Mustafa Kemal Atatürk, siapa yang tidak mengenalnya?
Seorang pemimpin Perang Kemerdekaan Turki, pendiri dan Presiden pertama Republik Turki. Walau banyak cerita tentang beliau yang kurang menyenangkan yang terdengar, namun tak bisa mengubah sejarah bahwa beliau adalah pendiri Republik Turki.
Ketika berkunjung ke Turki, saya berkesempatan untuk mengunjungi Anıtkabir, makam dari Mustafa Kemal Atatürk. Dikenal sebagai Mausoleum Atatürk, bangunan yang terletak di dalam komplek yang sangat luas ini beralamat di Mebusevleri Mh., 06570 Çankaya, Propinsi Ankara, Turki. Merupakan desain dari arsitek Profesor Emin Onat dan Asisten Profesor Ahmet Orhan Arda, desain ini merupakan desain yang memenangkan kompetisi yang diadakan oleh Pemerintah Turki pada tahun 1941 setelah mengalahkan 48 kontestan lainnya. Lokasi Anıtkabir dikenal sebagai Rasattepe atau bukit observasi, terletak di tengah kota Ankara dan dapat dilihat dari semua bagian kota. Mausoleum ini mulai dibuka untuk umum pada 1 September 1953.
Selain merupakan makam dari Mustafa Kemal Atatürk, Anıtkabir juga merupakan tempat peristirahatan terakhir İsmet İnönü, Presiden kedua Turki, yang meninggal pada tahun 1973. Makam İsmet İnönü menghadap ke Mausoleum Atatürk, di seberang lapangan upacara.
Memasuki komplek Anıtkabir, saya disambut taman yang sangat rindang, sejuk dan bersih. Berjalan kaki sepanjang kurang lebih 300 meter, sekitar 5 menit, saya pun tiba di undakan tangga yang akan mengantarkan saya ke halaman utama Anıtkabir. Di sepanjang jalan tadi terdapat 12 pasang singa yang diukir dengan arkeologi Het. Singa-singa itu menggambarkan 24 suku Turki Oghuz yang duduk bersama mewakili kekuatan dan perdamaian.
Menaiki undakan anak tangga, bendera Turki terpasang dan berkibar di tiang setinggi 33 meter. Sore itu, suasana di Anıtkabir cukup ramai. Walau sudah memasuki autumn, namun udara di Ankara masih lumayan hangat, dan matahari masih bersinar terang. Komplek Anıtkabir sangatlah luas. Sebelum melangkah menuju Mausoleum, saya terlebih dulu tertarik untuk melihat selasar luas yang letaknya persis berseberangan dengan bangunan Mausoleum.
Melangkah cepat (karena waktu yang sangat terbatas), saya dibuat kagum dengan detil dari langit-langitnya. Selasar dengan lebar kurang lebih 4 meter ini, sebagian besar menggunakan material marmer alami. Tiang-tiang besar berbentuk segiempat terlihat berbaris rapi, menyangga langit-langitnya yang bermotif unik dengan dominasi merah marun dan krem. Dan sepertinya selasar ini juga menjadi spot favorit pengunjung untuk berfoto, terbukti susah sekali untuk mendapatkan spot yang benar-benar “bersih”. Selasar ini posisinya persis berseberangan dengan bangunan Mausoleum, dipisahkan oleh halaman marmer yang sangat luas.
Saya menyeberangi halaman marmer bermotif geometris menuju pintu Mausoleum. Halaman luas ini difungsikan sebagai lapangan upacara, ditutupi dengan marmer putih bercorak geometris, yang didatangkan dari Kayseri.
Menaiki beberapa anak tangga, akhirnya saya sampai di pintu masuk bangunan yang mulai dibangun pada 9 Oktober 1944, dan selesai 9 tahun kemudian. 9 tahun pembangunannya, ternyata Mausoleum ini melewati beberapa tahapan konstruksi. Tahap pertama konstruksi yang dimulai pada 9 Oktober adalah pekerjaan persiapan dan pembangunan dinding penahan Jalan Lions, tahap ini selesai di tahun 1945.
Kemudian tahap kedua konstruksi meliputi proses konstruksi bangunan Mausoleum dan bangunan pendukung lainnya yang mengelilingi jalan tersebut. Tahapan kedua ini dimulai pada 29 September 1945 dan selesai pada 8 Agustus 1950. Pada pelaksanaan konstruksi tahap kedua ini terjadi beberapa masalah yang berkaitan dengan pemasangan bata dan struktur beton untuk pondasi makam. Penggalian dan isolasi pondasi bangunan mausoleum dengan menggunakan tulangan baja 11 m (36.1 ft) yang mampu menahan segala jenis penurunan tanah selesai dikerjakan pada akhir tahun 1947. Begitu juga dengan pekerjaan menara pintu masuk, sebagian besar jalan dan kebun, serta sistem irigasinya.
Selanjutnya, tahap ketiga konstruksi adalah pembangunan jaan menuju bangunan Mausoleum, jalan The Lions, lapangan upacara, trotoar batu di bagian atas Mausoleum, tangga besar, penempatan batu nisan besar dan pemasangan system listrik, pipa ledeng serta pemanas. Dan tahap terakhir atau tahap keempat dari konstruksi adalah pengerjaan peletakan trotoal Hall of Honor, kubah serta profil batu perimeter Hall of Honor dan beberapa dekorasi lainnya yang selesai dikerjakan pada 1 September 1953.
Memasuki bangunan Mausoleum atau disebut Hall of Honor, saya disambut dengan sebuah pintu besar dan tinggi. Ruangan berdimensi 41.65 m x 57.35 m (137 ft x 188 ft) dengan tinggi 17 m (56 ft) ini memiliki kolom berukuran 14.4 m (47 ft). Lantai marmer bercorak marun, hitam, krem, broken white menutupi seluruh area. Marmer-marmer ini dibawa dari Hatay, Adan dan Çanakkale. Di sisi kiri dinding terdapat ceruk-ceruk seperti pintu yang saling terhubung dan dihiasi dengan jendela berjeruji yang menjadi sumber cahaya masuk ke dalam bangunan. Di tengah bangunan, terdapat rantai-rantai pembatas yang menjadi panduan bagi pengunjung, bagian mana yang boleh dilewati dan mana yang tidak boleh dilewati. Dindingnya terbuat dari marmer bermotif harimau dari Afyon dan bernuansa hijau sejuk yang didatangkan dari Bilecik dengan langit-langit bermotif balok panjang dengan ketinggian yang berbeda sehingga (tinggi rendah seperti gelombang berbentuk persegi) dengan dominadi warna orange dan hijau senada dengan dinding bangunan. Terdapat perubahan konstruksi pada langit-langit Hall of Honor yang berbeda dengan desain awal. Perubahan ini berawal dari keinginan pemerintah Turki untuk mempersingkat waktu konstruksi dengan menurunkan tinggi langit-langit Hall of Honor, yang awalnya memiliki 28 m (92 ft) menjadi 17 m saja. Ternyata perubahan desain konstruksi langit-langit yang semula merupakan kubah batu menjadi lempengan beton bertulang tersebut justru dapat mengurangi berat langit-langit, sehingga mengurangi risiko kegagalan konstruksi.
Tepat di bagian tengah depan ruangan terdapat “sarkofagus” atau batu nisan monolitik seberat 40 ton dari Mustafa Kemal Atatürk, yang terbuat dari marmer berwarna abu-abu bercorak abstrak, yang diletakkan pada pondasi yang juga terbuat dari marmer bernuansa hijau dan krem, pada pondasi marmer tersebut terdapat tulisan Anıtkabir Komutanlığı. Sarkofagus tersebut dibawa dari Adana, sedangkan marmer putih yang menutup sisi-sisinya didatangkan dari Afyon.
Setelah mengelilingi ruangan, saya melangkah keluar untuk melihat “pesan” yang ditinggalkan oleh Mustafa Kemal Atatürk untuk seluruh tentara Turki, agar tak pernah berhenti untuk membela kehormatan negaranya. Pesan tersebut diukir rapi logam berwarna keemasan yang dipasang pada dinding Mausoleum yang terbuat dari travertine kuning yang didatangkan dari Çankırı, tepat pada peringatan 100 tahun kelahirannya.
Last Message to The Turkish Army
“I address The Turkish Army whose record of victory started at the dawn of the history of mankind and which has carried the light of civilization on its victorious progress. If you saved your country from oppression, tragedy, and enemy invasion in the most critical and difficult times, I have no doubt that in the fruitful era of the republic equipped with all the modern weapons and means of military science, you will conduct your duty with the same loyalty.
Our great nation and I are sure that you are always prepared to carry out your duty of defending the honor of our country and our civilization against any danger, from inside or outside.”
Terdapat 4 bagian utama dari Anıtkabir, yaitu: Lions Road, lapangan upacara, Hall of Honor dan taman perdamaian. Lions Road merupakan lokasi di mana terdapat 12 pasang patung singa yang duduk berhadapan. Sedangkan lapangan upacara yang terletak di ujung Lions Road dirancang agar dapat menampung 15.000 orang dengan dimensi panjang 129 m (423 ft) dan lebar 84 m (276 ft). Seperti yang sudah saya ceritakan, lapangan upacara ini juga dilapisi dengan marmer bermotif permadani dengan pola kilim (karpet Turki) yang terbuat dari travertine yang didatangkan dari Kayseri.
Hall of Honor merupakan ruangan utama di mana terdapat sarkofagus yang merupakan simbol dari makam Mustafa Kemal Atatürk. Karena makamnya sendiri berada 7 meter di bawah lantai Hall of Honor, yang terletak di sebuah ruangan berbentuk segi delapan dengan arsitektur Seljuk dan Ottoman serta memiliki langit-langit pyramidal bertahtakan mozaik emas. Sedangkan taman perdamaian yang mengelilingi komplek Mausoleum berisi sekitar 50.000 pohon hias, bunga dan semak dengan 104 varietas yang merupakan sumbangan dari 25 negara tetangga. Taman perdamaian ini merupakan penghormatan untuk ungkapan Mustafa Kemal Atatürk yang terkenal, yaitu “ damai di rumah, damai di dunia”.
Saya beruntung, sebelum meninggalkan Anıtkabir, saya bisa menyaksikan prosesi pergantian tentara yang berjaga di komplek Anıtkabir. Dari setiap pos penjagaan, terdapat seorang tentara yang menjaga dalam waktu tertentu. Dan di setiap lokasi akan ada 2 tentara yang berjaga di shift yang sama. Dan di siang menjelang sore itu, saya menyaksikan pergantian penjaga yang berjaga di pos Mausoleum. 2 orang tentara berseragam dengan warna berbeda, seorang menggunakan seragam putih berkerah kelasi, dan seorang lagi berseragam biru gelap, bersiap meninggalkan posnya dan berganti dengan tentara yang berjaga di shift selanjutnya. Sebelum para tentara ini meninggalkan posnya, mereka harus menunggu kelompok tentara yang akan menggantikannya. Dan ketika sekelompok tentara berjumlah 6 orang menjemput, kemudian 2 orang tentara bertukar posisi, 2 tentara yang telah habis jam tugasnya kemudian bergabung dalam barisan kelompok tentara itu, dan dengan berbaris rapi meninggalkan posnya. Dan ternyata, moment pergantian tentara penjaga ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ada di Anıtkabir.
Walaupun harus sedikit berpanas-panasan di lapangan upacara untuk menonton moment pergantian penjaga tadi, tapi saya merasa senang. Ini moment yang jarang bisa ditemui, karena harus menunggu waktu yang pas, sesuai dengan jadwal jaga dari setiap pos.
Meninggalkan komplek Anıtkabir, menyusuri Lions Road, saya pun menikmati segarnya udara sore di sekitar taman perdamaian. Kalau saja tidak teringat dengan waktu yang terus berjalan, ingin rasanya saya duduk-duduk santai menghabiskan sore di kursi besi yang banyak terdapat di taman perdamaian itu.