Hari masih pagi tapi saya sudah berdiri di peron Stasiun Okubo demi menjenguk si kucing tanpa telinga. Yes! Hari ini rencananya saya akan berkunjung ke Museum Fujiko Fujio yang terletak di Kanagawa, atau mungkin lebih dikenal sebagai Museum Doraemon. Doraemon, film kartun yang dulu menjadi sahabat setia menemani saya di setiap Minggu pagi. Perjalanan menuju Museum Doraemon cukup jauh, sekitar 1 jam 17 menit menggunakan kereta.
Perjalanan dimulai dari Statiun Okubo, di sini saya menggunakan Chūō-Sōbu line (ini kereta lokal) menuju Stasiun Shinjuku. Di Stasiun Shinjuku saya transit dan pindah ke platform Odakyu line, 31 menit kemudian setelah melewati 18 stasiun, saya pun tiba di Stasiun Mukogaoka-Yuen. Dari Stasiun Mukogaoka-Yuen, museum ini masih sekitar 1,1 kilometer lagi. Karena hari masih pagi, sementara museum baru buka pada pukul 10 (saya tiba di Stasiun Noborito sekitar pukul 8 pagi by the way), dan jaraknya juga tidak terlalu jauh, saya memutuskan untuk jalan kaki saja menuju lokasi museum. Sebenarnya ada bus yang bisa dinaiki menuju lokasi museum (bus Kajigaya Eki), namun saya memilih untuk berjalan kaki saja sembari menikmati kota Kanagawa.
Berbekal petunjuk dari internet, saya pun bergegas menuju lokasi museum. Di hari Minggu itu, kota Kanagawa menurut saya cukup sepi. Memang, beberapa kendaraan terlihat melintas di jalan raya, namun tidak padat. Saya melewati area yang merupakan pemukiman penduduk, dan sekali lagi suasananya sangat lengang. Sungguh berbeda dengan kota tempat saya tinggal 😀
Setelah berjalan sekitar 15 menit, saya pun tiba di Museum Doraemon yang beralamat di 2-chome 8-1 Nagao, Tama-ku, Kawasaki-city, Kanagawa Prefecture, 214-0023. Dan benar saja, museumnya masih tutup. Saya pun menikmati waktu sambil duduk-duduk di bangku marmer yang berbentuk pensil. Bentuk museum ini tidaklah “wah”, mengingat nama besar “Doraemon” dan “Fujiko F. Fujio” sebagai kartunis kawakan Jepang. Oh iya, untuk mengunjungi museum ini, kita wajib reservasi dulu, reservasinya bisa secara online. Namun kemarin saya langsung membeli tiketnya sehari sebelum berkunjung ke museum via mesin Loppi yang ada di LAWSON. Harganya ¥1,000 untuk dewasa, ¥700 untuk pelajar SMP dan SMA, serta ¥500 untuk anak usia 4 tahun dan yang lebih tua. Ada 4 jam reservasi, pukul 10, 12, 14,dan 16). Saya memilih waktu reservasi paling pagi, pukul 10 dengan harapan pengunjung belum terlalu ramai.
Setelah menunggu hampir 1 jam, akhirnya pintu museum pun dibuka. Saya termasuk kloter pengunjung yang pertama. Pengunjung pagi ini didominasi oleh anak-anak yang diantar oleh orangtuanya (jadi merasa saingan dengan bocah :D). karena termasuk kloter pertama, memasuki ruangan museum suasananya tidaklah ramai. Saya masih leluasa melihat dokumentasi bagaimana seniman Fujiko F. Fujio membuat komik. Mulai dari menggambar menggunakan pensil (gambar hitam-putih), spidol berwarna, hingga akhirnya menggunakan komputer.
Untuk ruangan galeri, pengunjung tidak diperkenankan mengambil foto dan video. Mungkin terkait hak cipta dari proses penciptaan berbagai karakter komik yang ada. Di ruangan galeri diceritakan sejarah hidup Fujiko Fujio sebagai kartunis, dari awal berkarir hingga meninggalnya. Termasuk meja kerja yang digunakannya, lengkap dengan alat tulis dan perlengkapan lainnya. Beberapa hasil karyanya yang menarik dipajang di dinding, misalnya halaman pertama komik Doraemon, bagaimana awalnya robot kucing tanpa telinga ini tetiba muncul. Ada juga cerita komik Standby Me Doraemon, waktu Doraemon terpaksa berpisah dengan Nobita.
Oh iya, saat memasuki museum, saya diberi sebuah tiket kecil untuk menonton film pendek di bioskop mini yang ada di lantai 3. Namun saya lebih memilih untuk melihat dan menikmati suasana outdoor yang dipenuhi karakter-karakter hasil karya dari Fujiko F. Fujio. Selain Doraemon, saya juga melihat figure Per-Man, Dorami, dan robot Korosuke.
Di dalam area museum juga terdapat café yang menyajikan menu yang serba “Doraemon”, seperti latte art, dorayaki, bread toast, pancake, udon, salad, crepes dan masih banyak lagi. Tapi saya tidak mencobanya karena dari sekian banyak menu, ternyata mereka juga menyajikan pork.
Karena pengunjung belum terlalu ramai, saya sempat bolak-balik di area outdoor, turun naik dari outdoor lantai 3 ke outdoor rooftop. Setelah pengunjung di area outdoor mulai ramai, saya pun kembali ke lantai 3. Di sini ada beberapa vending machine yang dapat membuat stempel khas Museum Doraemon. Saya pun mencobanya.
Pertama-tama, saya membeli stempel polos yang dijual seharga ¥400 melalui vending machine. Kemudian di mesin sebelahnya, saya harus membuat desain untuk stempel yang saya inginkan. Proses desainnya tidaklah rumit, hanya dengan drag-and-drop, tambahkan tulisan sesuai keinginan, dan setelah selesai, tinggal menempatkan stempel polos tadi di sebuah slot khusus yang keluar dari bagian depan mesin. Setelah menekan tombol OK di layar, mesin akan mulai menggrafir stempel tadi seperti desain yang kita buat. Dan, selesai!
Selain vending machine yang menjual stempel, di lantai 3 ini juga terdapat beberapa vending machine yang menjual mini figure karakter Doraemon, Nobita dan Giant. Dan tentu saja saya tidak menyia-nyiakannya, mencoba beberapa kali, akhirnya saya berhasil membawa pulang 3 karakter Doraemon, 3 karakter Nobita, serta 3 karakter Giant. Oh iya, untuk vending machine-nya, 1 kali main harganya ¥400 ya.
Setelah puas berkeliling dan bermain vending machine, saya pun keluar dari bangunan museum. Saat pulang, saya sengaja menunggu bus Doraemon yang akan mengantarkan saya ke Stasiun Noborita. Dan bus yang ditunggu pun datang. Bus shuttle berukuran medium berwarna pink dengan desain karakter-karakter kartun Doraemon, Per-man, dengan interior yang full kartun, bahkan hingga ke tempat duduknya. Dengan ongkos sebesar ¥200, saya pun tiba di Stasiun Noborito dalam waktu 13 menit. Ongkosnya memang relatif mahal karena desain interiornya yang serba kartun, bahkan hingga ke tombol bel untuk bus stop juga dibuat dengan karakter Doraemon, termasuk gantungan tangannya.
So, bye bye Doraemon……