Bekas aliran lahar dari letusan Gunung Gamalama membentuk sebuah area unik yang dikenal dengan nama Batu Angus. Terletak sekitar 10 km dari pusat Kota Ternate, di Kelurahan Kulaba, Kota Ternate. Batu Angus merupakan hamparan bekas aliran lahar letusan Gunung Gamalama yang membeku dan tampak seperti hangus terbakar. Hamparan batu-batu hitam dengan ukuran yang cukup besar ini membentang dari kaki Gunung Gamalama hingga ke tepi laut. Batuan yang telah membeku tersebut membentuk hamparan indah yang alami, berpadu dengan hijaunya Gunung Gamalama dan birunya lautan yang terhampar luas.
Di area Batu Angus ini, terdapat beberapa gazeebo yang disediakan untuk pengunjung beristirahat sembari menikmati pemandangan alam Ternate. Sebuah jalan setapak dari beton terlihat membelah area Batu Angus, mulai dari area parkir hingga ke ujung. Beberapa tanaman hijau berbunga juga terlihat di sepanjang area Batu Angus. Luas area Batu Angus ini sekitar 10 ha.
Konon cerita dari masyarakat, saat aliran lahar dari letusan Gunung Gamalama mengarah ke laut, Sultan Ternate menancapkan tongkatnya di tebing yang berbatasan langsung dengan laut, sehingga aliran lahar tersebut berhenti.
Apabila kita berdiri di pinggir tebingnya, maka akan terlihat gelombang laut yang pecah menghantam bebatuan hitam yang letaknya persis berbatasan langsung dengan laut. Buih putih mengembang setiap kali gelombang air laut menghamtam bebatuan hitam tesebut. Di kejauhan terlihat sebuah pulau, yang bernama Hiri.
Di area Batu Angus ini juga terdapat sebuah situs sejarah yang merupakan lokasi tewasnya seorang tentara Jepang yang sedang melakukan terjun payung di tahun 1945, di mana parasut yang dikenakannya ternyata tidak terbuka.