Search

Masjid Agung Sumatera Barat, Masjid Tanpa Kubah

Berjalan-jalan ke Kota Padang belum terasa lengkap apabila tidak singgah ke masjid agungnya. Sebuah bangunan masjid yang sangat unik dan kental dengan nuansa adat Minangkabau.

Sekilas, bangunan ini tidak tampak seperti masjid kalau saja tidak ada sebuah menara setinggi 85 meter di depannya. Berbentuk sebuah persegi panjang dengan 4 sudutnya yang lancip, bangunan ini lebih menyerupai sebuah Rumah Gonjong di mata saya. Ternyata, desain masjid yang dikerjakan oleh Rizal Muslimin ini memang sengaja mengedepankan ciri khas atap bergonjong, rumah tradisional Minangkabau. Dan satu lagi, desain atap persegi panjang dengan sudut-sudutnya yang melancip juga merepresentasikan bentuk bentangan kain ketika 4 kabilah suku Quraisy berbagi kehormatan memindahkan batu Hajar Aswad.

menara ini yang menjadi tanda bahwa bangunan megah di belakangnya adalah sebuah masjid

Konstruksi Masjid Agung Sumatera Barat ini terdiri dari 3 lantai, lantai paling atas memiliki teras yang melandai ke arah jalan. Biasanya lantai paling atas dipergunakan oleh jamaah wanita, sementara jamaah pria menempati lantai bawah.

Pembangunan masjid yang berada di Jalan Chatib Sulaiman, Kecamatan Padang UTara, Kota Padang ini cukup lama, diawali dengan peletakan batu pertama di tanggal 21 Desember 2007 dan baru selesai seluruhnya di 4 Januari 2019. Serta menelan biaya sebesar 325 – 330 milyar yang semuanya berasal dari APBD Sumatera Barat.

Selama mengunjungi Masjid Agung Sumatera Barat ini, saya terkagum-kagum dengan detil ornamen dan konstruksinya. Dengan tinggi sekitar 47 meter dan luas sekitar 4.430 meter persegi, mesjid ini mampu menampung sekitar 5.000 – 6.000 orang jamaah. Bangunan sebesar dan semegah ini ternyata ditopang dengan 631 tiang pancang yang menggunakan pondasi poer berdiameter 1.7 meter yang ditancapkan pada kedalaman 7.7 meter. Selain itu, mesjid ini menggunakan pipa baja sebagai konstruksi atapnya, dan untuk menyangga beban atap seluas itu ada 4 kolom beton miring setinggi 47 meter dan 2 buah balok beton lengkung yang mempertemukan kolom beton miring tersebut secara diagonal. Ke-4 kolom beton miring tersebut ditancapkan ke tanah dengan kedalaman 21 meter serta memiliki pondasi tiang bor sebanyak 24 titik dengan diameter 80 cm.

interior masjid yang didominasi warna putih, dengan mihrab seperti Hajar Aswad dan deretan Asmaul Husna

Bagian dalam masjid juga tidak kalah megah. Langit-langit berwarna putih dengan kombinasi warna emas membuat kesan lapang, lega, bersih dan elegan. Asmaul Husna terpampang di dinding melengkung bagian depan yang menyatu dengan area mihrab (walaupun tidak ada bagian mihrab yang menjorok sebagaimana mesjid pada umumnya). Pintu-pintu akses tersebar di berbagai area, membuat masjid ini juga dijuluki sebagai masjid seribu pintu angin. Karpet berwarna merah terbentang seluas lantai di bagian ini.

sisi kiri dan kanan masjid terlihat simetris dengan deretan pintu akses yang membuat masjid ini dijuluki Masjid Seribu Pintu Angin
ini adalah tampilan di sisi kanannya

Sementara di bagian luarnya, ukiran khas Minangkabau memenuhi sisi samping atapnya. Didominasi warna merah marun, putih, emas dan sedikit warna hitam, ukiran khas tersebut sukses membuat saya berlama-lama menyusuri setiap sisi masjid. Pilar-pilar penyangganya pun dipenuhi dengan ukiran khas berwarna emas, menambah kesan “wah” dari bangunan secara keseluruhan. Dengan desain langit-langit yang tinggi, suasana di sekitar masjid terasa sejuk walaupun saat saya tiba di sana tepat tengah hari.

sisi bagian luar masjid yang dipenuhi dengan ukiran dan kaligrafi bernuansa Minangkabau

Dari informasi yang saya kumpulkan, ternyata ada beberapa keunikan masjid agung ini yang membuatnya berbeda dengan bangunan masjid yang lain. Apa saja itu?

  1. Tanpa kubah, Masjid Agung Sumatera Barat ini dibangun tanpa kubah sebagaimana umumnya sebuah mesjid. Ternyata, masjid tanpa kubah ini merepresentasikan wujud falsafah Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah yang berarti adat yang didasarkan dan ditopang oleh syariat agama Islam berdasarkan Al Quran dan Hadist;
  2. Tahan gempa, Masjid Raya Sumatera Barat ini didesain sebagai bangunan yang tahan terhadap gempa bermagnitudo 10. Masjid ini dibangun di atas lahan sebesar 40.343 meter persegi dan mampu menampung 20.000 jamaah secara keseluruhan;
  3. Mengusung budaya Minang, Masjid Raya Sumatera Barat selain atapnya yang mirip rumah Gadang, juga memiliki corak ukiran Minangkabau di dinding-dindingnya. Ruang utama masjid ini dipenuhi interior ukiran Minang dan kaligrafi, sementara bagian mihrabnya didesain seperti Hajar Aswad serta ukiran Asmaul Husna berwarna emas;
  4. Dijuluki masjid seribu pintu angin, masjid ini memiliki cukup banyak pintu sehingga dijuluki sebagai Masjid Seribu Pintu Angin. Di bagian samping Masjid Raya terdapat menara yang bercorak seperti Masjid Nabawi yang ada di Madinah, yang membuat masjid ini terlihat semakin megah.

Apabila teman-teman ada yang berencana mengunjungi Kota Padang, jangan lupa untuk berkunjung ke Masjid Agung Sumatera Barat ini. Rasakan nuansa tradisional, megah dan khusyuk yang menguar di sana.

sisi terasnya yang melandai ke arah jalan

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.