Halo, 好久不见, long time no see, lama ga update 😊
Berhubung blog jendelakecildunia.com kemarin sempat ngadat, jadi update cerita jalan-jalannya sedikit tertunda.
Kali ini saya mau cerita sedikit tentang “pengalaman” terburu-buru beli tiket karena tergoda harga yang (ga terlalu) murah (juga sih). Jadi ceritanya, sekitar awal tahun 2023 kemarin saya janjian untuk jalan-jalan lah ceritanya ke negeri Sakura. Hunting tiket pun dimulai. Saya sudah mendapatkan harga SQ yang lumayan, tidak sampai 7 juta untuk perjalanan pp Jakarta – Tokyo – Osaka – Jakarta.
Namun rencana tidak selamanya pasti berjalan lancar kan ya?
Karena tidak langsung issued tiket, masih menunggu persetujuan dari rekan jalan saya, dan ternyata bukan hanya memakan waktu dalam hitungan minggu, namun mencapai bulan, akhirnya harga tersebut melambung hingga mencapai angka 9 juta.
Dan akhirnya, pilihan itu pun tereliminasi dan tergantikan oleh Eva Air dengan harga sekitar 7,8 juta pp dengan transit di Taipei untuk waktu yang cukup lama. Di sini saya memang “mis the information” dan saya kurang teliti saat akhirnya setuju untuk memilih penerbangan ini. Yang ternyata, untuk penerbangan dari Jakarta ke Tokyo, dengan waktu transit sekitar 10 jam 45 menit di Taipei, mengharuskan saya untuk PINDAH BANDARA!
Iya! Pindah bandara, dari Taoyuan International Airport (TPE) ke Songshan Airport (TSA), yang jaraknya lumayan jauh, sekitar 48.5 km! Dan, yang lebih cerobohnya lagi, saya baru mengetahui bahwa saya harus pindah bandara itu sekitar 1 bulan setelah tiket issued (ngaku sih kalo ceroboh dan ga teliti :D).
Saya mengetahui kalau penerbangan dari Taipei ke Tokyo ternyata berangkat dari bandara yang berbeda saat saya menelepon kantor perwakilan Eva Air di Jakarta untuk menanyakan apakah saya harus apply visa Taiwan. Saat ditanya oleh petugas dari Eva Air “Tapi mbak sudah tahu kan kalau untuk penerbangan lanjutan ke Jepang berangkat dari bandara yang berbeda?” saya sempat terdiam beberapa detik, dan kemudian bisa bertanya “Tapi ini masih dengan maskapai yang sama kan mbak? Difasilitasi kan dari maskapai?” Dan jawaban dari mbak petugasnya membuat kepala saya auto pusing “Betul, menggunakan maskapai yang sama, namun untuk pindah bandara tidak difasilitasi. Silakan penumpang menggunakan sarana transportasi umum yang ada untuk berpindah ke bandara Songshan”.
Eh, gimana???
Saya menelepon kantor perwakilan maskapai ini pun aslinya di-trigger thread di salah satu platform social media yang sedang ramai karena ada 1 keluarga yang akhirnya terpaksa harus membeli tiket dari maskapai yang berbeda, karena mereka tidak diijinkan terbang karena tidak memiliki visa Taiwan. Karena saya juga menggunakan maskapai tersebut, akhirnya saya berinisiatif untuk menanyakan langsung terkait visa Taiwan. Dan olalaaaa….. all right, berarti harus segera apply visa Taiwan (bagaimana cara apply visa Taiwan nanti saya ceritakan di sesi yang berbeda ya).
Dan akhirnya saya apply visa Taiwan untuk keperluan transit dan pindah bandara di Taiwan.
Singkat cerita, penerbangan BR-238 akhirnya membawa saya menjejak daratan Taipei. Saya tiba di Taipei sekitar pukul 20.45 pm. Pemeriksaan imigrasi lumayan cepat, sebelum tiba di loket pemeriksaan imigrasi, semua penumpang harus mengisi arrival card. Karena penerbangan lanjutan saya berangkat di pukul 07.30 pagi, saya tidak berani mengambil risiko kesiangan. Dan ketinggalan pesawat (dan lagi-lagi ceroboh tidak memeriksa apakah bandara Songshan open 24 hours seperti Soetta), setelah mengambil bagasi saya langsung menuju counter penjualan tiket bus yang melayani rute Taoyuan airport – Songshan airport. Dari arrival gate saya menuju sisi kanan hingga ujung, dan kemudian berbelok lagi ke kanan. Di area itu terdapat beberapa counter bus yang melayani rute yang berbeda-beda. Saya membeli tiket bus Kuo-Kuang seharga 93 Yuan atau sekitar Rp 45.000 dengan tujuan akhir Songshan airport.

Perjalanan dari Taoyuan – Songshan sekitar 1 jam 15 menit. Mungkin karena sudah malam, dan sepertinya Taipei baru saja diguyur hujan, lalu lintas malam itu tidak terlihat padat, malah cenderung sepi.
Namun ternyata, saat tiba di bandara Songshan……. Kenapa lebih sepi begini?
Terus terang bingung sih waktu tiba di Songshan airport, karena sepi, gelap, dan ga ada orang sama sekali! Sempat duduk di halte dulu sambil menunggu mungkin bakal ada pegawai bandara yang lewat dan bisa ditanya. Sekian menit menunggu, dan ga ada juga yang bisa ditanyain, akhirnya berinisiatif untuk cari jalan, siapa tahu ada jalan atau area yang bisa akses ke dalam gedung. Di seberang halte (haltenya persis di seberang bandara, masih di area yang sama) ada bangunan dengan tangga menuju bagian bawah, dan saya kira ada akses ke dalam bangunan bandara. Saya pun turun. Kemudian mengambil arah ke kanan, ke arah bangunan bandara. Dan naik tangga dengan harapan keluarnya sudah di dalam bangunan bandaranya. Ternyata……… saat saya tiba di atas, lokasinya persis di seberang halte tempat saya duduk tadi (mau ketawa ngakak, tapi kok lelah ya setelah angkat-angkat koper). Astaga…….
Karena sudah ada di teras bangunan bandara, saya memutuskan untuk sekalian mencari info, mungkin ada papan pengumuman atau signboard atau apalah sejenis itu. Dan, di pintu kaca saya menemukan tulisan OPEN HOURS 05.00 – 23.00! Whuuuuaaaaaaa……. Dan sekarang baru jam 23.50 malam!
Dan akhirnya memutuskan, mari kita booking hotel saja untuk istirahat menunggu jam 5 pagi sekalian bersih-bersih karena badan rasanya lengket. Pertanyaan selanjutnya “Ke hotel naik apa?”
Thank you UBER, tanpa perlu menunggu lama, akhirnya saya bisa tiba di hotel. Oh iya, ga ada kendala bahasa kok dengan driver-nya, walaupun bahasa Inggris mereka tidak lancar. Tipsnya, kalau tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sama, cukup tunjukkan titik tujuan yang ada di aplikasi, dan yakinlah, bapak driver itu lebih paham jalanan yang paling singkat untuk sampai ke tujuan.
Saya melakukan reservasi online untuk menginap di Tai Hope Hotel yang berlokasi di no. 137, Xing’an St. Taipei Taiwan 10545. Dan lagi-lagi saya melakukan kecerobohan. Karena terburu-buru, saya salah memilih tanggal menginap. Harusnya saya memundurkan tanggalnya karena saya tiba di hotel sudah tengah malam, huft. Tapi alhamdulillah, bapak resepsionisnya sangat membantu. Beliau menelepon ke operator reservasi online, menerangkan kesalahan booking tersebut dan meyakinkan operator bahwa saya betul-betul sudah tiba di hotel. Dan kemudian operator meminta saya untuk memverifikasi diri, termasuk akun yang digunakan untuk melakukan reservasi.
Akhirnya malam itu bisa meluruskan punggung di Kasur empuk, walaupun saat menerima kunci dari bapak resepsionis, bapaknya sambil tertawa bilang “So you just check in for a few hours? Do you want a wake-up call? What time?” Sambil tertawa saya menyahut “Yes, can you give me a wake-up call at 3?”
Singkat cerita, jam 3 saya di-wake up call oleh si bapak, lanjut meng-UBER lagi ke Songshan airport. Saat check out dari hotel dan bertemu dengan bapak resepsionis, saya memberikan bookmark berbentuk wayang yang sengaja saya bawa dari Indonesia sebagai souvenir. Melihat mata bapaknya berbinar, senyumnya melebar dan mencoba membaca tulisan INDONESIA dan KRESNA yang ada di bookmark tersebut, bahagia rasanya.
Thank you Taipei, gegara kecerobohan, ternyata mempertemukan saya dengan orang-orang baik yang tidak disangka-sangka. Terima kasih bapak resepsionis, terima kasih bapak UBER.
Note. Niat awalnya nyari tiket murah, ternyata……. malah nambah lebih banyak….. lebih mahal dari tiket SQ yang menjadi incaran saya di awal. Mari kita tertawaaaaaaaa……..
Untung tajir ya kak 😁
Wkwkwkwkwkwkwkwkwk……. alhamdulillah ya kak