Cerita tentang sebuah pulau kecil tak berpenghuni dengan pemandangan yang luar biasa di perairan Tidore akhirnya berhasil membawa saya berlayar selama kurang lebih 1 jam menuju pulau kecil yang bernama Failonga. Bertolak dari Pelabuhan Rum, di Tidore, perahu yang saya tumpangi mulai membelah perairan Tidore menuju pulau kecil itu. Gelombang pagi itu tidak terlalu besar, namun tetap mampu membuat kapal yang saya tumpangi berayun kecil. Percik air laut yang pecah oleh buritan kapal terlihat di sana sini. Saya menikmati setiap hembusan angin laut dengan duduk di bagian depan kapal, sembari memasang mata melihat indahnya perairan di sekitar Pulau Tidore.
Matahari di pagi menjelang siang itu cukup terik untuk memanggang kulit saya dan teman-teman yang memutuskan untuk duduk di atas atap kapal. Perjalanan sekitar 1 jam itu tidak terasa membosankan dengan senda gurau mereka. Dan ketika Pulau Failonga mulai tampak di depan mata, saya terkesiap dengan pemandangan pulau kecil itu. Ah, pasti pulau ini diciptakan saat Tuhan sedang bahagia, tersenyum.
Di depan terlihat sebuah pulau yang rimbun oleh hijaunya pepohonan serta dikelilingi oleh batu-batuan besar. Air di sekitarnya berpendar dan berwarna-warni, hijau muda, toska, biru, berbaur menjadi satu. Permukaan air tampak bergelombang kecil. Tak perlu menunggu lama untuk teman-teman menceburkan diri ke dalam air yang sangat jernih itu, setelah mendapatkan kode dari Rio – guide kami saat itu, bahwa laut aman.
Air berwarna hijau toska muda yang jernih menyambut tubuh kami. Dan ketika pandangan teralihkan ke dasar laut, sederetan karang beraneka bentuk tampak berbaris rapi. Memang, mendekati Pulau Failonga, banyak karang yang telah mati, mungkin terinjak atau terkena fins yang dikenakan oleh pengunjung yang snorkeling di situ. Namun apabila lokasi snorkeling bergeser sedikit ke arah tengah, maka akan terlihat karang aneka warna dan aneka bentuk yang sangat indah. Ikan di perairan sekitar Pulau Failonga juga beraneka macam dan beraneka warna, biru, kuning, orange, hijau, abu-abu, coklat dan masih banyak lagi.
Pulau Failonga ini merupakan pulau tak berpenghuni dengan luas sekitar 0.8 hektar. Pantainya merupakan pantai berbatu dengan sedikit hamparan pasir putih. Ombak di sekitar pantai ini tidak terlalu besar, tapi cukup untuk mengayun-ayunkan tubuh pengunjung yang sedang berenang.
Puas berenang, kami pun beristirahat di batu-batuan besar yang banyak terdapat di sekeliling pulau kecil ini. Bercanda sambil menikmati makan siang, what a perfect day?
Rio, yang menjadi guide saya dan teman-teman saat itu kemudian mengajak kami sedikit trekking ke tengah pulau untuk mencapai spot yang paling fotogenic di Failonga. Berjalan menyusuri bebatuan dan pohon-pohon yang tumbuh cukup rapat di pulau ini, akhirnya setelah berjalan sekitar 15 menit, tibalah kami di sebuah spot yang berbatu-batu besar. Spot ini merupakan lokasi terbaik untuk mengambil foto. Dari titik ini, kita bisa memandang sebidang hamparan pasir putih yang terdapat di bibir pantai dan berbagai batuan besar yang tersebar tak beraturan, namun membentuk formasi yang sangat cantik.
Di titik ini, ada sebuah spot yang menjadi favorit pengunjung untuk berfoto. Spot dengan batuan besar itu terlihat begitu menawan, dengan latar belakang lautan luas membentang dengan gradasi airnya yang memanjakan mata.
Puas mengambil beberapa frame di titik ini, kami pun kembali menuju lokasi kapal yang masih setia menunggu kami. Main airnya belum selesai. Bye bye Failonga, I’ll be back someday!
Tips bermain ke Pulau Failonga:
- Failonga merupakan pulau tak berpenghuni, jadi bawalah bekal makanan dan minuman secukupnya;
- Gunakan pelindung matahari (sunblock) yang cukup tinggi SPF-nya karena matahari di sana diskonnya gede-gedean;
- Bawa kamera agar tidak menyesal, karena pemandangannya luar biasa indah.
Dan jangan buang sampah Di pulau ini, Jaga kebersihan Dan jangan coret-coret
itu PR untuk kita semua, gimana caranya supaya kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan bisa dijadikan budaya oleh semua orang. Begitu jg aksi grafity…