Perjalanan Year-End Trip saya masih berlanjut, tidaklah lengkap bercerita tentang Ternate tanpa mengunjungi Tidore. Dan pagi ini, saya bersiap untuk mengunjungi daerah yang digelari pulau seribu mesjid itu. Keinginan act as a local people, pagi itu saya dan teman-teman sengaja ingin mencoba kendaraan umum di Kota Ternate. Beruntungnya kami, Hotel Surya Pagi yang menjadi rumah kami kemarin letaknya sangat strategis, hanya sekitar 15 meter dari persimpangan Jalan Kapitan Pattimura.
Setelah check out, kami pun berjalan kaki sedikit menuju perempatan Jalan Kapitan Pattimura. Setelah menunggu beberapa saat, lewatlah sebuah angkutan umum (angkot) berwarna biru di depan kami. Sesuai pesan dari ibu resepsionis di hotel, sebelum naik tanyakanlah terlebih dulu, apakah angkutan ini akan melewati tujuan yang kita inginkan? Setelah memastikan bahwa angkot akan melewati Pelabuhan Bastiong, saya dan teman-teman pun naik. Jarak Pelabuhan Bastiong dari perempatan Jalan Kapitan Pattimura sekitar 3.1 km dan apabila ditempuh dengan menggunakan angkutan umum akan memakan waktu sekitar 11 menit. Bapak supir angkutan umum mengantarkan kami hingga ke depan dermaga Pelabuhan Bastiong, and you know what? Ongkosnya hanya Rp 5.000 per orang!
Berbekal informasi yang saya dapatkan, dari pelabuhan ini kami bisa menyeberang menuju Tidore dengan beberapa cara; (1) menyewa speedboat dengan biaya sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 oneway, (2) menggunakan speedboat umum (bersama masyarakat lokal) dengan biaya (hanya) Rp 10.000 per orang. Dengan mempertimbangkan biaya dan waktu (karena apabila menaiki speedboat umum, kami harus menunggu hingga speedboat penuh), akhirnya kami memutuskan untuk menyewa saja. Sepakat di angka Rp 100.000 dengan pemilik perahu, akhirnya saya dan teman-teman bisa segera menyeberang ke Tidore.
Speedboat bergerak kencang, membelah lautan di perairan Ternate – Tidore ini. Di depan terlihat Pulau Maitara yang selama ini hanya bisa saya lihat di lembaran uang Rp 1.000 edisi tahun 2013, cantik! Perjalanan Ternate – Tidore menggunakan speedboat hanya memakan waktu kurang dari 10 menit!
Tujuan pertama saya di Pulau Tidore ini adalah Tugu Juan Sebastian de Elcano. Tugu ini merupakan situs pendaratan kapal Angkatan Laut Spanyol pada tahun 1521 di pantai Kelurahan Rum, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Tidak terlalu jauh dari Pelabuhan Rum Balibunga, Kota Tidore. Tugu yang ada di situs itu dibangun pada 30 Maret 1993 oleh Kedutaan Besar Spanyol untuk Indonesia sebagai peringatan lokasi mendaratnya kapal Angkatan Laut Spanyol. Kapal Angkatan Laut Spanyol “Trinidad” dan “Victoria” yang mendarat di Tidore dipimpin oleh Juan Sebastian de Elcano dalam ekspedisinya mengelilingi dunia di tahun 1521. Kapal Trinidad dan Victoria berlabuh selama sebulan di Pantai Rum.
Kondisi Tugu Juan Sebastian Elcano saat ini sangat memprihatinkan. Komplek tugu yang terletak di pinggir Pantai Rum tampak tidak terpelihara. Pagar beton bercat kuning pucat itu tampak kotor. Pintu pagar yang terbuat dari besi berwarna hitam bahkan separuhnya sudah lepas dari tempatnya, dan tergeletak di tanah dalam kondisi rusak. Tugu bersejarah itu tampak kotor, mengingat letaknya yang berada di bawah sebatang pohon besar, areanya dipenuhi dengan daun kering, beberapa sampah plastik, serta botol minuman kemasan.
Tugu peringatan yang terbuat dari batu marmer berwarna hitam tampak kotor. Bahkan tulisannya pun sudah sedikit susah untuk dibaca. Tugu yang memuat tulisan berbahasa Indonesia, Inggris dan Spanyol ini berisikan keterangan merapatnya Kapal “Trinidad” dan “Victoria” di Pantai Rum.
En memoria de Juan Sebastian De Elcano y delas tripulaciones de los navíos “Trinidad” y “Victoria” que arribaron a esta isla de Tidore el 8 de Noviembre de 1521 dando vela a España el 18 de Diciembre de 1521 llevando a cabo la primera circunnavegación de la tierra.
La embajada de España el buoue escuela de la armada Española “Juan Sebastian de Elcano”
Untuk memperingati Juan Sebastian De Elcano beserta awak kapal-kapal “Trinidad” dan “Victoria” yang merapat di Pulau Tidore tanggal 8 Nopember 1521 dan melanjutkan pelayarannya ke Spanyol pada tanggal 18 Desember 1521. Dalam pelayarannya mengelilingi dunia yang pertama.
Kedutaan besar Spanyol, Kapal Latih Angkatan Laut Spanyol “Juan Sebastian de Elcano”
In memory of Juan Sebastian de Elcano and the crews of ships “Trinidad” and “Victoria” who landed ini this island of Tidore on November 8th 1521 and set out its course for Spain on December 18th 1521, to accomplish the first circumnavigation of the globe.
The Embassy of Spain, The Training Ship of the Spanish Navy “Juan Sebastian de Elcano”
Kawasan Mangrove – Kampung Mafututu, Tidore Timur
Setelah mengunjungi Tugu Juan Sebastian de Elcano, perjalanan saya berlanjut menuju kawasan mangrove di Pulau Tidore. Kampung Mafututu, yang lokasinya tidak seberapa jauh dari lokasi Tugu Juan Sebastian de Elcano ini merupakan area mangrove. Terletak di tepi jalan beraspal hitam yang mulus, berbatasan dengan tebing batu di sisi jalan lainnya. Lokasinya yang lumayan sepi, membuat suasana di tanjung ini sangat nyaman. Batuan besar tampak tersusun acak di batas laut dan daratan, sungguh menggoda untuk hunting foto dengan pemandangan yang tidak biasa. Sederetan pohon mangrove tampak bercumbu dengan air laut yang terkadang beriak disapu hembusan angin.
Gemerisik angin dari sela-sela daun mangrove menghasilkan alunan musik alam yang sangat indah. Berkolaborasi dengan suara air laut yang pecah di bebatuan, membuat saya betah duduk di sebuah batu besar yang ada di sana.
Jalanan di Kampung Mafututu ini boleh dibilang sangat sepi. Sepanjang saya berhenti di sana, hanya ada sekitar 3 kendaraan roda 2 yang melintas. Matahari yang bersinar cerah, dengan langit biru membentang, dan beberapa spot awan putih, sungguh menyajikan pemandangan yang menyenangkan. Menikmati pemandangan yang tidak akan pernah saya dapatkan di ibukota ini dalam beberapa saat, akhirnya saya melanjutkan perjalanan. Masih banyak destinasi di pulau ini yang akan saya datangi dan nikmati.