Tour De Belitung Timur 2013 #12 – Museum Kata Andrea Hirata
by
Evy Priliana Susanti
Posted on
Setelah bermain-main di pantai, kali ini destinasinya akan membuat mata dan otak harus bekerjasama. Iya, saya dan teman-teman kali ini diajak ke Museum Kata Andrea Hirata. Tau dong siapa itu Andrea Hirata? Pasti tau kan? Kalau sudah mendengar kata Belitung – Laskar Pelangi – Andrea Hirata, apa sih yang kebayang di kepala???
gerbang masuknya unik ya…
Honestly, saya memang sangat penasaran dengan museum ini. Waktu kunjungan saya yang pertama ke Belitung, saya ga sempat untuk mengunjungi museum ini. Jadi, begitu tau bahwa di Tour De Belitung Timur 2013 ini ada kunjungan ke Museum Kata, saya sangat excited. Ada sedikit harap, semoga bisa bertemu dengan ibu Muslimah, sosok ibu guru yang sangat berdedikasi di film Laskar Pelangi itu.
Waktu tiba di depan Museum Kata, saya sangat tertarik dengan model gerbangnya yang tidak biasa. 4 buah tiang dari bata dan semen yang menyerupai bagian depan dari sebuah rumah, lengkap dengan sebentuk segitiga menyerupai bumbungan atap di bagian atasnya. Dari 4 tiang tersebut, membentuk 3 buah gerbang yang menjadi pintu masuk ke halaman Museum Kata.
Bangunan utama dari komplek Museum Kata berupa sebuah bangunan kayu sederhana berwarna putih dengan atap yang terbuat dari seng yang dicat biru. Lantai bangunan pun terbuat dari kayu, sehingga suasana di dalam museum cukup sejuk di tengah panasnya siang hari itu. Bagian dalam museum juga didominasi dengan warna putih.
Untuk memasuki bangunan museum, kami harus membuka alas kaki.
Begitu memasuki bagian pertama dari museum, terlihat beberapa poster mengenai Andrea Hirata dan Laskar Pelangi, di pojok kanan terlihat deretan t-shirt yang bisa dijadikan suvenir.
Di bagian kiri pintu terdapat sebuah lemari kaca yang berisikan beberapa barang mengenai Laskar Pelangi dan Andrea Hirata.
mesin jahit kuno di salah satu sudut Museum Kata
lukisan, foto, quotes bijak, kliping, cover novel,
menghiasi sebagian besar dinding Museum Kata
Saya melangkahkan kaki menuju ruangan utama. Di ruangan yang masih didominasi dengan warna putih itu, di pojok kanan dari pintu masuk terlihat sebuah mesin jahit kuno yang terpasang di sebuah meja kayu yang dilengkapi dengan kursi yang juga kuno. Di dekat meja dengan mesin jahit itu terdapat jendela kayu besar. Di dinding ruangan, terpasang dengan rapi berbagai figura kaca yang berisikan foto, kliping berita, kata-kata bijak, testimoni dari tokoh sastra nasional dan internasional, lukisan dan beberapa peralatan tradisional khas Belitung. Di atas pintu masuk ke ruangan utama terdapat gambar Bodenga, yaitu buaya besar yang menjadi mitos di Belitung.
Bodenga
Beranjak ke sudut lain ruangan, terdapat sebuah meja kayu bulat dengan lampu sudut di atasnya, dan sebuah kursi kayu berwarna coklat. Sementara di sudut yang berlawanan, terdapat sebuah lemari kayu dengan rak-rak yang menggunakan kaca. Sebuah biola lawas tampak tergantung di dinding di atas lemari tersebut.
lemari kayu tua, biola dan lukisan
kliping tentang kegiatan Andrea Hirata dan novelnya
Ruangan-ruangan yang ada di Museum Kata Andrea Hirata ini dinamai sesuai dengan karakter di film Laskar Pelangi. Di sisi kiri kita akan meliaht ruangan “ARAI” dan ruangan “LINTANG“. Tau dong ya, Arai dan Lintang adalah 2 tokoh sentral di film yang fenomenal itu. Udah pada nonton kan??? Oh iya, di bagian tenga ruangan terdapat 1 set meja tamu yang terbuat dari kayu, terdiri dari 1 buah meja kayu bulat dan 3 kursi kayu.
kursi tamu yang terdapat di ruangan utama Museum Kata
ruang “LINTANG”
Hmm…. tadi saya sempat mendengar info dari pihak Disbudpar, bahwa kalau tidak ada halangan, kami bisa ketemu dengan ibu Muslimah, sosok guru yang sangat berdedikasi di film Laskar Pelangi. Jujur, saya ga nyangka banget ternyata sosok ibu guru Muslimah di film itu adalah sosok yang nyata. Awalnya saya berpikir, itu hanya tokoh imajinasi dari penulisnya. Perasaan ga sabar menunggu kehadiran ibu Muslimah terpaksa saya tahan sambil terus menelusuri seluruh sudut dari Museum Kata ini.
aneka berita tentang Andrea Hirata,
Museum Kata dan Laskar Pelangi
beritanya sampai ke manca negara
Dari ruangan utama, asya memasuki ruangan selanjutnya. Masih sama dengan ruangan utama tadi, di sini pun dindingnya penuh dengan quote-quote bijak, foto tokoh-tokoh sastra dalam dan luar negeri, testimoni mereka dan berbagai kliping berita tentang Andrea Hirata dan tulisannya.
salah satu sudut museum kata yang sangat bikin betah
Saya terus melangkah menuju bagian belakang dari bangunan ini. Di salah satu sisinya terdapat ruang santai dengan sepasang kursi kayu antik dan meja bulatnya yang diletakkan di dekat sebuah jendela lebar. Suasana di ruangan ini sangat jadul, tapi terasa hangat dan menyenangkan. Terus ke belakang, saya menemukan sebuah ruangan dapur yang menurut informasi adalah dapur dengan gaya trasidional Malaysia. Di dindingnya tertulis “KUPI KULI”. Dan seorang mbak yang dengan cekatan membuat kopi secara tradisional dengan memasak air di dalam ceret yang diletakkan di atas tungku kayu. Cara memasak yang masih sangat sederhana, dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Teman-teman segera antri manis untuk mencicipi segelas “kupi kuli”, dan saya, lagi-lagi harus cukup puas dengan menghirup wangi aroma kopi yang menyebar di seluruh ruangan.
suasana ruangan ini mengingatkan
saya akan rumah tempo dulu di kampung
suasananya ngangenin
“Kupi Kuli” membuat kopi dengan cara tradisional
di pojok dapur yang lain
Setelah puas menghirup aroma kopi di dapur, saya melangkah keluar dari bangunan museum, menyeberang ke bangunan di sebelahnya. Sebuah bangunan setengah jadi dengan dinding bata merah yang tersusun rapi. Menurut hasil tanya-tanya dengan guide dari Disbudpar, bangunan ini merupakan perluasan dari bangunan utama museum yang sudah tidak bisa memadai. Saya mencoba melongok ke dalam ruangan-ruangan terbuka yang ada di bangunan itu. Dan lagi-lagi saya melihat dinding ruangan yang penuh dengan foto-foto para tokoh sastra dari seluruh dunia, kliping tentang mereka, testimoni dan foto-foto yang pernah diadakan di Museum Kata ini dan foto-foto event yang pernah diadakan di Belitung Timur.
sebagian isi dinding di bangunan baru di komplek Museum Kata
sebagian isi dinding di bangunan baru di komplek Museum Kata
sebagian isi dinding di (masih) bangunan baru di komplek Museum Kata
Oh iya, ada yang unik di bangunan baru ini. Di bagian luar saya menemukan sebuah sepeda onthel yang dicat biru. Disandarkan ke sebuah kursi besi yang juga berwarna biru. Dengan latar belakang sebuah poster bergambar anak-anak yang sekujur tubuhnya dibalur cat putih dengan tangan menunjuk lurus ke atas. Saya suka banget dengan poster itu (sssttt…tadinya pengen nyopot dan menggulung posternya, kemudian dibawa balik ke Jakarta :D).
“Literary Earth” The Story of My Project
saya lebih fokus pada foto anak-anak itu
bu Muslimah, akhirnya saya bertemu dengan beliau ^.^
Dan akhirnya, penantian saya hari itu terkabul.Guide dari Disbudpar mengabarkan bahwa bu Muslimah on the way ke museum. Asyik….. Saya bergegas menuju ruangan depan di bangunan utama museum. Tidak seberapa lama, sebuah motor bebek berhenti di halaman museum, dan sesosok ibu (mungkin seumur dengan ibu di rumah, ah… jadi kangen beliau) turun dan boncengan motor. Menggunakan gamis berwarna krem muda dengan jilbab coklatnya, beliau melangkah menuju teras museum.
Saya mendekat, dan mengulurkan tangan, menyentuh tangan beliau dan spontan mencium tangan wanita hebat itu. Waktu itu, spontan rasanya mau mewek lho…. ga tau kenapa?
Dan saya lebih terkejut lagi karena tiba-tiba beliau menarik dan memeluk saya. Whuaaaaaa….. ga bisa ditahan, mata saya langsung berkaca-kaca. Apalagi beliau langsung bertanya “Gimana kabarnya, gimana jalan-jalan di Belitung Timur?”
Saya sempat terkesima, bagaimana bisa seorang ibu yang saya belum pernah mengenalnya, bisa dengan hangat menyambut, memeluk dan bertanya dengan akrabnya seperti itu.
ini sosok yang membuat saya terkesima dan berkaca-kaca sore itu
Saya mengikuti beliau masuk ke bagian dalam museum, dan teman-teman pun langsung heboh untuk foto-foto dengan beliau.
Mendengarkan cerita beliau tentang bagaimana asal-usulnya beliau bisa menjadi seorang guru di Desa Manggar ini. Mau tau ga? Bu Muslimah sudah menjadi guru sejak umur 16 tahun! Beliau bercerita tentang sosok Andrea Hirata yang ternyata adalah anak muridnya. Katanya sih, Andrea Hirata itu dulu terkenal usil waktu jadi muridnya 😀
Dan yang lebih surprise lagi, ternyata di rombongan guide dari Disbudpar, ada anak kandung dari bu Muslimah, yaitu mas Uut! Dan saya berhasil memaksa mas Uut untuk foto bareng ibunya, hehehehehe….
bu Muslimah dan mas Uut
Waktu terasa berjalan cepat saat bu Muslimah bercerita tentang kegiatannya mengajar dulu. Tentang Manggar dan kegiatan penambangan timah, tentang suasana Belitung Timur tempo dulu. Dan lagi-lagi saya tersentil waktu bu Muslimah berpesan “Kejar mimpi kamu sampai ke ujung dunia. Tidak ada yang tidak mungkin, kalau kita mau selalu berusaha dan berdoa”.
Berasa banget semangat beliau waktu mengatakan kalimat itu. Dan saya langsung setuju dengan pesan beliau itu. Dulu saya ga pernah berpikir bisa keliling-keliling di Indonesia yang indah ini. Tapi ternyata, dari impian kecil, angan-angan ingin melihat Indonesia, akhirnya sedikit-sedikit kaki ini mulai menapaki beberapa bagian dari negeri yang katanya surga ini. Dan saya mulai memupuk mimpi yang lebih besar, someday saya pasti bisa keliling dunia!!!
semangat ya dek sekolahnya
tetaplah bermimpi dan berdoa
Karena hari semakin sore, dan masih ada 2 destinasi lagi yang harus saya dan teman-teman datangi hari itu, akhirnya pertemuan dengan bu Muslimah pun harus diakhiri. Kami berpamitan. Dan saat saya pamit dan mencium tangan beliau, lagi-lagi bu Muslimah memeluk saya dan berpesan “Tetap semangat ya… Kejar terus cita-citanya”. Whuuuuaaaa…. kembali mata saya berkaca-kaca…. Kalau aja ga malu dengan tatapan teman-teman yang heran melihat saya dipeluk bu Muslimah, mungkin saya bisa mewek terisak-isak sambil memeluk beliau 😀
Ah, rasanya belum puas mendengarkan cerita seru bu Muslimah. Tapi, saya dan teman-teman harus segera menuju destinasi selanjutnya. “Bu Muslimah, pesan ibu pasti saya ingat. Doakan agar suatu saat saya bisa keliling dunia untuk mengejar mimpi itu”.
Saya dan teman-teman peserta Tour De Belitung Timur 2013 meninggalkan Museum Kata Andrea Hirata diiringi dengan lambaian tangan bu Muslimah yang mengantarkan kami sampai di teras museum. Saya bertekad, someday semoga masih ada kesempatan untuk balik lagi ke Belitung Timur, dan bisa bertemu lagi dengan sosok seorang ibu dan seorang guru yang penuh semangat ini.
bu Muslimah mengantarkan kami sampai ke teras Museum Kata sore itu
Eits, perjalanan hari ini belum selesai. Setelah ini saya dan teman-teman akan diajak melihat replika SD Muhammadiyah Gantong yang ngetop karena (lagi-lagi) film Laskar Pelangi itu.
[…] Cukup explore Pantai Bukit Batu-nya, sekarang saatnya capcus ke destinasi selanjutnya.Mau tau saya bakal mengunjungi apalagi? Yuk tetep pantengin lanjutannya…. […]
[…] 11, 2014 Evy Priliana Susanti Leave a comment Setelah ngubek-ngubek Museum Kata Andrea Hirata, dan ngobrol dengan bu Muslimah, perjalanan kali ini diteruskan dan masih akan melengkapi rentetan […]
[…] Cukup explore Pantai Bukit Batu-nya, sekarang saatnya capcus ke destinasi selanjutnya.Mau tau saya bakal mengunjungi apalagi? Yuk tetep pantengin lanjutannya…. […]
[…] 11, 2014 Evy Priliana Susanti Leave a comment Setelah ngubek-ngubek Museum Kata Andrea Hirata, dan ngobrol dengan bu Muslimah, perjalanan kali ini diteruskan dan masih akan melengkapi rentetan […]