Search

Yang Dadakan Memang Lebih Seru!!!

Sekian tahun pandemi memaksa saya untuk “betah” di rumah. Saya yang biasanya rutin per 2 bulan jalan-jalan ke bandara, untuk sementara harus anteng menjadi anak rumahan 🙂 Dan ini saya akan berbagi cerita sedikit perjalanan menggunakan paspor terakhir sebelum pandemi (semoga tahun ini paspor bisa nambah cap lagi ya…)

Jadi menjelang akhir 2019 kemarin, saya berniat untuk keliling Sumatera Barat. Seminggu sebelum tanggal saya akan berangkat, saya menghubungi seorang teman dan bilang “Tanggal sekian jemput dong di bandara”. Dan jawaban teman saya adalah “Wah… kalau tanggal segitu kayaknya kita hanya bisa dadah-dadah dari jendela pesawat nih”. Waduh…..

Ternyata teman saya dan teman-temannya berencana akan ke Phnom Penh di tanggal yang persis sama dengan rencana saya akan ke Sumbar. Ok, switch plan, yang tadinya akan booking tiket ke Padang, auto ganti pencarian ke Phnom Penh. Gila emang! ahahahahahahaha…..

Akhirnya malam itu saya berhasil mendapatkan tiket CGK – PNH pp dengan maskapai hijau. Ok, tiket aman, untuk hotel dan transportasi selama di Phnom Penh, saya akan share cost dengan yang lain. Selesai booking tiket, saya melanjutkan browsing untuk mencari informasi destinasi wisata di Phnom Penh (ini kebiasaan setiap akan traveling, saya pasti akan auto browsing tempat-tempat wisata). Saya mencatat beberapa destinasi yang bisa dikunjungi di seputar kota Phnom Penh dan mulai menyusun itinerary sederhana.

mulai dilist destinasinya

Singkat cerita tibalah hari keberangkatan. Pesawat yang akan membawa saya ke Phnom Penh meninggalkan runway Soekarno Hatta sekitar pukul 10.55 wib dan akan mendarat di bandara internasional Phnom Penh sekitar pukul 14.25 waktu setempat. Sebenarnya yang berangkat dari Jakarta ada 3 orang, tapi saya belum mengenal keduanya, dan saat di bandara pun kami tidak bertemu. Saya bertemu dengan kedua teman baru ini (Sammy dan Mafi) saat pesawat sudah landing di Phnom Penh dan kami harus mengisi arrival card.

“di dekat ini ya” sungguh clue yang random waktu janjian dengan Sammy dan Mafi setibanya di Phnom Penh International Airport

Bermodalkan informasi “pake baju merah” dan “berdiri di dekat signboard gede ya…” akhirnya kami bertemu 😀

Dan ternyata, setelah selesai mengisi arrival card dan akan mengambil bagasi, ternyata bagasi kami adalah 3 bagasi terakhir yang dengan manisnya masih tergeletak di atas conveyor belt 😀 ini antara terlalu santai atau emang ga butuh baju ganti ya? ahahahahaha……

Di artikel sebelumnya “Berkeliling Kota Phnom Penh” saya sudah sedikit cerita bagaimana perjalanan kami dari bandara menuju hotel menggunakan bus kan? Jadi saya akan skip bagian itu. Kami menginap di New York Hotel yang terletak di #256 Monivong Blvd, Sangkat Boeung Raing Khan Daun Penh, Phnom Penh.

Karena rombongan teman-teman yang berangkat dari Padang berbeda flight dan baru tiba di Phnom Penh pada malam harinya, sore itu setelah sedikit beristirahat, saya, Sammy dan Mafi memutuskan untuk jalan-jalan ke Independence Monumen yang terletak di pusat kota. Karena niatnya ingin berjalan-jalan dan orientasi arah, plus ngirit ongkos transport karena jaraknya hanya sekitar 1.8 km, kami memutuskan untuk berjalan kaki sambil menikmati sore di kota Phnom Penh.

akhirnya jajan juga ya Sam…. 😀
gaul sama akamsi Phnom Penh
yihaaaa….. setelah sabar nunggu bus dari bandara ke kota, geret-geret koper gredegan 400 meter, dan jalan kaki 1.8 km, akhirnya kita sampai di sini 😀

Sore hingga malam hari itu kami habiskan dengan berkeliling Independence Monumen dan sekitar, sembari survei tempat kuliner yang halal, karena di sana mostly menyajikan makanan yang tidak halal (di Phnom Penh ada Warung Bali yang menyajikan makanan khas Indonesia dan pastinya halal). Beberapa kali Sammy tergoda wangi jajanan pinggir jalan, tapi tidak berani untuk beli karena ga yakin kami boleh memakannya. Dan akhirnya sukses jajan dengan membeli roti goreng kosong (seperti cakue kalau di Indonesia).

Kami pulang ke hotel setelah mendapat telepon dari teman-teman yang berangkat dari Padang, yang ternyata telah tiba di hotel. Malam itu barulah saya kenal dengan semuanya, total kami ber-8 yang dalam beberapa hari ke depan akan bareng-bareng keliling kota Phnom Penh. Bagaimana jalan-jalan kami, tim hore ini di kota Phnom Penh, silakan cek artikel yang sebelumnya ya…. pilih saja kategori Asia, atau langsung ketik Phnom Penh di kolom pencarian, dan silakan menikmati keseruan kami selama berkeliling Phnom Penh.

akhirnya….. selamat bertemu….
setelah keliling Royal Palace, di saat betis mulai senut-senut, di situlah kita harus segera mencari tempat makan 😀
senyum sih, ga tau aja itu betis rasanya dah senut-senut tiada tara :))
masih shock begitu tahu the real story of The Killing Field
bersama pak Firman dan pak Kasmin, pemilik Warung Bali di kota Phnom Penh
waktu naik tuktuk, ternyata bapak pengemudinya bawa anak, dan ni bocah lucu banget…. ketawa-ketawa aja waktu diajak selfi
ini foto sebelum memasuki Tuol Sleng Genocide Museum, biar panas dan harus jalan sedikit jauh karena salah turun taxi, selfi jalan terus 😀

Foto di bawah ini sedikit kocak. Jadi di hari terakhir di Phnom Penh, Sammy terpaksa ga ikut keliling karena harus “on duty“. Jadi malamnya kami keliling di sekitar hotel dalam rangka (awalnya: menemani Sammy yang sesiangan tadi hanya stay di kamar karena tugas) dan berakhir dengan hunting tempat makan sambil menikmati malam terakhir di Phnom Penh. Diwarnai dengan ngedumel campur ngakak karena tempat makan yang berembel-embel “Indonesia” yang harusnya hanya berjarak sekitar 400 meter dari hotel ternyata saat kami datangi tempatnya gelap dan terlihat sedang ada pembangunan, hingga ragu-ragunya kami untuk masuk ke sebuah resto India yang terlihat sangat luxury. Dan sebelum masuk, masing-masing dari kami dengan sigap langsung memeriksa dompet “Masih punya Riel berapa?”, “Pada masih punya dollar ga?” sampai “Kak, pegang CC kan?” wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk…………

Dan ternyata kekhawatiran kami tidak beralasan, karena dengan segambreng menu (kalau tidak salah ada sekitar 7 menu yang kami pesan), kami cukup membayar kurang dari Rp 400.000!

malam terakhir di Phnom Penh, orang-orang yang selalu lapar ini sedikit khilaf makannya

Sekian cerita dari tim hore selama keliling Phnom Penh. Setelah dari Phnom Penh, persis sebulan sebelum pandemi, tim hore masih sempat berkeliling di kota Padang, sebelum akhirnya semua harus simpan ransel dan koper karena pandemi yang melanda seluruh dunia. Jadi, kapan lagi kita ke mana temans???

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.