Search

Tour De Belitung Timur 2013 #15 – Mulai dari Foto di Kantor Bupati sampai Ziarah ke Makam Raja Balok I




Hoaaaaaeeeemmmmm…..
Selamat pagi…….
Alarm di HP saya udah jerit-jerit aja sejak jam 5 subuh.
Karena hari ini ga ngejar sunrise lagi, jadi saya agak santai.
Jam 5 bangun, trus mandi dan beres-beres, jam 6.30 siap sarapan.

Eh iya, di hari ke-3 Tour De Belitung Timur 2013 ini menurut itinerary, kami akan diajak untuk ketemu dengan bapak Bupati, dr. Basuri Tjahaja Purnama, yang juga merupakan adik kandung dari pak Ahok. Ah, kadang-kadang saya sampai lupa nama panjang dari pak Ahok 😀
Oh iya, Basuki Tjahaja Purnama ^.*


jalanan desa menuju situs Makam Raja Balok I


Dan pagi itu, kami pun siap melaju di atas aspal hitam jalan raya Belitung Timur menuju Kantor Bupati. Sesampainya di sana, kami ditemui oleh ajudan pak Basuri, dan unfortunately kami dikasi tau bahwa Bapak Bupati tidak bisa menemui kami karena pada malam sebelumnya rombongan Bapak Bupati baru saja mendapat kecelakaan pada saat melakukan perjalanan dinas. Tapi Bapak Bupati ga kenapa-napa kok. Hanya saja pagi itu ternyata beliau sedang menyelesaikan urusan terkait kecelakaan yang terjadi. Semoga semua urusannya bisa selesai dan lancar ya pak…


Karena tidak jadi ketemu dengan Bapak Bupati, akhirnya saya dan teman-teman cukup puas dengan berfoto di tangga Kantor Bupati. Dan kemudian meneruskan perjalanan.


Tour De Belitung Timur 2013 ini menurut saya sangat unik. Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Karena destinasi yang kami kunjungi beraneka ragam, mulai dari pantai, sanggar batik, vihara, dan kali ini kami akan mengunjungi sebuah situs sejarah berupa sebuah makam, yang dikenal sebagai Makam Raja Balok I.


Setelah melewati jalanan kabupaten yang beraspal mulus, bus yang saya tumpangi mulai berbelok dan memasuki jalan tanah yang cukup lebar. Di kanan dan kiri jalan masih terlihat pohon-pohon besar yang menambah serem perjalanan ini… (boong ding :D).
Jadi, jalanan menuju Makam Raja Balok I itu berupa jalanan tanah dengan pohon-pohon lada dan perdu di kanan kirinya. Pohon-pohon lada ini merupakan mata pencaharian andalan masyarakat Belitung. Kebayang ya betapa kayanya masyarakat Belitung Timur ini pada saat musim panen lada…. #mataberbinarbinardenganlambang$$$


gerbang utama memasuki kawasan hutan lindung di mana Makam Raja Balok I berada

Setelah berjalan cukup jauh, di depan saya terpampang sebuah gapura dari beton berwarna hijau kekuningan dengan atap berbentuk joglo. Dari gapura itu, kami masih terus menembus jalanan tanah menuju situs Makam Raja Balok I. Akhirnya sampai lah saya dan teman-teman di depan sebuah papan nama yang bertuliskan:

ANJ AGRI BELITUNG
1. Makam Raja Balok I: K. A. Gedeh Ja’kub Gelar Dipati Cakraningrat (119-1661)
2. Makam Syekh Abdul Jabar Sjamsudin


Papan nama tersebut tergantung pada sebuah gapura dari bata merah dengan atap genteng merah.
Saya dan teman-teman kemudian menuruni bus. Ternyata lokasi dari makam tersebut masih sedikit masuk ke dalam hutan lindung. Kami harus menyusuri jalanan tanah merah yang kering. Sekitar 200 m dari parkiran bus, akhirnya kami tiba di lokasi makam.
Makam Raja Balok I ini berupa bangunan terbuka yang biasa disebut cungkup dari beton dengan atapnya yang menggunakan model joglo. Lantai makam berupa porselen merah, dengan pilar bangunan berwarna kuning pucat, berpagar besi warna abu-abu serta beratapkan genteng merah.


papan nama yang menunjukkan lokasi Makam Raja Balok I


Setelah melihat-lihat Makam Raja Balok I, saya dan teman-teman meneruskan untuk melihat makam Syekh Abdul Jabar Sjamsudin. Serupa dengan bangunan makam Raja Balok I, makam Syekh Abdul Jabar Sjamsudin juga berupa bangunan terbuka, berlantaikan porselen merah dengan pilar kuning pucat, berpagar besi warna abu-abu dan bergenteng merah.



Oh iya, selama mengunjungi makam Raja Balok I dan makam Syekh Abdul Jabar Sjamsudin ini, rombongan Tour De Belitung Timur 2013 didampingi oleh Kik Sakri. “Kik” dalam bahasa Belitung artinya adalah kakek. Kik Sakri ini adalah salah satu juru kunci makam Raja Balok I dan makam Syekh Abdul Jabar Sjamsudin.


Saya cerita dikit tentang sejarah Raja Balok I ini ya…
Raja Balok I ini bernama asli Ki Gede Yakub, yang merupakan keponakan dari Ki Gede Pamanahan, atau sepupu dari Panembahan Senopati, sang pendiri Kerajaan Mataram. Ki Gede Yakub disebut sebagai putera Pangeran Kaap, yaitu seorang mangkub atau bendahara keraton. Ki Gede Yakub, atau Kiai Masud atau Kiahi Gegedeh Yakob datang ke Balok sekitar tahun 1600.


ini Kik Sakri, yang jadi guide kami siang itu

Pada saat itu, yang berkuasa di Balok adalah Ki Ronggo Udo atau Datuk Mayang Gresik, setelah mengambil alih kekuasaan di Badau dari Ronggu Udo III serta memindahkan pusat pemerintahan dari Badau ke hulu Sungai Balok dengan tujuan mempermudah aktivitas pelayaran ke Jawa. Datuk Mayang Gresik yang merupakan ulama Islam yang berasal dari Gresik menyambut baik kedatangan Ki Gede Yakub dan bahkan mengambilnya sebagai menantu, dengan menikahkan Ki Gede Yakub dengan puteri tunggalnya yang bernama Nyi Ayu Kusuma.


Datuk Mayang Gresik tidak memiliki putera. Oleh sebab itu, beliau memutuskan Ki Gede Yakub-lah yang kemudian menggantikannya menjadi penguasa di Balok. Pada saat itu, di Belitung ada 3 daerah yang berdiri sendiri-sendiri dan belum mengakui secara resmi bahwa Balok adalah penguasa di Belitung.


Setelah Ki Gede Yakub menggantikan Datuk Mayang Gresik pada tahun 1619 menjadi penguasa di Balok, beliau kemudian meminta pengakuan dan dukungan kepada Sultan Agung di Mataram, yang tidak lain adalah keponakannya sendiri, atas kekuasaannya di Balok. Sultan Agung kemudian menganjurkan agar Ki Gede Yakub meminta dukungan dan pengakuan dari Raja Palembang, yang saat itu merupakan kerajaan yang berada di dalam kekuasaan Kerajaan Mataram.


makam Raja Balok I
makam Syekh Abdul Jabar Sjamsudin























Setelah mendengar usul dari Sultang Agung tersebut, Datuk Mayang Gresik yang saat itu masih mendampingi Ki Gede Yakub kemudian mengirimkan seorang utusan yang berasal dari Badau untuk pergi ke Palembang. Utusan tersebut ternyata berhasil menjalankan misinya dan mendapatkan pengakuan serta dukungan dari Raja Palembang. Hal ini mungkin juga karena melihat bahwa Ki Gede Yakub adalah keluarga penguasa Kerajaan Mataram.


Setelah mendapatkan dukungan dari Kerajaan Mataram melalui Raja Palembang, seluruh Ngabehi atau penguasa di Belitung akhirnya tunduk pada kekuasaan Ki Gede Yakub. Pada tahun 1661 Ki Gede Yakub menguasai seluruh Belitung dengan gelar Depati Cakraningrat. Keturunannya kemudian diberi gelar Kiahi Agus atau Ki Agus untuk laki-laki dan Nyi Ayu atau Nyayu untuk perempuan.


Di dekat area makam Raja Balok I dan Syekh Abdul Jabar Sjamsudin, Kik Sakri menunjukkan kepada kami bekas reruntuhan bangunan, yang dipercaya merupakan peninggalan dari Kerajaan Balok. Reruntuhan bangunan yang menggunakan bata merah itu tersebar di beberapa titik. Yang apabila benar itu adalah bekas Kerajaan Balok, artinya Kerajaan Balok pada saat kejayaannya adalah kerajaan yang besar.


Lokasi Makam Raja Balok terdapat di Desa Balok, Kecamatan Dendang, Belitung Timur. Dengan akses GPS: -3.04322,107.89225 (Makam Raja Balok) dan -3.04219,107.89299 (reruntuhan Gerbang Kerajaan Balok).


bekas reruntuhan Keraajaan Balok


Setelah melihat-lihat makam dan beberapa bekas reruntuhan bangunan yang dipercaya adalah bekas bangunann Kerajaan Balok, saya dan teman-teman kemudian meninggalkan lokasi dan kembali berjalan ke arah bus yang mengantarkan kami. Sebelum mencapai lokasi parkir, Kik Sakri menunjukkan 2 ekor binatang langka khas Belitung yang sedang dalam proses penangkaran sebelum dilepas kembali ke habitat awalnya. Ya, Tarsius. Hewan kecil seukuran kepalan tangan orang dewasa, berbulu coklat halus dengan kedua matanya yang besar.


Ternyata, selain sebagai juru kunci Makam Raja Balok I, Kik Sakri juga melakukan penangkaran dan perawatan terhadap binatang-binatang khas dan dilindungi ini. Menurut cerita Kik Sakri, waktu ditemukan ada 3 Tarsius. Namun yang 1 ekor mati karena tidak mau makan. Ke-2 Tarsius ini dipelihara oleh Kik Sakri sampai dirasakan cukup kuat untuk dikembalikan ke habitat aslinya di hutan lindung ini.


Melihat binatang kecil yang lucu ini, pengen deh bisa dibawa pulang ke Jakarta… Abisnya lucu banget!!! Apalagi liat matanya yang besar itu. Uuuuuuhhhhh… lucu……
Setelah puas melihat dan bermain dengan Tarsius, akhirnya saya dan rombongan peserta Tour De Belitung Timur 2013 melanjutkan perjalanan lagi. Akan ke mana kah kami siang itu??? Yuk terus ikuti ceritanya….   


lucu ya… pengen bawa pulang 😀
2 ekor Tarsius yang sedang dalam perawatan Kik Sakri







Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.