Selesai sudah perjalanan saya berkeliling lautan mulai dari Lombok hingga Labuan Bajo. Kapal Halma Jaya yang saya naiki telah mengarahkan buritannya menuju pelabuhan di Labuan Bajo. Perjalanan dari Pulau Kanawa menuju Labuan Bajo hanya memakan waktu 50 menit saja. Dan tanpa memakan waktu lama, kapal sudah memasuki daerah pelabuhan. Sebelum kapal bersandar, alhamdulillah, saya mendapat pemandangan sunset yang sangat luar biasa. The best sunset selama perjalanan sailing trip 4 hari 3 malam ini. Bola emas raksasa terlihat bergulir di langit sebelah barat, dengan background siluet pulau-pulau kecil, dan foreground kapal-kapal yang lalu lalang di area pelabuhan Labuan Bajo. Sinar keemasannya jatuh di atas permukaan air laut, menimbulkan bayangan tangga emas yang sesekali bergoyang terkena gelombang kapal yang lewat.
Langit senja begitu indah, awan abu-abu terlihat berarak di langit jingga. Pelabuhan Labuan Bajo terlihat sedikit ramai di senja itu. Dan ketika kapal Halma Jaya telah benar-benar merapat, kami pun turun dari kapal. Sebelum berpisah dengan teman-teman, karena sailing trip telah berakhir, malam ini kami akan makan bersama di kawasan Wisata Kuliner Kampung Ujung (udah kebayang nikmatnya ber-seafood ria nih).
Karena kapal yang saya naiki tidak bisa bersandar persis di tepi dermaga karena terhalang kapal yang sudah lebih dulu tiba, akhirnya kami harus melewati kapal tersebut untuk mencapai dermaga. Melompat dari kapal Halma Jaya ke kapal lainnya, barulah kami bisa menjejakkan kaki di dermaga Labuan Bajo.
Selanjutnya, mari kita makan……
Ketika berjalan menuju kawasan wisata kuliner, saya dihampiri oleh seorang bapak, penduduk asli Labuan Bajo yang menawarkan kain tenunnya. Ups! Waduh…. bisa kalap nih 😀
Melihat beberapa helai kain tenun yang dipegang oleh si bapak, saya mulai menanyakan berapa harganya? Dan entahlah, mungkin itu keberuntungan saya, setelah memilih kain tenun, saya mendapatkan harga 300 ribu untuk 2 helai kain tenun. Alhamdulillah…… kesampaian juga keinginan untuk membelikan kain tenun tradisional untuk ibu di rumah.
Karena saya tidak membawa tas, dan si bapak juga tidak memberikan plastik, akhirnya 2 helai kain tenun itu saya pegang saja. 2 helai kain tenun tradisional, bernuansa merah dan biru tua, ah…. seperti menemukan harta karun 😀
Dan sepanjang jalan menuju kawasan kuliner saya masih menemukan beberapa bapak yang juga menawarkan kain tenun serupa. Kalau saja tidak ingat bahwa ransel yang dibawa sudah gendut, mungkin saya akan tergoda untuk membeli lagi 😀 #duh #tutupmatarapetrapet
Akhirnya kami sampai di salah satu warung tenda yang menyediakan menu seafood. Langsung deh, pesen ikan, udang, cumi, tumis kangkung dan tak lupa nasi putih hangat. Hmm……. Yummy………
Ga pake lama, semua menu yang tersaji di atas meja di depan kami, amblas tak bersisa. Yang ada sekarang tinggal elus-elus perut yang kenyang #happytummy
Sekarang, kami harus kembali ke kapal untuk unloading barang bawaan, karena malam ini kami akan menginap di hotel yang telah dipesan masing-masing. Saya kebetulan sudah melakukan pemesanan kamar di Exotic Komodo Hotel, yang menurut informasi lokasinya sangat dekat dengan bandara. Hal ini menjadi pertimbangan saya karena besok pagi saya akan kembali ke Jakarta dengan penerbangan pagi. Dan sebelum sampai di pelabuhan, saya telah menelepon pihak hotel untuk menjemput saya di sana.
Belum juga kaki saya melewati gerbang pelabuhan, tiba-tiba handphone saya bergetar, sebuah panggilan dari nomor yang tidak saya kenal. Who is this? Dan ketika saya menekan tombol hijau di layar telepon, ternyata itu adalah driver dari pihak hotel. Wah… cepat sekali ya…
Tanpa menunggu lama, setelah mengambil ransel dari kapal, akhirnya saya, Ciwi, Windy, Nadine dan Irma harus say goodbye and see you again ke teman-teman yang lain. See you again teman-teman…. kami duluan ya…..
Perjalanan menuju hotel sangat saya nikmati. Melihat deretan pertokoan di sepanjang jalanan di areal pelabuhan, berganti dengan kantor-kantor pemerintahan dan beberapa rumah penduduk, melewati aspal hitam yang bergelombang sesuai dengan kontur tanah di sana yang cenderung merupakan perbukitan, akhirnya mobil pun berbelok ke kanan dan menyeberangi jalanan utama yang kami lewati. Sebelum berbelok, bapak sopirnya sempat bilang “Di sebelah kiri itu bandaranya mbak”. Sekilas saya sempat melihat ke arah kiri, dan terlihatlah bangunan bandara Labuan Bajo yang masih terlihat sangat baru itu. Yeay…. Hotelnya benar-benar persis di seberang bandara 😀
Setelah mengurus administrasi kamar, saya, Windy dan Ciwi akhirnya tiba di depan pintu (lupa kemarin itu di kamar nomor berapa? Kalau ga salah B4 deh :D). Senangnya….. membayangkan malam ini bakal mandi, keramas dengan air tawar berlimpah….. #mataberbinarbinar
Kamar yang kami tempati berkapasitas 3 orang dengan 1 bed double dan 1 bed single. Kamarnya bersih, cukup luas. Dan yang menyenangkan adalah kamar mandinya, luas dan bersih. Oh iya, tempat tidurnya terkesan minimalis dengan rangka dari kayu dengan kasur berseprai putih plus sehelai kain tenun tradisional berwarna hitam bercorak aneka warna di ujung kasur sebagai pemanis.
Karena sudah 4 hari 3 malam tidak bertemu dengan air tawar, jadilah malam ini semua rebutan untuk mandi dan keramas. Dan saya memilih untuk giliran terakhir saja, supaya lebih puas mandinya. Saya menuju ke lobi untuk mengakses wifi, karena 3 hari terakhir provider yang saya gunakan tidak ada sinyalnya 😀
Jadilah malam itu saya nongkrong di lobi untuk sekedar mengecek email dan sosmed, kali-kali aja ada yang penting 😀
Sekitar 1 jam kemudian, saya kembali ke kamar dan menemukan Ciwi dan Windy dengan kepala masing-masing berbalut handuk. Duh, mereka udah mandi dan keramas, senangnya…. Saya bergegas ke kamar mandi, dan begitu air mengucur dari shower, mengguyur kepala, rasanya………….
Selesai mandi, saya memutuskan untuk langsung packing isi carrier supaya besok pagi tidak berburu-buru, mengingat penerbangan saya adalah jam 9 pagi. Dan setelah carrier rapi, saya memutuskan untuk langsung tidur, kasurnya seperti memanggil-manggil dengan manja. Masih sempat terdengar sayup-sayup Windy dan Ciwi ngobrol tentang chat di group sebelum akhirnya semua hening.
Saya terbangun ketika alarm berbunyi, sudah jam 5 pagi. Rasanya baru sebentar terlelapnya dengan tubuh lurus di atas kasur yang empuk, ternyata sudah pagi. Mumpung Windy dan Ciwi belum bangun, saya bergegas mandi dan siap-siap. Jam 7 pagi saya sudah duduk manis di restoran hotel untuk menikmati sepiring omelet sebagai menu sarapan. Hmm….. menikmati matahari pagi, udara segar, suasana yang cukup sepi sambil menyeruput air putih dan sepiring omelet, bahagia………
Karena penerbangan saya lebih dulu daripada flight yang digunakan oleh Ciwi dan Windy, saya pun meninggalkan kamar lebih dulu dari mereka. Dari hotel, saya hanya harus menyeberangi jalan raya untuk mencapai bandara Komodo. Bangunan bandara ini masih baru, bersih dan rapi. Pemeriksaan penumpang pun lebih ketat dengan standar internasional. Sewaktu akan melewati detektor logam, petugasnya dengan sopan meminta penumpang untuk menempatkan barang-barang seperti handphone, jam tangan, kunci, ikat pinggang dan lain-lainnya ke dalam sebuah tempat plastik agar tidak memicu alarm dari alat detektor tersebut. Suasana bandaranya cukup ramai.
Selesai check-in, saya menuju ruang tunggu di lantai 2. Dan sebelum masuk ke ruang tunggu, mata saya melihat sebuah counter mini yang menjual aneka kain tenun dan suvenir khas dari NTT. Mata saya tergoda melihat kain tenun aneka warna, tapi mengingat carrier sudah gendut, akhirnya saya hanya membeli kopi khas NTT sebagai oleh-oleh. Ibu yang menjaga counter ini sangat ramah. Selama melihat-lihat kain tenun, beliau dengan sabar menjelaskan motif-motif, warna dan penggunaan dari kain-kain tenun tersebut. Dan ketika terdengar panggilan bagi penumpang yang akan flight ke Jakarta, saya segera masuk ke ruang tunggu dan langsung menuju pintu untuk boarding.
Dari ruang tunggu saya berjalan menuju lorong kaca menuju landasan bandara, di mana sebuah pesawat ATR telah siap diberangkatkan. Karena Labuan Bajo merupakan bandara kecil, maka pesawat yang bisa mendarat di sini adalah pesawat berjenis ATR atau pesawat berbaling-baling. Kalau biasanya saat di pesawat posisi seat berada lebih tinggi dari sayap pesawat, kali ini posisi sayap berada di atas seat. Dan seperti biasa, saya mendapatkan seat persis di samping jendela. Yeay…. Saya siap menikmati indahnya alam Indonesia Timur dari udara!
Dari Labuan Bajo, pesawat yang saya naiki akan transit sebentar di Kota Ende. Let’s fly…….
Melihat alam Indonesia bagian Timur dari udara merupakan pengalaman pertama bagi saya. Menyaksikan daratan berbukit-bukit bagaikan lukisan, dengan kelompok-kelompok pemukiman masyarakat yang tersebar, sungguh indah. Bukit-bukit berwarna coklat bercampur hijau yang saling sambung-menyambung membuat mata saya tidak berhenti melihatnya. Awan putih terlihat berarak rendah, seolah-olah menyentuh perbukitan itu. Nun jauh di sebelah kanan saya, terlihat sebuah gunung dengan rangkaian awan putih di sekitarnya. Mendekati Kota Ende, mata saya disuguhi pemandangan gradasi air laut dan buih putih gelombang, pemukiman penduduk, kebun pisang, dan perbukitan.
Di Kota Ende, pesawat transit sekitar 30 menit untuk menurun/naikkan penumpang yang akan menuju ke Kupang. Sekilas dari jendela pesawat saya melihat bangunan bandara Ende, sebuah bangunan 1 lantai, beratap kuning. Setelah penumpang yang akan menuju Kupang naik ke pesawat, penerbangan pun dilanjutkan. Kali ini saya akan transit kembali di Kota Kupang, ibukota propinsi Nusa Tenggara Timur.
Penerbangan Ende – Kupang ditempuh selama kurang lebih 50 menit, sama dengan waktu tempuh Labuan Bajo – Ende. Di Kupang saya akan ganti pesawat yang lebih besar. Sepanjang penerbangan Ende – Kupang, kembali mata saya disuguhi pemandanganan indahnya alam Indonesia Timur. Gradasi hijau toska air laut, dan sebaran pemukiman warga. Saya transit di sini kurang lebih 1 jam 55 menit, waktu yang cukup panjang untuk melihat sekitar bandara dan masyarakat di sana. Namun karena ternyata matahari di Kupang luar biasa panasnya, niat saya untuk melihat ke luar bandara akhirnya saya batalkan. Dan saya memilih untuk duduk di ruang tunggu saja sambil menyelesaikan “Titik Nol” yang menemani penerbangan dan perjalanan saya kali ini.
Pukul 13.35 wit, pesawat boeing yang saya naiki meninggalkan landasan pacu Bandara Kupang. Bye-bye Kupang…. Semoga next time saya akan berhasil menjelajahi indahnya alam di sana.
Dari Kupang, burung besi putih berlogo biru ini akan terbang menuju Denpasar sebelum destinasi akhirnya di Jakarta. Penerbangan saya kali ini betul-betul seharian, mulai dari Labuan Bajo, Ende, Kupang, Denpasar dan terakhir Jakarta. Penerbangan Kupang – Denpasar memakan waktu sekitar 2 jam. Di Denpasar pesawat transit sekitar 30 menit sebelum melanjutkan penerbangan menuju Jakarta.
Dan akhirnya, setelah penerbangan yang panjang ini, pukul 17.00 wib saya pun tiba di bandara Soekarno Hatta, finally.
Hello Jakarta…… see you again!
Selesai sudah perjalanan panjang trip kali ini, 4 hari 3 malam menjelajahi lautan dan pulau-pulau cantik nan eksotis di Indonesia Timur, dilanjutkan dengan penerbangan panjang dari timur menuju barat. Terima kasih untuk semua teman-teman seperjalanan, seperkapalan, dan seperbaperan :p
Trip kali ini sungguh menyenangkan dan TOP BGT! Ga sabar untuk ngetrip bareng kalian lagi.
Note.
Thanks to mas Har, Imel, Wuki Traveler yang sudah memperbolehkan foto-foto serunya di-share di sini.
duh, jadi pengin ke ende 🙁
btw nice blog. Keep writing, keep sharing, keeper kebobolan.
kapan ke Ende, Dis?
ajak-ajak dong…..
iya Dis, kebobolan ini dompetnya kalo udah sakau jalan-jalan 😀