Katanya, apabila ingin melihat old Japan in Osaka, datanglah ke Hozenji Yokocho. Saya sempat 2x mencari lokasinya sebelum akhirnya menemukan sebuah lorong kecil yang dipenuhi dengan deretan bangunan berarsitektur tradisional Jepang. Bangunan-bangunan yang difungsikan sebagai toko memiliki dinding yang terbuat dari kayu, dengan pintu kaca berkusen kayu kotak-kotak. Lampion berwarna merah dan putih tampak mendominasi hiasan di bagian depan bangunan-bangunan tersebut. Gang yang tidak terlalu besar itu benar-benar memberikan kesan old Japan.
Gang Hozenji Yokocho yang terletak di area Chuo Ward terkenal dengan gaya Naniwa. Gang kecil sepanjang 80 meter itu memiliki 2 buah gerbang, masing-masing di sisi Timur dan Barat. Gerbang di sisi Timur diberi nama “Hozenji Yokocho” dalam Bahasa Jepang dan ditandatangani oleh Kanbi Fujiyama, sedangkan gerbang di sisi Barat yang juga diberi nama “Hozenji Yokocho” ditandatangani oleh Harudanji Katsura (*Fujiyama merupakan seorang aktor teater, sedangkan Katsura merupakan seeorang komedian). Gang selebar 3 meter itu dipenuhi dengan restoran dan bar Kappo, gerai okonomiyaki, restoran barbeque, serta berbagai restoran khas Jepang lainnya.
Saat sedang berjalan menyusuri gang Hozenji, tetiba saya melihat sebuah bangunan kuil kecil. Dan saya baru mengetahui sejarah kuil tersebut setelah browsing sepulangnya dari Jepang. Saat saya tiba di pinggir pagar kuil tersebut, yang ternyata bernama Kuil Hozeenji, saya melihat seorang wanita yang sedang berdoa. Wanita itu berdoa di depan sebuah patung yang diselimuti lumut tebal. Terlihat wanita tersebut mengambil segayung air dari tempayan yang ada di depannya dan menyiramkan ke arah patung yang ada di depannya. Yang akhirnya saya tahu, patung tesebut dikenal sebagai Patung Mizukake Fudo. Wanita yang sedang berdoa itu terlihat melakukan penyiraman air ke arah Patung Fudo hingga 3x sebelum kemudian menangkupkan kedua tangannya di depan dada, dan menundukkan kepalanya, khusyuk.
Dari informasi yang saya dapatkan dari Internet, patung Mizukake Fudo adalah sesosok patung yang ditutupi lumut tebal yang terdapat di halaman kuil Hozenji. Menurut kepercayaan setempat, apabila saat kita berdoa dan menuangkan air ke atas patung tersebut, dan lumut tetap bersatu, maka dipercaya doa kita akan terkabul. Banyak orang mengantri untuk berdoa di depan patung Mizukake Fudo dengan harapan doa-doanya akan terkabul.
Mizukake Fudo adalah sesosok patung Buddha. Konon dulu sejarahnya, patung Buddha yang terletak menghadap ke arah Barat, yang disebut “Nishi-muki Fudo-Myoou” memiliki sejarah hampir 400 tahun. Namun baru setelah perang dunia di tahun 1945 patung tersebut dikenal dengan nama “Mizukake Fudo-son” atau “Mizukake Fudo-san”. Menurut cerita, suatu hari ada seorang wanita yang memercikkan air ke arah patung terseebut dan berdoa untuk menyampaikan keinginannya. Kabarnya, di kemudian hari keinginan tersebut terkabul. Mulai saat itu, banyak orang yang kemudian melakukan apa yang pernah dilakukan oleh wanita tersebut dengan harapan keinginannya dikabulkan. Dan akhirnya patung Mizukake Fudo pun tertutupi oleh lumut. “水掛 / Mizukake” berarti memercikkan air.
Kaki saya kembali melangkah menyusuri jalan setapak berlapis batu di sepanjang gang Hozenji sembari mengamati berbagai arsitektur bangunan-bangunan yang ada di sana. Deretan lampu taman yang ada di sepanjang gang, terlihat seragam berbentuk seperti kotak pos dengan warna putih berangka merah yang dipasang pada tiang besi yang juga dicat merah. Pada bagian sisi yang berwarna putih, terlihat beberapa tulisan kanji.
Walaupun gang Hozenji Yokocho tidaklah panjang, namun pengalaman menyusurinya membuat sore saya lebih menyenangkan.