Search

Belajar Sejarah di Museum Bank Mandiri

Setelah beberapa kali ke sana, baru kali ini saya memperhatikan detil dari kaca patri yang terdapat pada dinding Museum Mandiri. 5 bilah kaca patri, di mana masing-masing bilahnya memiliki cerita yang berbeda.

Awalnya saya hanya tertarik dengan warna dari kaca patri yang beraneka itu. Namun setelah diperhatikan lebih seksama, ternyata warna dari kaca patri tersebut membentuk beraneka gambar seperti lukisan. Ke mana saja saya selama ini? Beberapa kali berkunjung, kenapa tidak melihat bahwa kaca yang beraneka warna ini ternyata adalah “lukisan” bermedia kaca?

Kaca patri tersebut terletak pada dinding bordes tangga utama yang menghubungkan lantai 1 ke lantai 2. Tinggi menjulang ke atas hingga hampir mencapai langit-langit.

5 bilah kaca patri di Museum Bank Mandiri

Kaca patri tersebut merupakan hadiah dari Cornelis Johannes Karel van Aalst (1866-1939), Presiden NHM ke-10 (NHM – Nederlandsche Handel-Maatschappij, merupakan perusahaan dagang dan keuangan Belanda yang didirikan pada tahun 1824 oleh Raja William I). Kaca patri yang diberikan oleh van Aalst tersebut dirancang oleh F. H. Abbing, Jr., yang merupakan anak dari Sekretaris Direktur NHM di Amsterdam, F. H. Abbing. Hiasan pada kaca patri menggambarkan keindahan panorama Nusantara dan suasana 4 musim di Eropa, dengan tujuan agar para pegawai di Factorij NHM yang melihatnya dapat bernostalgia dan mengobati kerinduan akan negerinya. Sebelum dikirim ke Batavia, kaca patri tersebut dibakar terlebih dulu untuk mempertahankan warna dan gambar yang ada di permukaan kacanya tetap baik. Pembakaran dilakukan oleh W. Boogtman di Harleem, Belanda.

hadiah dari CJK van Aalst

 

Adapun detil gambar pada masing-masing bilah kaca patri adalah sebagai berikut.

Bilah 1 – Menceritakan musim semi di Belanda

Pada bilah ini digambarkan pasangan muda-mudi yang tengah berpelukan karena pada saat musim semi banyak orang Belanda yang melangsungkan pernikahan. Ada juga gambaran anak kecil memetik bunga yang sedang bermekaran. Serta gambar seorang wanita dengan rambut tergerai yang tertiup angin. Dan juga gambaran petani yang mulai bercocok tanam.

Bilah 2 – Menceritakan musim panas di Belanda

Gambaran musim panas di Belanda diceritakan dengan kegiatan para penduduk Belanda yang sedang memanen gandum untuk kemudian diolah

Bilah 3 – Menceritakan keindahan alam Indonesia

Pada bilah ke-3 terdapat gambar gunung vulkanik yang sedang mengeluarkan asapnya. Pada masa lampau, orang Belanda yang datang ke Indonesia sangat mengagumi alam Indonesia, terutama pulau Jawa karena terdapat banyak gunung.

Bilah 4 – Menceritakan musim gugur di Belanda

Musim gugur diceritakan dengan gambaran kegiatan memanen buah-buahan. Dan juga gambaran wanita yang menggunakan pakaian tertutup karena udara musim gugur yang terasa dingin.

Bilah 5 – Menceritakan musim dingin di Belanda

Digambarkan dengan dominasi warna putih yang melambangkan salju, juga kegiatan menghangatkan diri di depan perapian, permainan ice skating dan orang yang sedang membelah kayu.

Jendela ini dirancang dan dilakukan oleh FH Abbing, dibakar oleh Bogtman di Haarlem

Di bagian atas dari 5 bilah kaca patri, terpisah oleh tembok putih sekitar 50 cm, terdapat 5 bilah kaca patri yang ukurannya lebih kecil dengan “lukisan” yang berbeda pula. Lukisan yang terdapat pada kaca patri yang lebih kecil tersebut bercerita tentang Cornelis de Houtman dan 4 kapal Belanda yang meninggalkan Amsterdam pada tahun 1595 untuk melakukan penjelajahan menuju Nusantara.

Cornelis de Houtman

Cornelis de Houtman meninggalkan Amsterdam bersama 4 buah kapal dagang, yaitu: De Hollandia, De Mauritius, De Amsterdan dan Duyfken. Pada tahun 1596, ke-4 armada kapal dagang Belanda tersebut mendarat di Banten.

Apabila kita melihat detil lukisan pada kaca patri tersebut, pada bilah ke-3, di bagian tengah kaca patri terlihat sosok Cornelis de Houtman. Di bilah ke-3 bagian atas terlihat sebuah kapal, yaitu De Mauritius. Pada bilah ke-2, di sebelah kanan Cornelius de Houtman terdapat kapal De Amsterdam. Pada bilah ke-3 bagian bawah terdapat kapal De Hollandia, dan pada bilah ke-4 di sisi kiri terdapat kapal Duyfken.

kaca patri yang menggambarkan Cornelis de Houtman serta 4 kapal dagang Belanda yang menyertainya saat menuju Nusantara

 

Sekilas tentang masing-masing kapal dagang Belanda yang dibawa oleh Cornelius de Houtman ke Nusantara.

De Mauritius

Kapal ini dibuat dan dikerjakan atas perintah seorang pengusaha Belanda bernama Olivier van Noort. Mulai beroperasi pada 13 September 1598, dan digunakan oleh VOC sebagai kapal dagang pada tahun 1598 – 1601. Kapal De Mauritius ini dibuat dan dicat di Rotterdam, memiliki daya angkut sebesar 300 ton. Saat berlayar, kapal De Mauritius didampingi oleh kapal Hendrik Frederik dan kapal Eendrach, serta sebuah apal kecil Hoop dari Rotterdam.

De Amsterdam

Kapal ini dibuat tahun 748 di Amsterdam. Pertama kali berlayar pada 8 Januari 1749. Kapal ini dilengkapi dengan beberapa meriam, namun tidak sebanyak yang terdapat pada kapal perang armada laut Belanda. Karena kapal De Amsterdam ini digunakan untuk mengangkut penumpang dan berbagai barang berharga milik Belanda, sehingga kapal ini sering menjadi incaran bajak laut.

De Hollandia

Kapal ini pertama kali melakukan pelayaran pada 2 April 1595 menuju Engano. Memiliki bobot 460 ton, kapal yang dinakhodai oleh Kapten Simon Lambrechtsz ini berlayar dari Engano menuju Texel dan berakhir di Banten. Pada tahun 1602 kapal De Hollandia berhenti beroperasi dan dibongkar di Banten.

Duyfken

Duyfken secara harfiah memiliki arti “merpati kecil”. Kapal ini merupakan kapal cepat yang bersenjata ringan yang ditujukan untuk berlayar di perairan dangkal. Kapal yang dibuat di Belanda ini memiliki daya angkut sebesar 50-60 ton. Pada tahun 1606, dalam pelayaran dari Bantan (Banten), kapal yang dinakhodai oleh Willem Janszoon ini berhasil mendarat di Australia. Dan Willem Janszoon pun diklaim sebagai orang Eropa pertama yang berhasil mendarat di Australia. Pada tahun 1608 kapal Duyfken mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi.

Selain menikmati lukisan kaca patri, di Museum Bank Mandiri saya juga melihat sejarah dunia perbankan lama beserta peninggalannya. Misalnya, di sana bisa dilihat koleksi mesin ketik yang digunakan sejak jaman Belanda hingga berhenti beroperasinya Factorij NHM. Kemudian contoh laporan perbankan (verslag) atau buku besar, yang actually bukunya benar-benar besar seperti lembaran koran. Di sana juga saya melihat koleksi alat tulis yang digunakan pada jaman Belanda, seperti kuas dan tinta celup, pena celup dan sejenisnya.

Area Kasir di gedung Factorij NHM (saat ini Museum Bank Mandiri)

Saat berdiri di depan deretan area kasir, terasa sekali aroma “jaman dulunya”. Area kasir dilengkapi dengan teralis untuk alasan keamanan. Dan terdapat area kasir khusus untuk orang China, yang sejak dulu memang terkenal hebat di bagian finansial.

Sepertinya saya masih ingin datang lagi ke Museum Bank Mandiri untuk menyusuri setiap sudutnya. Walaupun saat ini peruntukan areanya sudah mulai komersil, dengan adanya beberapa cafe dan sudut penjualan merchandise dari Bank mandiri, namun bentuk bangunan serta arsitekturnya masih merupakan bangunan asli. Oh iya, di bagian dalam terdapat taman yang cukup luas, yang mungkin dulu dipergunakan oleh pegawai Factorij NHM untuk bersantai di jam istirahatnya. Saat ini halaman yang ada di bagian dalam komplek Museum Bank Mandiri itu masih terjaga dengan baik.

Area Kasir di Factorij NHM (saat ini Museum Bank Mandiri) yang telah dikosongkan, namun masih merupakan bangunan asli

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.