bromo. Perjalanan saya ke Malang kali ini benar-benar tanpa itinerary wisata seperti biasa. Hanya ingin berkeliling kota, mencicipi kuliner, bertemu para sahabat dan tentunya merasakan dinginnya udara di Bromo.
Menikmati perjalanan kurang lebih 12 jam menggunakan kereta api, pagi itu saya tiba di Malang sekitar pukul 07.05 wib. Cuaca di Malang cerah. Dan ternyata, stasiun Malang Kota sudah berganti wajah, baru! Wow! Stasiun barunya bersih, rapi, menyenangkan. Begitu tiba di pintu keluar stasiun, yang terlintas di kepala saya adalah “Sarapan di mana nih?” Hasil browsing menampilkan “Toko Kopi Gao” yang menyajikan beragam kopi klasik. “Wah, sepertinya layak dicoba”.
Berbekal alamat dari hasil googling, saya pun tiba di Jl. Mayjend Panjaitan No.99, Penanggungan, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65113. Yup, di sinilah lokasi Toko Kopi Gao. Saat saya tiba, Kopi Gao baru saja buka, belum tampak pengunjung lainnya selain saya dan kedua teman seperjalanan saya. Setelah memilih meja, saya mulai menelusuri menu kopi yang tersedia. Dan pilihan saya jatuh pada menu kopi susu moka saring. Kedua teman saya memilih kopi susu saring klasik. Tak lupa kami memesan cemilan untuk menemaninya, pisang goreng dan mantao.
Sekitar 5 menit kemudian, secangkir kopi susu saring moka sudah terhidang di depan saya. Wangi kopi dan moka menyeruak, harum! Seperti biasa, sebelum menyeruputnya saya terlebih dulu menikmati aroma yang menguar dari cangkir, selarik uap tipis tampak menemani aroma khas kopi yang sangat wangi. Seteguk pertama, lidah saya mencoba mengenali rasa yang tercampur di dalam kopi. Sedikit taste pahit khas kopi, bercampur dengan manisnya susu dan harumnya moka. After taste seperti ada rasa coklat yang tertinggal di lidah. Hmm…… yummy. Enak! Saya juga mencicipi sesendok kopi susu saring klasik yang dipesan oleh kedua teman saya, rasanya tidak kalah enak, dengan after taste pahit yang lebih kental.
Sepiring pisang goreng dan mantao yang menemani cangkir-cangkir kopi kami pun rasanya tidak kalah. Pisang gorengnya wangi, ditaburi bubuk kayu manis dan sedikit gula halus. Penyajiannya sederhana saja, hanya menggunakan piring melamin yang dialasi selembar daun pisang, tapi rasanya….. thumbs up! Enak banget, cocok untuk menemani secangkir kopi di pagi itu.
Mantaonya pun enak, dengan pilihan isian kacang hitam atau ayam lada hitam. Tekstur roti mantaunya sangat lembut, seolah meleleh di mulut, disertai dengan isian yang kaya rasa.
Rumah Makan Inggil
Kuliner selanjutnya yang saya coba merupakan rekomendasi dari sahabat saya, Rumah Makan Inggil. Lokasinya tidak jauh dari guesthouse tempat saya menginap, jadi tinggal jalan kaki saja. Berlokasi di Jl. Zainul Arifin No.53 A-B, Sukoharjo, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119, Rumah Makan Inggil kental dengan suasana Jawa. Mulai dari pintu depan hingga, dinding, lampu hingga suasana lantai 2-nya pun sangat “njawani”. Rumah Makan Inggil ini konsepnya resto dan museum. Jadi di dalam restoran kita bisa melihat peralatan-peralatan kuno, foto Malang jaman dulu, cerita perjuangan dan sejenisnya. Di sini saya mencoba menu nasi goreng ikan asin, sate ayam dan tempe goreng. Sementara kedua teman saya memilih nasi jagung, serta tempe dan terong. Wah, di sini tempe gorengnya juara banget rasanya! Dan saya sukses menghabisnya 2 potong besar serta 3 potong kecil tempe!
Puthu Lanang
Di hari yang berbeda, saya mencoba Puthu Lanang. Ini adalah kedai (bisa dibilang seperti itu karena jualannya hanya menggunakan sebuah meja panjang sementara). Beralamat di Jl. Jaksa Agung Suprapto No.73, RT.03, Samaan, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65112, di sini dijual berbagai cemilan tradisional, mulai dari kue puthu yang menjadi ikonnya, kemudian ada cenil, lupis dan klepon. Harganya cukup murah, untuk 1 porsi yang terdiri dari 8 potong kue (semua sama harganya), kita cukup membayar Rp 15.000 saja. Puthu Lanang buka mulai jam 6 sore hingga habis. Tapi biasanya tidak sampai jam 9 malam, seluruh kue sudah habis.
Saat saya tiba di sana sekitar pukul 7 malam, antrian pembeli terlihat cukup ramai. Wangi aroma puthu yang keluar dari adonan di dalam potongan bambu yang diletakkan di atas semacam dandang memenuhi sekitar. Uap tipis keluar dari kue puthu yang telah matang. Puthu Lanang hanya melayani pembelian untuk dibawa pulang karena di sana tidak disediakan tempat untuk dine-in (ada beberapa bangku kayu panjang yang digunakan pengunjung untuk menunggu, namun tidak disediakan meja).
Rawon Rampal
Kuliner selanjutnya yang saya nikmati selama di Malang adalah Rawon Rampal. Lokasinya hanya sekitar 400 meter dari Stasiun Malang Kota, yaitu di Jl. Panglima Sudirman No.71A, Kesatrian, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65111. Warung sederhana ini menyajikan rawon sebagai menu andalannya, juga ada menu pecel, gepuk, babat, soto, perkedel dan beberapa menu lainnya.
Saya mencoba menu Rawon Rampal lengkap dengan gepuk dan telur asin. Potongan dagingnya banyak, kuah hitam yang menjadi ciri khas dari rawon terasa manis dan gurih di lidah saya. Hanya saja untuk gepuknya, rasanya sedikit terlalu manis untuk lidah saya yang terbiasa dengan taste gurih ini. Tapi overall enak kok, apalagi ditambah kecambah dan tetesan jeruk nipis, membuat makan siang saya semakin nikmat.
Toko Oen
Sebelum kembali ke Jakarta, saya menyempatkan untuk singgah di Toko Oen. Pasti sudah tahu kan toko legenda yang satu ini, yang sudah ada sejak lama di Kota Malang. Di siang menjelang sore itu, sembari menunggu jadwal kereta yang akan membawa saya kembali ke Jakarta, saya memilih untuk menghabiskan waktu di Toko Oen. Dengan seporsi Banana Split serta tiramisu cake, saya menghabiskan sisa waktu di Malang sambil bersantai. Toko Oen ini suasananya bagaikan warung kopi jaman Belanda 🙂 bangunan bernuansa putih dan hijau, dengan ruangan beratap tinggi, kursi-kursi kayu pendek beralas rotan, serta jendela-jendela besar yang mengelilingi hampir setengah ruangan. Oh iya, Toko Oen juga menjual berbagai cemilan jadul yang bisa dijadikan oleh-oleh. Jadi, tidak perlu bingung apabila ingin membelikan oleh-oleh untuk orang-orang tercinta.