Beberapa waktu terakhir ini, di media sosial beredar foto-foto cantik jembatan gantung, istilah kerennya suspension bridge, yang menurut informasinya adalah yang terpanjang di Indonesia. Saya cukup penasaran dengan informasi tersebut dan berusaha mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
Dari hasil penelusuran di Internet dan informasi dari beberapa orang teman, akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa jembatan tersebut terletak di Sukabumi, tepatnya di Kawasan Wisata Situ Gunung. Baiklah, mari kita susun rencana untuk melihat langsung jembatan yang sedang ngehits ini!

Transportasi tercepat untuk mencapai kabupaten Sukabumi adalah dengan menggunakan kereta api dari kota Bogor, hanya sekitar 1 jam 43 menit. Setelah melihat jadwal kereta api yang melayani rute Bogor – Sukabumi, saya memutuskan untuk mengambil pemberangkatan pertama dari Bogor, pukul 07.50 wib, agar tidak terlalu siang tiba di Sukabumi. Berbekal tiket kereta ekonomi AC seharga Rp 70.000 untuk perjalanan pergi dan pulang, akhirnya saya tiba di Sukabumi.
Karena niat awalnya adalah camping, saat mengunjungi jembatan gantung ini saya menginap di salah satu glamping camp di Sukabumi, Tanakita (cerita tentang Tanakita di postingan selanjutnya ya…).
Untuk menghindari ramainya pengunjung, saya tiba di Kawasan Wisata Situ Gunung sebelum pukul 8 pagi, sesuai hasil ngobrol-ngobrol dengan pengelola Tanakita. Dari lokasi camping di Tanakita, Kawasan Wisata Situ Gunung ini hanya berjarak sekitar 200 meter dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Untuk pengunjung yang menggunakan sarana transportasi kereta api, silakan turun di Stasiun Cisaat, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkot bewarna merah yang banyak ngetem di depan stasiun. Biaya angkot cukup Rp 10.000 per orang untuk mencapai lokasi Kawasan Wisata Situ Gunung. Perjalanan menuju Kawasan Wisata Situ Gunung biasanya ditempuh dalam waktu 30 menit. Patokannya adalah Polsek Cisaat yang berada di sebelah kiri jalan utama, Jl. Raya Sukabumi.

Di pintu masuk kawasan wisata terdapat loket yang menjual tiket untuk masuk dan mengeksplor Kawasan Wisata Situ Gunung ini. Karena ingin mencoba sensasi jembatan gantung terpanjang yang menjadi ikon dari Kawasan Wisata Situ Gunung, saya membeli tiket seharga Rp 50.000 yang memberikan akses untuk mengeksplor hingga ke area Curug Sawer (cerita tentang Curug Sawer juga nanti di unggahan selanjutnya ya…). Oh iya, tiket masuk ini sudah termasuk welcome drink dan snack tradisional, jadi bisa sekalian sarapan di sana.
Setelah membeli tiket, saya mulai menyusuri jalan setapak yang masih sangat asri. Jalanan tanah dengan pepohonan hijau di kanan kirinya akan menemani perjalanan saya sekitar 500 meter menuju lokasi jembatan gantung. Suasana di Kawasan Wisata Situ Gunung ini terasa sejuk dan segar. Kawasan Wisata Situ Gunung berada di dalam area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan dikelola oleh PT. Fontis Aqua Vivam dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pengunjung Kawasan Wisata Situ Gunung pagi itu belum terlalu ramai, sehingga suasana masih terasa lengang. Menurut informasi dari mas guide yang menemani saya berkeliling pagi itu (karena saya menginap di Tanakita, saya mendapatkan fasilitas free guide untuk berkeliling Kawasan Wisata Situ Gunung), pengunjung baru akan ramai menjelang pukul 10 siang.

Mendekati lokasi jembatan gantung, saya melihat sebuah bangunan kayu yang didominasi dengan warna coklat di kanan dan kiri jalan. Saat saya menanyakan kepada guide, ternyata bangunan yang ada di sebelah kiri adalah panggung tempat atraksi hiburan tradisional ditampilkan setiap hari Minggu. Di tempat ini juga tersedia snack serta minuman gratis yang disediakan untuk pengunjung. Sedangkan bangunan di sebelah kanan adalah semacam café berkonsep terbuka dengan pemandangan langsung ke lokasi jembatan gantung. Saya memutuskan untuk sarapan setelah selesai mencoba sensasi jembatan gantung dan mengeksplor curug.

Untuk melewati jembatan gantung, ada sebuah bangunan terbuka sebagai check point-nya. Di sini pengunjung akan dipasangi body harness sebagai safety tools dan beberapa informasi penting “what to do” seandainya cuaca menjadi tidak baik dan jembatan mengalami guncangan. “Kaitkan karabiner ini ke sling seandainya jembatan mengalami guncangan ya mbak”, begitu pesan mas-mas yang berada di check point jembatan gantung.
Jembatan gantung ini panjangnya sekitar 245 meter dengan lebar sekitar 1.8 meter. Ketinggiannya sekitar 150 meter dari permukaan tanah. Sebelum melewati jembatan, saya mencoba membayangkan, bagaimana rasanya?
Perlahan saya menapaki lantai jembatan yang terbuat dari kayu. Sling baja berseliweran sebagai kerangka utama dari jembatan. Dinding jembatan terbuat dari kawat kasa yang juga terbuat dari baja. Pemandangan dari atas jembatan, jangan ditanya, INDAH! Sejauh mata memandang, terlihat jajaran pepohonan menghijau, dengan langit berawan putih. Angin bertiup tidak terlalu kencang.
Di sepanjang jembatan saya melihat beberapa pengunjung yang asyik berfoto. Bahkan ada beberapa di antaranya yang membawa beberapa perlengkapan seperti kain etnik untuk mempercantik tampilannya di foto dengan pemandangan yang tidak biasa ini.
Melintasi jembatan sepanjang 245 meter ini terasa menyenangkan, walau saat mendekati ujung jembatan angin mulai terasa sedikit kencang dan jembatan mulai sedikit berayun. Sedikit tips dari saya, apabila merasa sedikit takut dengan sensasi ayunannya, cobalah untuk berjalan tepat di bagian tengah jembatan (tentunya tanpa harus menghalangi pengunjung lainnya), karena itu merupakan bagian paling stabil dari jembatan gantung ini.
Karena saat melintasi jembatan ini saya sekalian memotret, saya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mencapai ujung jembatan. Sesampainya di ujung jembatan, pengunjung harus melepas body harness. Saya kemudian melanjutkan perjalanan menuju Curug Sawer. Saya sudah merasakan sensasi jembatan gantung, kamu kapan???
Ohhhh Berarti klo keisni sebaiknya sekalian nginep di tanakita ya. Lumayan udah glamping dan fasilitas free tour guide dan dekat pulak.
Hai 🙂
Iya, kalau mau ke suspension bridge yang paling dekat nginapnya di Tanakita atau Rumamera (masih 1 pengelola kok), cukup jalan kaki untuk mencapai lokasi jembatan.
wah keren banget nih, pengen kesana. tapi kalo musim ujan gini aman ga ya.
Halo….
Aman kok. Kemarin waktu ke sana juga musim ujan. Siap-siap aja bawa payung atau raincoat.
Malah kalo abis ujan, muncul kabut putih, jadi fotonya bakal lebih cakep 🙂
fotonya cakep2 uyyyy.. btw pake kamera apa tuhhh
makasih 🙂
hanya pake nikon lawas kok 🙂