Search

Tidore #5 – Menemukan “Rumah” di Gurabunga

EVY_5433

Saya pecinta daerah dingin (tapi tidak menolak juga untuk berpanas-panas). Makanya, ketika berkesempatan untuk mengunjungi Tidore, saya tidak berpikir dua kali untuk memasukkan Desa Gurabunga menjadi salah satu tujuan yang wajib didatangi. Dan pilihan saya tidak salah!

IMG_9770
di sepanjang perjalanan, pemandangannya seadem ini
IMG_9739
Pala, primadona dari kepulauan Maluku
IMG_9754
Buah Pala itu seperti ini (biasanya hanya tahu yang sudah jadi manisan)

Sepanjang perjalanan menyusuri aspal hitam menuju desa yang terletak di lereng Gunung Marijang, atau yang lebih dikenal dengan nama Kie Matubu, pohon Pala dan Cengkeh begitu memanjakan mata. Kebetulan, saat saya mengunjungi desa ini, tanaman Pala mulai berbuah. Terpuaskanlah keinginan untuk melihat secara langsung tanaman Pala dan Cengkeh, keluarga rempah-rempah yang di jaman dahulu menjadi daya tarik bangsa asing untuk datang dan menguasai salah satu bagian dari Indonesia tercinta ini.

EVY_5447
Lapangan Gurua
EVY_5444
awan terlihat begitu dekat…
EVY_5448
lapangannya hijau….. luas….. bikin ingin guling-guling di sana

Suasana sejuk mengiringi kendaraan yang membawa saya ke desa di ketinggian 800 mdpl ini. Semerbak aroma tanah dan rumput, lembab, namun sangat sarat kerinduan menelisik indra penciuman saya. Menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari pusat Kota Tidore, melewati jalanan aspal menanjak yang berliku-liku, akhirnya saya tiba di lapangan hijau yang luas, Gurua – lapangan hijau yang luas di Desa Gurabunga. Desa Gurabunga sendiri terletak di lereng Gunung Marijang (yang lebih dikenal dengan nama Kie Matubu) yang memiliki tinggi sekitar 1730 mdpl.

Turun dari mobil, saya disambut udara dingin yang menyegarkan. Love that!

20171224_154102
masjid dan musholla yang letaknya berdampingan, kaum wanita biasanya sholat di musholla, sementara pria di masjid (taken by mas @Har)
EVY_5442
di setiap rumah warganya, deretan bunga warna-warni tampak memenuhi halamannya
HAR_4912
salah satu rumah di Desa Gurabunga yang sedang dibangun

Lapangan hijau tadi sangat luas, diapit dengan perumahan penduduk dan sebuah masjid serta sebuah musholla yang letaknya berdampingan. Jalanan setapak dari beton tersedia di salah satu sisi lapangan. Melemparkan pandangan ke sekitar, yang terlihat adalah alam yang hijau, gunung Kie Matubu terlihat gagah menjulang tinggi dengan selimut awan di sekelilingnya serta rumah penduduk yang begitu asri dan berwarna dengan beraneka warna bunga yang tumbuh di setiap halamannya. Kata Gurabunga sendiri memiliki arti Taman Bunga, dan itu sangat sesuai dengan kondisi desa ini yang penuh dengan bunga di setiap pekarangan rumahnya.

IMG_9756
suka dengan hijaunya pepohonan dan bersihnya desa ini
EVY_5434
Rumah Sowohi
EVY_5436
ruang tamu di Rumah Sowohi

Kaki melangkah menyusuri jalanan beton menuju salah satu rumah (rumah bapak Arif Romo), yang menjadi tempat kami beristirahat menikmati indahnya Gurabunga. Diantar Gogo, kami kemudian menyambangi sebuah rumah adat Sowohi yang disebut Folajikosabari. Menyusuri jalanan desa yang sedikit menanjak, tidak jauh dari lapangan hijau, akhirnya kami tiba di rumah Sowohi. Rumah Sowohi ini kental dengan nuansa Islam. Rumah yang didominasi dengan warna putih ini dibangun menggunakan kayu, bambu serta berlantaikan tanah dan masih menggunakan daun pohon Sagu sebagai atapnya. Desain rumah Sowohi ini memiliki 5 buah ruangan yang menggambarkan jumlah sholat wajib di dalam Islam, serta 2 buah ikatan di setiap batang bambunya yang melambangkan 2 kalimat Syahadat. Di setiap rumah Sowohi terdapat sebuah ruang khusus, biasa disebut Ruang Puji, yang berfungsi sebagai ruang untuk berdoa. Ruangan tersebut biasanya diberi kain putih sebagai tirainya. Di ruangan itulah para Sowohi akan berdoa untuk keberlangsungan Tidore serta kebijakan-kebiijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat Tidore.

EVY_5437
Rumah Sowohi memiliki dinding dari bambu serta berlantaikan tanah
EVY_5439
atap Rumah Sowohi yang terbuat dari daun pohon Sagu
20171224_154710
Gong, yang terdapat di sudut ruang tamu Rumah Sowohi (taken by mas @Har)

Rumah Sowohi yang saya datangi merupakan kediaman Bapak Yunus Hatari, selaku Sowohi Kie Matiti. Saya memasuki sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruang penerima tamu, ruangan berlantaikan tanah padat, dilengkapi dengan seperangkat kursi kayu dan sebuah sofa sudut terbuat dari bambu. Di salah satu sudut ruangan tergantung sebuah Gong dari tembaga. Atap ruangan ini masih menggunakan daun pohon Sagu. Menurut bapak Yunus Hatari, beliau mempertahankan bangunan asli Rumah Sowohi ini untuk menjaga hubungannya dengan para leluhur.

HAR_4909
berbincang bersama bapak Yunus Hatari (taken by mas @Har)
EVY_5438
kursi kayu, membuat suasana ruang tamu di Rumah Sowohi semakin unik

Setelah berbincang-bincang dan mendengarkan cerita bapak Yunus Hatari mengenai bagaimana beliau menjalin hubungan dengan para leluhur melalui doa di Ruang Puji, serta bagaimana menjaga tatanan masyarakat Gurabunga agar tetap menjunjung tinggi adat-istiadat, akhirnya kami berpamitan.

IMG_9761
Kopi Dabe, kopi yang berhasil membuat saya ketagihan dan menjadi pecinta kopi
IMG_9763
menikmati kopi dengan pemandangan secantik ini, awesome!

Meninggalkan rasa bahagia karena bisa melihat dan mendatangi sendiri rumah adat yang begitu nyaman, ramah, saya pun kembali menuju rumah bapak Arif Romo. Dan tidak sabar untuk menikmati segelas kopi khas Tidore, Kopi Dabe. Ada cerita sedikit mengenai Kopi Dabe ini. Sebenarnya saya bukan seorang yang addict dan hobi minum kopi. Saya hanya senang menghirup aroma wanginya. Jangan tanya kenapa dan apa sebabnya? Bagi saya, menghirup wangi aroma kopi itu menyenangkan, membuat bahagia, tapi tidak cukup untuk membuat saya tertarik meminumnya. Tetapi, ketika saya berkunjung ke Kadaton Kesultanan Tidore, saya disuguhi secangkir kopi yang aromanya tidak biasa. Wangi kopi bercampur aroma rempah (cengkeh, kayu manis, dan jahe) serta rasa manisnya yang lain dari biasanya, seketika membuat saya ingin bilang “I love this coffee so much”. Dan ketika mendapat suguhan segelas Kopi Dabe di Gurabunga ini, rasanya this is a perfect day for me!

20171224_161413
bersantai bersama sahabat sembari menikmati segelas Kopi Dabe, perfect! (taken by mas @Har)
20171224_172211
Ko Gogo, teman baru yang kami temui di Desa Gurabunga
EVY_5441
kulit Pala yang sedang dijemur di salah satu halaman rumah warga

Menikmati segelas kopi sambil duduk di bawah pohon bersama teman-teman, bersenda gurau sambil memandang Kie Matubu yang menjulang di kejauhan membuat siang menjelang sore itu begitu sempurna. Rasanya saya ingin berlama-lama di desa ini. Menikmati suasana desa yang tenang, nyaman, dingin, dan bersahabat. I think I found a place, called home here. Hi Gurabunga, I love you so much!

EVY_5454
pepohonan hijau, langit biru yang digayuti awan putih berbias sinar mentari
EVY_5455
awan terasa begitu dekat di desa ini, seperti negeri dongeng

Dan ketika tiba waktunya untuk meninggalkan desa yang dalam waktu singkat berhasil membuat saya seperti pulang ke rumah, setitik sedih menggelayut di sudut hati. Tunggulah, suatu saat saya akan kembali ke sana.

4 Replies to “Tidore #5 – Menemukan “Rumah” di Gurabunga”

  1. Haryadi Yansyah | Omnduut says: January 3, 2018 at 6:20 am

    Membaca tulisan ini, saya jadi teringat hari-hari menyenangkan yang saya dan teman-teman lalui di sana.

    Kemarin baru saja baca sebuah berita online, dikatakan bahwa Maluku Utara menempati indeks tertinggi provinsi yang memiliki penduduk paling bahagia.

    No wonder, karena masyarakat Maluku Utara (terutana Tidore) memang sangat tulus dan ramah. Alam yang indah, masyarakat yang baik adalah paket komplit yang bikin saya kangen terus terhadap tempat ini.

    1. Evy Priliana Susanti says: January 3, 2018 at 9:20 am

      Absolutely agree! Saya juga sangat suka saat kemarin berkunjung ke Gurabunga. Dan berjanji untuk datang kembali suatu saat nanti.
      Terkesan dengan ketulusan dan keramahan masyarakatnya, keindahan alamnya serta rasa nyaman yang menyebar di seluruh desa.

  2. Ainun says: January 3, 2018 at 7:42 am

    Saya sangat bangga dengan gurabunga di sanalah tempat saya di lahirkan dan di besarkan, terimakasih gurabunga kebanggaan kami semua smoga sukses selalu buat gurabunga amin

    1. Evy Priliana Susanti says: January 3, 2018 at 9:22 am

      Wah…. senang berkenalan dengan mbak Ainun 🙂
      Terima kasih untuk ketulusan dan keramahan masyarakat di Gurabunga ya mbak… saya sangat suka kehidupan di sana 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.