Kali ini saya mau cerita hasil jalan-jalan ke situs sejarah, lokasinya tidak begitu jauh dari Jakarta, yaitu Situs Megalith Gunung Padang di Cianjur. Ini sebenarnya cerita jalan-jalan di awal tahun 2013 kemarin, cuma baru sempat di-posting sekarang.
Jadi ceritanya, Sabtu tanggal 2 Maret tahun 2013 kemarin, saya, Windy dan Andin bersama teman-teman dari Sahabat Jalan mencoba menjenguk situs megalith yang banyak dibicarakan orang itu. Sebenarnya sih udah ketinggalan berita banget ya… Tapi ya daripada nggak, gapapa deh. Kami kebetulan jalan-jalannya bareng dengan teman-teman dari komunitas Sahabat Jalan. Ga rame sih…cuma 4 elf kapasitas @15 orang 😀
Sekitar jam 7 pagi, kami berangkat dari Jakarta, lewat Tol Dalkot terus ke arah Bogor. Sempat kena macet karena adanya buka-tutup jalur di Puncak. Sekitar jam 11 siang kami sampai di Stasiun Lampegan. Oh iya, karena rutenya berdekatan (sekitar 6 km aja) jadi sebelum ke Situs Gunung Padang kami singgah dulu ke lokasi stasiun tua Lampegan. Melihat bekas stasiun yang sudah tidak digunakan lagi, foto-foto dan narsis-narsisan seperti biasa. Kemudian baru perjalanan dilanjutkan menuju Situs Gunung Padang.
Sekilas tentang Stasiun (tua) Lampegan
Stasiun Lampegan merupakan stasiun kereta api yang terletak di desa Cibokor, Cibeber, Cianjur. Dulunya stasiun ini melayani kereta api Ciroyom-Cianjur-Lampegan jurusan Stasiun Sukabumi dan Stasiun Ciroyom. Tahun 2001, Terowongan Lampegan yang berada beberapa meter ke arah barat stasiun longsor, sehingga perjalanan kereta hanya sampai di stasiun ini. Terowongan yang longsor itu kemudian diperbaiki, namun sebelum kereta sempat melintas lagi, kembali terjadi longsor di tahun 2006 di petak Cibeber-Lampegan sehingga kereta hanya sampai di Stasiun Cianjur. Saat ini Stasiun Lampegan telah diperbaiki lagi, namun belum ada kereta yang lewat.
Sekilas tentang Situs Gunung Padang, Gunung Padang merupakan situs megalith yang terletak di Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berjarak sekitar 50 km barat daya dari Kota Cianjur atau sekitar 6 km dari Stasiun Lampegan. Situs ini juga merupakan situs megalith terbesar di Asia Tenggara. Keberadaan Situs Gunung Padang telah diberitakan di dalam Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Report of the Department of Antiquities”) di tahun 1914. Kemudian di tahun 1949 seorang sejarawan Belanda N. J. Krom juga memberitakannya. Beliau mengunjungi lokasi situs di tahun 1979 untuk mempelajari secara arkeologi, sejarah dan geologi. Situs Gunung Padang berada di ketinggian 885m dpl, mencakup sebuah bukit dengan 5 teras yang terdiri dari dinding batu. Situs ini juga dikelilingi 5 gunung, yaitu Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Pasir Malang, Gunung Karuhun dan Gunung Batur.
Saya, Windy dan Andin sepakat mencoba jalur sebelah kanan, karena lebih landai. Jauh sedikit gapapa lah… tapi ga harus trekking-trekking banget. Ternyata dengan menyusuri punggung bukit, kami disuguhi pemandangan yang sangat indah. Perbukitan, persawahan, dan barisan gunung menyapa mata kami. Wooooooow….. cuma bisa melongo melihat komposisi alam yang terpampang megah dan indah di depan mata. Subhanallah…..
- Teras 1 dipercaya dulunya berfungsi sebagai tempat perjamuan dan peristirahatan para tamu sebelum menuju teras selanjutnya sekaligus sebagai tempat untuk bermusyawarah, konstruksinya disusun oleh kolom batu berdimensi poligonal segi lima atau enam dengan permukaan yang halus;
- Teras 2 dipercaya sebagai tempat untuk bermusyawarah ditandai dengan adanya batu berbentuk meja dan tempat duduk. Di teras ke-2 ini terdapat batu-batu tegak besar yang berfungsi sebagai pembatas jalan;
- Teras 3 diduga berfungsi sebagai kompleks pemakaman karena ditemukannya kelompok batuan tegak dan beberapa bangunan. Tidak ada jalan atau pondasi penghubung antar bangunan. Namun walaupun diduga teras ke-3 ini adalah kompleks pemakaman, namun tidak ditemukan adanya kerangka, melainkan sejumlah gerabah polos;
- Teras 4 memiliki 3 bangunan yang berada di sisi timur laut. Sedangkan bagian barat dayanya merupakan tanah kosong, sehingga diduga dulunya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan upacara tertentu yang membutuhkan tempat yang luas;
- Teras 5 terdiri dari bangunan-bangunan kecil berupa tumpukan monolit, dan diduga merupakan tempat dilaksanakannya upacara yang paling sakral.
Batu-batuan yang terdapat di Situs Gunung Padang berwarna abu-abu gelap, berjenis andesit basaltis. Diperkirakan merupakan hasil pembekuan magma sisa-sisa gunung api purbakala berumur Pleistosen Awal, sekitar 2-1 juta tahun yang lalu. Situs Gunung Padang dipercaya memiliki makna sebagai tempat untuk menyinari hati. Hal ini didasari oleh arti dari “Gunung Padang” itu sendiri, yaitu ari gunung luhur, padang nyatana hate urang, leu gunung teh luhur, ari padang teh hate nu caang (gunung artinya kepala kita, sementara padang berarti menyinari hati) (Djunatan, 2011a).
Pemandangan dari puncak Situs Gunung Padang sangat indah. Barisan gunung-gunung terlihat berdiri gagah bak penjaga sang situs. Ada 6 gunung yang mengelilingi situs Gunung Padang, yaitu Gunung Melati, Gunung Pasir Malang, Gunung Pasir Pogor, Gunung Pasir Gombong, Gunung Pasir Empat dan Gunung Karuhun. Udara di puncak situs juga sangat segar, untuk manusia yang setiap harinya hanya kebagian udara yang bercampur dengan asap kendaraan, saya dengan rakus berusaha mengisi paru-paru sepenuh mungkin dengan udara yang segar itu. Ga mau bagi-bagi aaaahhhh… 😀
Di puncak situs saya sempat merasakan kelekaran (ngerti ga ya istilah ini?), artinya tiduran di rumput, di bawah sebatang pohon, menikmati angin sepoi-sepoi, menatap langit (eh…sambil merem ding :D)… rasanya…… comfy bangeeeeeeeeetttttttt…….
Di sini kami menikmati makan siang dengan menu khas Sunda, nasi timbel, ayam goreng, tempe goreng, teri kacang, sop dan lalapan, plus pisang dan jeruk sebagai pencuci mulutnya. Makan siang kami tidak di lapangan situs ya… tapi di sebuah pendopo berlantai 2 di salah satu sudut puncak situs.
Saya, Windy dan Andin memilih tempat di lantai 2, biar pemandangannya lebih asik.
Setelah makan siang, saya mulai meng-exploreseluruh sudut situs Gunung Padang. Hanya sayangnya, karena hari itu pengunjungnya sangat ramai, nyaris tidak ada sudut situs yang sepi, sehingga saya merasa cukup susah untuk mendapatkan foto situs yang bersih.
Sambil menuruni lereng situs, saya masih sempat ngintip-ngintip landscape dari viewvinder kamera. Ada juga beberapa foto Windy dan teman-teman trip yang lain. Tiba di ujung gerbang situs, saya menyempatkan untuk berfoto bersama Windy dan Andin, tapi ternyata ga ada yang komplit kami ber-3 :D. Ya walaupun tidak 1 frame, tapi lokasinya sama kan? Jadi terbukti bahwa kami ber-3 memang sudah sampai ke Situs Gunung Padang 😀
Sebenarnya, setelah Situs Gunung Padang, perjalanan kami lanjut ke Curug Cikondang. Tapi sayang…. udah kemalaman, jadi waktu sampai di curug udah gelap, ga keliatan apa-apa…. boro-boro mau moto curugnya. Kamera udah disetel poll untuk kondisi gelap juga ga bisa… hiks :'(
Jadi ceritanya stop sampai di situs aja ya….
Dan kami pun pulang ke Jakarta (karena kelaparan, di puncak kami sempet singgah makan malem dulu, jam 23.30 wib :D)
Ini adalah rute yang dapat ditempuh untuk mencapai Situs Gunung Padang:
-
Dari Sukabumi ke Cianjur: Warungkondang – Cipadang – Cibokor – Lampegan Pal Dua – Ciwangin – Cimanggu;
-
Dari Cianjur ke Sukabumi: Sukaraja – Cireungas – Cibanteng – Rawabesar – Sukamukti – Cipanggulaan.
Keren bang, berapa ongkos masuknya
Ongkos masuk ke Situs Gunung Padang kalau tidak salah sekitar Rp 10.000 per orang