“Aku hanya akan menikah dengan kanda Arjuna dengan 1 syarat. Kanda Arjuna harus memotong kuncung di kepala Semar saat perayaan pernikahan nanti”. Itulah awal dari semua keruwetan yang terjadi di negeri Amarta.
Pertunjukan Semar Gugat, yang merupakan produksi ke-143 dari Teater Koma mengambil lakon kekecewaan Semar terhadap tindakan Arjuna yang memotong kuncung di kepalanya saat perayaan pernikahan Arjuna dan Srikandi. Tindakan itu membuat Semar sangat malu dan terhina.
Pertunjukan teater yang dihelat oleh Teater Koma ini mengambil tempat di Gedung Kesenian Jakarta. Dengan setting negeri Amarta yang subur makmur, tentram dan damai yang diperintah oleh Pandawa. Panggung dibuka dengan suasana pagi di rumah Punakawan (Semar, Petruk, Gareng dan Bagong). Semar yang merupakan Romo dari ketiganya terlihat berusaha membangunkan anak-anaknya. Sosok Semar yang diperankan oleh bapak Budi Ros terlihat terbungkuk-bungkuk membangunkan anak-anaknya. Terlihat pula, Sutiragen – istri Semar – yang diperankan oleh Rita Matu Mona – sedang menyapu halaman. Kelucuan segera terlihat pada adegan selanjutnya ketika serombongan tukang sapu jalanan memasuki panggung dan langsung menyapu dengan arah yang berlawanan dengan Sutiragen.
Satu persatu anak Semar – Gareng, Petruk dan Bagong – kemudian bangun. Dan mereka langsung terlibat dalam sebuah diskusi hangat mengenai pernikahan tuannya – Arjuna (diperankan oleh Daisy Lantang).
Setting panggung berubah dengan suasana di salah satu sudut Kerajaan Amarta, ketika Srikandi (diperankan oleh mas Rangga Riantiarno, yang sukses memerankan Srikandi yang sangat gagah perkasa :D) berkeluh kesah akan kegundahannya menyongsong hari pernikahan dengan Arjuna. Ditemani Sumbadra (Ina Kaka) dan Larasati (Andhini Puteri), yang merupakan istri terdahulu Arjuna, Srikandi pun menumpahkan kegalauannya. Apakah Arjuna benar-benar mencintainya? Bagaimanakah dia membuktikan kesungguhan cinta Arjuna terhadapnya?
Akhir dari kegalauan itu pun akhirnya membuahkan sebuah permintaan yang akan disampaikan kepada Arjuna, sebagai syarat sebelum mereka menikah. Dan ternyata, syarat itu lah yang kemudian menjadi sumber gonjang-ganjingnya negeri Amarta.
Arjuna yang menemui Srikandi secara sembunyi-sembunyi, terkejut dengan syarat yang diajukan. Bagaimana mungkin Arjuna harus memotong kuncung di kepala Semar yang telah menjadi Punakawan di Amarta? Apakah Semar tidak akan marah? Tersinggung? Terhina?
Namun, demi Srikandi, akhirnya Arjuna pun menyetujui syarat itu.
Hari berganti, dan pesta pernikahan pun dilaksanakan. Di pagi hari, saat pernikahan akan dilangsungkan, Arjuna mendekati Semar. Dengan disaksikan oleh seluruh keluarga Pandawa, undangan dan rakyat Amarta, Arjuna kemudian memotong kuncung di kepala Semar dan mempersembahkan potongan kuncung itu kepada Srikandi sebagai syarat untuk menikahinya.
Srikandi tersenyum. Dia berhasil membuktikan bahwa Arjuna sungguh-sungguh mencintainya.
Sebaliknya, Semar merasa terkejut dan sekaligus terhina. Dia dipermalukan di hadapan seluruh rakyat Amarta. Seketika, Semar dan keluarganya meninggalkan acara pernikahan.
Kembali ke rumahnya, Semar berdiam diri. Tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak meninggalkan tempat pernikahan Arjuna dan Srikandi. Sutiragen dan ke-3 anaknya bingung. Bagaimana menghadapi murkanya Semar dalam diam? Hingga akhirnya Semar membuka suara dan memutuskan untuk menghadap Batara Guru (Alex Fatahillah) di Kerajaan Langit.
Tidak ada yang bisa menahan keinginan Semar. Semar pun sudah memutuskan, hanya Bagong yang akan menemani perjalanannya menuju langit.
Dengan membawa murka, malu, rasa terhina, Semar pun menuju langit. Di pintu Kerajaan Langit, Semar dan Bagong bertemu dengan Cingkarabala (Asmin Timbil) dan Balaupata (Raheli Dharmawan), yang merupakan penjaga pintu. Mereka dilarang untuk masuk ke Kerajaan Langit. Setelah Semar mengutarakan maksudnya menemui Batara Guru karena satu perkara yang sangat penting, akhirnya Cingkarabala dan Balaupata mengijinkan. itu pun dengan 1 syarat, hanya Semar yang bisa masuk, sedangkan Bagong harus menunggu di depan pintu.
Semar bertemu dengan Batara Guru dan Narada (Julung Ramadan), mengutarakan sakit hatinya dan keinginannya untuk menjadi sosok yang lebih gagah penampilannya, dengan keelokan paras yang dulu dimilikinya, dibandingkan sosoknya sekarang. Batara Guru terdiam. Permintaan Semar menyalahi kodrat alam, melawan irama alam. Walaupun semua paham, tidak ada yang bisa menolak permintaan Semar.
Setelah mempertimbangkan berbagai efek dan resiko yang akan terjadi, akhirnya Batara Guru mengabulkan permintaan Semar. Semar pun naik ke atas singgasana, dan atas kuasa dewa berubahlah Semar. Dari sosok seorang lelaki tua, bongkok, gendut, menjelma menjadi sosok ksatria gagah perkasa. Semar mendapat gelar Prabu Sanggadonya Lukanurani yang memerintah Kerajaan Simpang Bawana Nuranitis Asri.
Sementara itu, di saat Semar sedang berada di Kerajaan Langit, kondisi di negeri Amarta menjadi semakin tidak nyaman. Rakyat gelisah dengan berbagai peraturan baru yang dikeluarkan oleh rajanya.
Semar kembali ke kediamannya yang telah berubah menjadi sebuah kerajaan baru. Namun, Sutiragen ternyata tidak mempercayai dan tidak bisa menerima perubahan fisik dari Semar. Sutiragen tidak percaya bahwa Prabu Sanggadonya Lukanurani adalah jelmaan dari sosok Semar. Sutiragen tetap percaya bahwa Semar masih berada di Kerajaan Langit, menghadap Batara Guru untuk mengadukan kegundahannya. Hanya Petruk dan Gareng yang sedikit demi sedikit mulai mempercayai bahwa sang raja baru adalah sosok Romonya, Semar.
Permintaannya telah dikabulkan, namun kegundahan Semar tidak berkurang. Di hatinya masih tersisa rasa sakit akibat perlakuan Arjuna. Semar pun terus berpikir, bagaimana menghilangkan rasa sakit itu, rasa terhina, kesal, marah.
Sementara itu, di Kerajaan Amarta terjadi perubahan yang sangat besar. Arjuna membuat berbagai kebijakan yang sangat bertentangan dengan kebijakan sebelumnya. Rakyat menjadi tertekan akibat kondisi kerajaan yang semakin tidak nyaman. Keluarga Pandawa – Kresna, Bima, Yudistira, Nakula dan Sadewa memutuskan untuk bertapa, mencari jawaban atas kekacauan yang terjadi di bumi Amarta. Kerajaan Amarta sekarang bergantung pada Arjuna dan istri barunya, Srikandi.
Tanpa diketahui oleh siapa pun, ternyata kekacauan itu disebabkan oleh Betari Permoni dan Kalika. Duo kompak dari Kerajaan Gondomayit itu ternyata telah mempengaruhi Srikandi sejak rencana pernikahannya denagn Arjuna. Dan ternyata, syarat yang diajukan Srikandi kepada Arjuna untuk memotong kuncung semar pun adalah hasil bisikan dari Betari Permoni.
Betari Permoni memiliki hasrat untuk menguasai negeri Amarta. Dan secara perlahan, Betari Permoni dan Kalika mulai memindahkan rakyatnya, dari Kerajaan Gondomayit ke Kerajaan Amarta.
Kekacauan yang terjadi di negeri Amarta sangat menggembirakan Permoni. Tujuannya untuk menguasai Amarta sedikit demi sedikit mulai terwujud. Rakyat Amarta pun sedikit demi sedikit mulai meninggalkan negeri itu.
Sumbadra dan Larasati pun mulai merasa tidak betah di Amarta, dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Amarta, diikuti oleh Gatotkaca. Sumbadra memiliki kecurigaan bahwa kekacauan ini disebabkan oleh “sesuatu” yang tidak biasa. Kecurigaan Sumbadra itu mulai membuat Permoni khawatir, karena Sumbadra memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal yang tidak biasa. Dan Permoni pun mengeluarkan segala cara agar apa yang dilakukannya untuk mempengaruhi Srikandi dan Arjuna tidak tersingkap.
Sumbadra, Larasati dan Gatotkaca yang meninggalkan Amarta akhirnya tiba di Kerajaan Simpang Bawana Nuranitis Asri yang diperintah oleh Semar. Mereka pun akhirnya mengadukan kekacauan yang terjadi kepada Semar. Masalah yang datang bertubi-tubi membuat Semar akhirnya mengambil keputusan untuk menantang Arjuna mengadu kesaktian.
Semar ingin menyelesaikan semua kekacauan yang terjadi di negeri Amarta, sekaligus menuntaskan sakit hatinya. Apakah Semar berhasil mengalahkan Arjuna dan Srikandi yang telah dipengaruhi oleh Betari Permoni? Karena, dengan melawan Betari Permoni, Semar ternyata harus melawan seluruh setan Gandamayit yang telah diangkut oleh Betari Permoni dan Kalika ke Amarta.
Ternyata, yang bisa mengalahkan Betari Permoni hanyalah Semar, bukan Prabu Sanggadonya Lukanurani.