Search

Rumah Sang Proklamator

 

Masih Day-2
Berkunjung ke Rumah Bung Hatta

Nyambung cerita setelah pulang dari intip-intip Ngarai Sianok dan The Great Wall, begitu sampe di hotel ternyata beneran dong si unyu udah ada. Duh unyu…. on time bener sih kamyuuu….
Setelah check out hotel, angkut-angkut carrier dan koper, akhirnya kami berangkat lagi. Tujuan selanjutnya di trip hari ke-2 ini adalah…… Lembah Harau. Brangkaaaaaatttttsssss…….
I’ve been there!
Si unyu mulai bergerak meninggalkan parkiran hotel ketika Hendra nanya “Mo singgah ke rumah Bung Hatta ga?”
“Mau!” ga pake mikir gw langsung teriak. Itu request gw sejak di Jakarta, karena gw baca di buku, bahwa rumah kelahiran Bung Hatta ada di Bukittinggi. Dan gw wonder banget pengen liat rumah Sang Proklamator, salah satu putra terbaik Indonesia.
 
Teman-teman akhirnya ikut setuju semua ga tau deh ya klo ada yang ngerasa terpaksa, dan kita bakal singgah ke rumah Bung Hatta yang berada di Jalan Sukarno Hatta no. 37 Bukittinggi.
 
 
 
 
 
 
 
Plang pembangunan kembali rumah Sang Proklamator
Ga berapa lama, kami pun tiba di depan rumah Bung Hatta. Sebuah rumah kayu berlantai 2 dengan halamannya yang asri.
Setelah ijin dengan uda yang menjaga rumah tersebut, perlahan gw masuk ke dalam.
 
Keseluruhan rumah ini menggunakan konstruksi kayu, termasuk dinding dan lantainya. Begitu kaki gw melewati pintu utama rumah ini, gw telah tiba di ruangan besar yang merupakan ruang tamu dan tampaknya sekaligus ruang keluarga. Seperangkat kursi tamu terbuat dari kayu dan anyaman rotan tertata rapi dibatasi dengan rantai putih yang artinya pengunjung ga boleh melewati rantai itu.
 
Ruang tamu dan ruang makan
abaikan penampakan yang pake baju kuning 😀
Di belakang kursi tamu itu ada juga seperangkat kursi makan dari kayu, coklat mengkilap, sangat terawat. Plafon rumah terdiri dari anyaman rotan yang di-vernis rapi. Dua buah lampu gantung yang sangat tradisional semakin menguatkan aura etnik dari rumah ini. Di sebelah kiri gw terdapat sebuah kamar yang diisi dengan sebuah tempat besi, lemari pakaian yang terbuat dari kayu, serta sebuah meja bundar dan kursi yang semuanya terbuat dari kayu. Di pojokan kamar dekat jendela juga ada sebuah mesin jahit kuno yang diletakkan di atas meja lengkap dengan kursinya.
 
 
 
 
Kamar di sisi kanan ruang tamu
Mesin jahit tua
Rumah ini adalah tempat Bung Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 – dari pasangan H. Muhammad Djamil dan Saleha, yang merupakan keturunan kedua dari Syech Abdurrahman yang dikenal pula sebagai Syech Batuhampar – dan menghabiskan masa kecilnya sampai berusia 11 tahun. Bung Hatta kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah di kota Padang.
Rumah aslinya ini didirikan sekitar tahun 1860-an dan menggunakan struktur kayu yang terdiri dari bangunan utama, paviliun, lumbung padi, dapur dan kandang kuda serta kolam ikan. Bangunan utama berfungsi untuk menerima tamu, ruang makan keluarga, dan kamar ibu, paman, dan kakek Bung Hatta sedangkan paviliun berfungsi sebagai kamar tidur Bung Hatta.
 
Sekarang ayo kita liat kamar utama di rumah ini yang terletak di sebelah kanan dari meja makan, atau di sisi kiri dari rumah ini. Di kamar utama gw bisa liat di bagian kanannya sebuah tempat tidur besi dengan sprei putih lengkap dengan bantal dan guling dan sebuah selimut merah yang diletakkan terlipat rapi di ujung tempat tidur. Di dekat tempat tidur ada sebuah lemari kayu berpintu 2 yang terbuat dari kaca. Di dalam lemari terlihat lipatan sprei putih dan beberapa bendera merah putih yang ditumpuk rapi.
Ruang tidur utama
Yang unik, di bagian kiri kamar ini ada sebuah sumur tua yang sekarang lubangnya telah ditutup menggunakan plat besi. Entah apa fungsinya sumur ini dahulu, mengingat lokasinya yang berada di dalam kamar. Oh iya, konon di kamar inilah dulu Bung Hatta dilahirkan. Jadi… kamar ini yang menjadi saksi lahirnya seorang anak yang di kemudian hari menjadi salah satu Proklamator Negara Republik Indonesia ini.
Sumur tua

 

Kembali ke ruangan utama, di sepanjang dinding tergantung beberapa bukti sejarah seperti silsilah keluarga Bung Hatta, plakat “Kata-kata akhir untuk Bung Hatta” dari Presiden Soeharto, sebuah jam dinding antik, salinan Keppres RI mengenai Pemberian Ijin Pemakaman, dan foto-foto keluarga besar Bung Hatta. Di dekat pintu keluar tampak lukisan Bung Hatta dengan stelan jas hitam dan beberapa buku di depannya.
 
 
Silsilah keluarga besar Bung Hatta
 
 
Kata-kata terakhir untuk Bung Hatta
Jam dinding tua dan salinan Keppres
Pemberian Ijin Pemakaman
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Rumah asli tempat Bung Hatta dilahirkan sebenarnya udah runtuh di tahun 1960-an, tetapi atas gagasan Ketua Yayasan Pendidikan Bung Hatta, maka rumah tersebut dibangun ulang sebagai upaya mengenang dan memperoleh gambaran masa kecil sang proklamator di kota Bukittinggi. Penelitian pembangunan ulang dimulai dari bulan November 1994 dan mulai dibangun pada tanggal 15 Januari 1995. Rumah ini diresmikan pada tanggal 12 Agustus 1995, bertepatan dengan hari lahir Bung Hatta sekaligus dalam rangka merayakan 50 tahun Indonesia Merdeka.

Rumah ini dibangun kembali mengikuti bentuk aslinya
Rumah ini dibangun mengikuti bentuk aslinya yang dapat dilihat di memoir Bung Hatta dan berbagai foto/dokumentasi milik keluarga Bung Hatta. Sebagian besar perabotan di dalam rumah masih asli dari peninggalan masa kecil Bung Hatta yang diperoleh dari keluarga dan kerabat beliau, begitupun tata letak perabotan tersebut masih dipertahankan di tempat asalnya.
 

 

 
 
Lumbung padi di halaman belakang
Di halaman belakang rumah terlihat 2 buah bangunan yang berfungsi sebagai lumbung padi, istal kuda dan sebuah bangunan yang menjadi tempat tinggal pengurus rumah. Seluruh halaman rumah ini tertata dengan sangat rapi dan bersih. Rumput-rumput dipangkas tipis.
 
 
 
 
 
 
Di bagian luar rumah, tapi masih di dalam bangunan yang sama, di sisi sebelah kiri terdapat sebuah kamar yang disebut “Kamar Bujang”. Konon ini adalah kamar pribadi Bung Hatta dulunya. Di dalam kamar itu terdapat sebuah dipan kayu dengan sprei putih dan selimut merah, meja tulis dan sebuah lemari di dekat pintu masuknya. Kamar ini tidak lah besar, ukurannya mungkin hanya 2.5×4 meter. Lantai kamar dilapisi dengan tikar pandan. Di dinding di atas dipan tergantung sebuah jam dinding, gambar Garuda Pancasila, sebuah foto Bung Hatta dengan stelan jas hitam dan kacamatanya, sebuah foto hitam putih Bung Hatta bersama dengan Bung Karno dan seorang lagi yang gw ga tau namanya. Di dinding sisi belakang pintu juga tergantung beberapa foto dan plakat, yang tentunya semua itu terkait dengan kapabilitas seorang Bung Hatta. Kamar yang sederhana, tapi ternyata justru menghadirkan seorang pemikir bangsa. Proud of u!
Kamar yang sederhana dan bersahaja

 

Kamar Bujang

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sayang gw ga sempet naik ke lantai 2 rumah ini karena kami harus segera melanjutkan perjalanan. Akhirnya setelah mengambil beberapa foto, gw pun kembali menaiki si unyu dan bergerak meninggalkan rumah kayu bersejarah dan segala kesederhanaannya itu. Bangga telah mengetahui, dan mengunjungi rumah Sang Proklamator secara langsung… ah, gw jadi mellow
Yuk ah, kita lanjut! Masih banyak kan yang mo diliat dan kunjungi hari ini….. cuuuuuuuuuussssssssss……



Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.