Setiap berkunjung ke suatu daerah, saya selalu menyempatkan untuk mencari dan mengunjungi bangunan yang menjadi ikon atau landmark-nya. Dan ketika akhirnya berkunjung ke kota Phnom Penh, saya pun menyempatkan untuk berkunjung ke Royal Palace yang merupakan sebuah komplek bangunan yang menjadi tempat tinggalnya Raja Kamboja. Di dalam bahasa Khmer, The Royal Palace disebut Preah Barum Reachea Veang Chaktomuk Serei Mongkol (Khmer: ព្រះបរមរាជវាំងចតុមុខសិរីមង្គល). Komplek Royal Palace ini dibangun antara tahun 1866 dan 1870 setelah Raja Norodom memindahkan ibukota kerajaan dari Oudong ke Phnom Penh. Lokasi Royal Palace ini awalnya adalah sebuah benteng tua yang disebut Banteay Kev. Bangunan ini berdiri menghadap ke timur dan terletak di area sisi barat persimpangan antara Sungai Tonle Sap dan Sungai Mekong, yang dikenal dengan nama Chaktomuk (sebutan untuk Brahma).
Saya tiba di Royal Palace sudah mendekati jam istirahatnya, sehingga waktu berkeliling pun tidak terlalu lama. Oh iya, jam operasional di Royal Palace adalah sebagai berikut: Senin – Minggu, 08.00 – 10.30 AM dan 02.00 – 05.00 PM, kecuali di hari Jumat, tutupnya lebih cepat, yaitu pada pukul 04.30 PM. Akan ada perubahan jam operasional saat perayaan Tahun Baru di Kamboja.
Komplek Royal Palace terbagi menjadi 4 area besar, yaitu Silver Pagoda di sisi selatan, Khemarin Palace di sisi utara, Throne Hall di bagian tengah, serta Inner Court di sisi baratnya. Bagian-bagian Royal Palace dibangun secara bertahap, beberapa bagian dibongkar dan dibangun kembali hingga tahun 1960-an. Bahkan saat saya singgah ke sana, sebuah bangunan yang terletak di sisi kanan Royal Palace terlihat sedang diperbaiki dan ditutup dengan sejenis bahan spanduk yang bertuliskan UNDER RECONSTRUCTION.
Bangunan Royal Palace ini merupakan contoh bangunan yang mengadopsi arsitektur Khmer di sebagian besar detilnya dengan tambahan sedikit sentuhan Perancis untuk tata letak defensive wall-nya (dikenal dengan istilah kampaeng), Throne Hall (dikenal dengan istilah preah tineang), kuil dari Emerald Buddha (disebut Wat Preah Keo Morakot), stupa-stupa (chedei), menara yang menjulang (prang prasat) serta lukisan mural. Komplek Royal Palace ini luasnya sekitar 174,870 meter persegi (402 m x 435 m).
Di pagi menjelang siang itu pengunjung cukup ramai, mayoritas adalah turis yang datang berkunjung. Terlihat juga beberapa orang bhiksu yang datang untuk beribadah. Bangunan Royal Palace yang didominasi warna emas tampak berdiri megah. Pilar-pilar besar yang dihiasi patung sosok wanita yang seolah-olah sedang menyangga atap bangunan, terlihat kokoh. Ukiran khas pada bagian atap bangunan menjadi daya tarik tersendiri, unik! Di ujung tangganya terdapat sepasang patung singa serta ular berkepala 7 yang seolah-olah menjadi penjaga bangunan megah ini. Di bagian atap terlihat sebuah menara paling tinggi berbentuk kerucut persegi empat yang berhiaskan wajah pada ke-4 sisinya.
Karena sudah mendekati jam istirahatnya, saya sempat diberitahu oleh seorang petugas yang menjaga untuk segera menuju pintu keluar yang akan mengantarkan saya ke area Silver Pagoda. Saya sempat menoleh sebentar untuk melihat bangunan Royal Palace ini sebelum akhirnya melewati sebuah gerbang penghubung menuju area Silver Pagoda.
I love the architecture!