Mendengar nama Vang Vieng, otak saya berputar, mencoba mengingat-ingat pelajaran Geografi semasa sekolah dulu. Di mana kah kota ini? Dan tanpa berpikir untuk kedua kalinya, saya mengiyakan ajakan teman-teman untuk mengeksekusi tiket ke Laos, di mana Vang Vieng berada. Dan setelah berkali-kali browsing, hati saya langsung tertambat dengan pemandangan kota Vang Vieng yang saya temukan di Internet. Terbayang sebuah kota mungil di Laos bagian tengah yang berada di pinggiran Sungai Nam Song, dengan ritme kehidupan yang tidak terlalu cepat. I’m falling in love with Vang Vieng.
Penantian selama 1 tahun akhirnya berbuah pengalaman yang tidak akan terlupakan. Setelah mengunjungi Vientiane, saya dan teman-teman akhirnya melanjutkan perjalanan ke Vang Vieng. Karena jumlah kami yang cukup banyak (8 orang), saya dan teman-teman memutuskan untuk menyewa mini van. Biaya sewa mini van dengan rute Vientiane – Vang Vieng sebesar $100. Dan setelah berkendara selama kurang lebih 3-4 jam, akhirnya kami tiba di kota yang berjarak 155 kilometer di sebelah Utara Vientiane.
Sabaidee Vang Vieng
Begitu kaki menjejak di kota Vang Vieng, yang saya rasakan adalah kedamaian. Senyum tulus selalu terlihat di setiap wajah penduduk yang berpapasan dengan kami. Ucapan “sabaidee” terdengar berkali-kali. Sabaidee adalah sapaan “hello” dalam bahasa setempat.
Sebelum menjelajahi kota ini, saya terlebih dahulu singgah di penginapan yang akan menjadi rumah saya selama 2 hari ke depan. Saya menginap di The Elephant Crossing Hotel dengan rate sebesar Rp 530,000 per malam. Hotel ini terletak di Ban Viengkeo, Vang Vieng Riverfront, Vang Vieng, persis di tepi Sungai Nam Song. Sebenarnya banyak sekali penginapan di Vang Vieng yang memiliki harga lebih murah, tetapi saya menginginkan sebuah kamar dengan pemandangan persis seperti yang saya lihat di dalam sebuah foto hasil browsing di Internet. Kamar dengan pemandangan pegunungan karst di depannya. Yes!
Melihat pemandangan dari depan balkon kamar, keinginan untuk berkeliling melihat-lihat kota sempat sedikit terpinggirkan. Mata saya seolah terhipnotis dengan pemandangan sederetan pegunungan karst yang terbentang sejauh mata memandang. Dilengkapi dengan foreground aliran Sungai Nam Song dengan beberapa perahu yang hilir mudik melewatinya. Sawah hijau terbentang tidak ketinggalan ikut menambah indahnya scenery di depan mata saya.
Setelah memuaskan mata dengan pemandangan yang sangat indah, serta berkali-kali menekan tombol shooter di kamera, akhirnya saya melangkahkan kaki keluar dari penginapan. Menapaki jalanan tanah bercampur beton menuju jalan utama kota Vang Vieng.
Di sepanjang jalan utama, berderet-deret toko makanan, pakaian, café, pub, aksesoris, tour & travel, serta penginapan dengan mudah ditemukan. Dan karena Vang Vieng merupakan salah satu kota tujuan backpacker dari seluruh dunia, di sepanjang jalan banyak terlihat turis dari berbagai negara.
Sebenarnya, cara paling asyik mengelilingi Kota Vang Vieng adalah dengan menggunakan sepeda atau motor. Dan di sepanjang jalan, banyak yang menyewakan sepeda dengan harga 20,000 Kip/day atau motor seharga 50,000 Kip/day. Namun, saya memilih untuk berjalan kaki saja, karena lebih santai.
Sore menjelang malam itu saya habiskan dengan berkeliling Vang Vieng. Melihat aktivitas kayaking di sepanjang Sungai Nam Song, mencari tour operator yang menawarkan berbagai paket tour, mencoba masakan halal di Nazim Indian Food yang berada di salah satu ruas jalan, dan menikmati hingar-bingarnya kota dengan berbagai musik yang terdengar dari café dan pub yang banyak terdapat di sepanjang jalanan kota. Dan malam itu ditutup dengan kegiatan berdiam di balkon kamar sambil mengamati bayangan hitam deretan pegunungan karst yang terbentang di sepanjang sisi sungai.
Pagi menjelang, dan begitu membuka mata, di depan saya terbentang sebuah lukisan alam, indah, damai, dan misty. Pegunungan karst coklat hitam kehijauan terbentang, diselimuti kabut putih pekat dan selarik cahaya keemasan dari sisi Timur. Kota Vang Vieng bagaikan negeri dongeng yang dikelilingi oleh benteng kokoh. Dan pagi itu, saya berharap melihat sesosok pangeran berkuda putih yang keluar menerobos pekatnya gumpalan kabut pagi. Sepagi itu, aktivitas di Sungai Nam Song sudah dimulai, sampan-sampan terlihat hilir mudik, sebagian mengangkut warga lokal, dan sebagian lainnya mengangkut para turis yang ingin menikmati suasana pagi dengan menyusuri sungai.
Outdoor Activity di Vang Vieng
Hari ini, saya dan teman-teman akan mengikuti one day tour di Vang Vieng. Setelah semalam kami akhirnya memutuskan untuk untuk mengambil paket tour seharga 140,000 Kip (setara Rp 230,000) per orang yang meliputi aktivitas cave tubing, trekking ke Elephant Cave, kayaking di sepanjang Sungai Nam Song, dan berenang di Blue Lagoon. Paket tersebut sudah termasuk makan siang dengan menu nasi goreng seafood, pisang dan air mineral, plus guide untuk kegiatan kayaking.
Perjalanan dimulai ketika sebuah tuk tuk berukuran besar menjemput kami di penginapan. Tujuan pertama adalah kegiatan trekking menuju Elephant Cave dan cave tubing. Kami berangkat pukul 9 tepat, menuju lokasi cave tubing. Medan yang dilalui lumayan beragam, mulai dari jalanan aspal mulus, hingga jalanan tanah berbatu yang dipenuhi kubangan air. Setelah menempuh perjalanan sekitar 50 menit, akhirnya kami tiba di lokasi trekking.
Turun dari tuk tuk kami disambut dengan pemandangan sawah dan pegunungan hijau. Trekking menuju lokasi tubing memakan waktu sekitar 30 menit. Melewati pematang yang kanan kirinya berupa hamparan sawah menghijau. Meniti sebuah jembatan gantung yang terbentang di atas sungai yang cukup lebar dengan aliran airnya yang cukup deras membelah bebatuan di dasarnya.
Setibanya di lokasi cave tubing, suasana sangat ramai. Beberapa bangunan kayu, terbuka, dengan sederetan meja dan bangku panjang terbuat dari kayu tampak penuh oleh pengunjung yang sebagian besar adalah turis dari manca negara. Saya dan teman-teman menempati sebuah meja dan bangku panjang yang berada di bagian tengah, persis di tepi pagar. Dari tempat itu, saya bisa melihat dengan jelas aktivitas yang dilakukan oleh para turis di sepanjang sungai. Berpuluh ban hitam berjejer di atas permukaan sungai, sebagian digunakan oleh para pengunjung untuk bersantai sambil berenang, sekumpulan turis bermain susun ban.
Kegiatan cave tubing dilakukan secara per kelompok. Setiap kelompok akan bergantian untuk masuk ke dalam gua ditemani oleh beberapa guide. Mengarungi aliran sungai di dalam sebuah ceruk gua yang cukup gelap, hanya cahaya dari headlamp yang kami kenakan yang menjadi sumber penerangan. Setelah sekitar 30 menit bermain air di dalam gua, akhirnya kami ke luar. Di atas meja telah tersedia makan siang dengan menu nasi goreng seafood, pisang dan air mineral.
Setelah bersantap siang, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi kayaking. Lokasi kayaking tidak terlalu jauh dari tempat cave tubing. Perahu kayak warna-warni terlihat tersebar di pinggiran sungai. Saya mendapat giliran menempati kayak berwarna kuning, yang diisi oleh 3 orang termasuk seorang guide yang duduk di belakang saya. Perjalanan mengarungi Sungai Nam Song dimulai. Aliran sungai membawa kayak yang saya naiki menuju hilir sungai. Air sungai terasa dingin di jemari tangan yang dengan sengaja saya celupkan dari tepian kayak. Pemandangan di sepanjang tepian sungai terlihat beragam. Pepohonan hijau, sawah, rumah penduduk dan bangunan-bangunan kosong bekas pub/café yang telah ditutup dan ditinggalkan pemiliknya. Dulu, Vang Vieng terkenal dengan pub dan café yang banyak terdapat di sepanjang tepian sungai. Namun sekarang, hampir 90% dari bangunan pub dan café tersebut telah berhenti beroperasi. Saat melakukan kayaking, saya hanya menemukan sekitar 3 café yang masih beroperasi. Suara musik hingar-bingar terdengar dari bangunan café, serta sekumpulan turis yang sedang asyik menikmati minuman lokal.
Kayaking, mengarungi aliran sungai sepanjang kurang lebih 9 kilometer, kami tempuh dalam waktu sekitar 1.5 jam. Ditemani matahari yang bersinar sangat terang dan keringat yang bercucuran, akhirnya kami berhasil menyelesaikan aktivitas yang sangat menyenangkan ini. Selanjutnya, kami menuju Blue Lagoon.
Perjalanan menuju Blue Lagoon dari end point kayaking hanya berjarak 10 menit dengan berkendara. Lokasi Blue Lagoon ini berjarak sekitar 7 kilometer dari pusat Kota Vang Vieng. Destinasi ini memungkinkan untuk dikunjungi pada pukul 8 pagi hingga 6 sore. Dengan membayar tiket masuk sebesar 10,000 Kip, saya akhirnya bisa menikmati sejuknya air hijau toska di Blue Lagoon. Di siang menjelang sore hari itu, Blue Lagoon penuh dengan pengunjung. Dan yang menjadi spot favorit adalah sebatang pohon yang tumbuh menjorok ke arah laguna, yang menjadi tempat para pengunjung untuk terjun bebas ke tengah-tengah hijau toskanya air laguna. Berganti-ganti pengunjung memanjat pohon tersebut menggunakan tangga bambu sederhana untuk mencapai ujung dahan yang akan menjadi start point mereka untuk terjun ke tengah-tengah laguna. Dan seketika air hijau toska akan menyembur ke sekeliling, membuat basah pengunjung yang ada di sekitar laguna begitu tubuh salah satu pengunjung menyentuh permukaan airnya. Di bawah dahan pohon tersebut ada sebuah ayunan sederhana yang juga menjadi tempat favorit pengunjung untuk bersantai sambil berendam. Setelah ikut mencoba merasakan dinginnya air laguna, akhirnya saya dan teman-teman beranjak pulang. Selesai sudah perjalanan kami mengelilingi sebagian Kota Vang Vieng.