Setelah mengunjungi Bursa Ulu Camii, saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Yeşil Camii, atau yang dikenal dengan nama Green Mosque, atau Mesjid Mehmed I. Mesjid ini berada tidak jauh dari Bursa Ulu Camii, hanya sekitar 20 menit perjalanan. Mesjid ini berada di sisi timur kota Bursa, merupakan bagian dari komplek yang lebih besar (bahasa Turki: külliye) yang terdiri dari madrasah, mesjid, türbe, dapur dan kamar mandi. Seperti namanya, Yeşil Camii, dekorasi ubin yang ada di mesjid ini didominasi dengan warna hijau dan biru.
Yeşil Camii dibangun pada tahun 1412 oleh Sultan Mehmed I Çelebi (memerintah dari tahun 1413 – 1421), didesain oleh arsitek Hacı İvaz Pasha. Menurut prasasti kaligrafi yang ada di sana, yang bertugas mengawasi pekerjaan dekorasi ubin interior adalah Nakkas (Artis) Ali bin Ilyas Ali, ia dipercaya membawa berbagai kelompok pengrajin yang disebut “Ahli Tabriz” untuk membantu.
Suasana külliye Yeşil Camii siang itu ramai, namun terasa teduh karena banyak pohon-pohon yang cukup besar tumbuh di taman yang mengelilingi komplek itu. Walau tak sebesar Bursa Ulu Camii, tapi interior Yeşil Camii tak kalah bagusnya. Didominasi tentu saja dengan warna hijau dan biru, sebagian dinding dan langit-langitnya juga didominasi dengan warna krem dan hiasan kaligrafi yang sangat indah. Pilar-pilarnya dibuat dari batu marmer alam, sehingga terasa sangat dingin saat disentuh.
Di bagian tengah depan, sedikit berbeda level ketinggian dengan lantainya, terdapat mihrab yang lagi-lagi didominasi dengan warna hijau dan biru, diapit dengan asma Allah dan Rasul-Nya di sebelah kanan dan kiri. Di sisi kanan terdapat sebuh mimbar kecil berundak dari kayu berwarna coklat pekat. Tidak seperti Bursa Ulu Camii yang terasa terang benderang, interior Yeşil Camii agak sedikit temaram, mungkin karena jendela kacanya tidak sebanyak dan sebesar yang ada di Ulu Camii.
Di kanan dan kiri pintu masuk juga terdapat semacam ruangan terbuka yang level ketinggiannya berbeda dengan lantai ruangan. Dekorasinya sangat-sangat didominasi dengan warna hijau dan biru, sementara (semacam) pagarnya terbuat dari batu marmer alam dengan pintu dari kayu coklat berukir. Dan di atas pintu utama terdapat ruangan sejenis yang ukurannya lebih kecil.
Sebagian besar panel marmer yang ada di Yeşil Camii diganti pada abad ke-19. Bagian atas pintu mesjid dihiasi dengan kaskade muqarnas berbentuk setengah kubah yang bagian depannya ditutupi dengan arabesque dan prasasti Rumi. Di atas relung yang ada di setiap sisi pintu masuk terdapat prasasti yang didedikasikan bagi Hacı İvaz Pasha, dan di antara prasasti dan muqarnas terdapat jendela kecil yang akan menerangi jalan menuju ruangan untuk Sultan.
Kubah yang ada di Yeşil Camii dihiasi dengan kaligrafi berwarna cerah yang berbeda di setiap sisinya. Seperti Ulu Camii, di dalam Yeşil Camii juga terdapat şadırvan yang di bagian tengahnya terdapat sejenis miniatur mesjid berukir yang sangat indah. Apabila di Ulu Camii şadırvan-nya bersegi 16, di Yeşil Camii hanya 8. Dulu, şadırvan ini juga digunakan sebagai sarana untuk tempat jamaah berwudhu. Namun saat ini şadırvan dibiarkan kering dan tidak digunakan lagi sebagai sarana berwudhu.
Kubah-kubah di bagian atas bangunan awalnya dilapisi ubin berwarna hijau dan biru, namun sekaran telah dilapisi dengan timah. Kedua menara mesjid dilengkapi dengan menara batu yang diukir dengan gaya Baroque. Untuk dapat mengakses menara batu, satu-satunya jalan adalah melalui apartemen Sultan dan menaiki tangga batu berliku menuju loteng. Pengunjung tidak bisa mengakses menara batu.
Gempa bumi berkekuatan 7.5 SR yang terjadi pada tahun 1855 menyebabkan renovasi besar-besaran pada Yeşil Camii. Perencana renovasi dipimpin oleh arsitek dan seniman Perancis, Léon Parvillée, pada tahun 1863. Sebagai administrator Regional Anatolia Barat dan pelindung peleestarian warisan budaya ottoman pada saat itu, Ahmet Vefik Paşa meminta agar monumen kerajaan abad ke-14 dan 15 yang ada di kota Bursa direnovasi. Pada tahun 2010, Yeşil Camii kembali direnovasi, dan baru dibuka lagi untuk umum pada 11 Mei 2012. Konon renovasi tersebut menelan dana sebesar 1,8 juta Lira Turki.
Meninggalkan Yeşil Camii, sebenarnya saya masih penasaran dengan bangunan hijau yang berada di depannya. menurut informasi itu adalah bangunan tempat makam para Sultan dan keluarganya. Namun, karena waktu yang sangat terbatas, dan saya harus segera melanjutkan perjalanan, terpaksa saya tidak singgah ke bangunan itu. Mungkin next time. Oh iya, di sampin Yeşil Camii saya menemukan banyak sekali penjual roti khas Turki, roti Simit. Roti Simit ini sangat enak apabila dimakan saat hangat, teksturnya lembut dan gurih. Namun apabila telah dingin, teksturnya menjadi keras sebagaimana umumnya roti-roti di Eropa.