Kurang lengkap rasanya apabila berkunjung ke Jepang tanpa melihat Gunung Fuji. Dan itu juga yang menjadi salah satu destinasi saya saat berkunjung ke Jepang beberapa bulan lalu. Saya mencari one-day trip untuk menikmati Gunung Fuji yang menjadi kebanggaan masyarakat Jepang. Setelah memilih berbagai paket yang ditawarkan, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada paket one-day trip yang mengunjungi beberapa destinasi sekaligus (Oishi Park, Kawaguchi Lake, Kawaguchi Craft Park, Arakuyama Sengen Park, dan Saiko Iyashi-no-Sato Nenba).
Destinasi pertama yang saya kunjungi adalah Oishi Park dan Kawaguchi Lake yang berlokasi di 2525 番地の11先 Oishi, Fujikawaguchiko, Minamitsuru District, Yamanashi 401-0305, Jepang. Saya tiba di Oishi Park sekitar pukul 11 siang, berharap bisa melihat Gunung Fuji dengan jelas. Namun disayangkan, ternyata cuaca di sekitar Gunung Fuji sedang gloomy. Saat mendekati Kawaguchi Lake, saya hanya melihat bayangan gunung yang bersembunyi di balik tebalnya awan putih. Kalau kata Nahioroko yang menjadi guide saya hari itu “Tandanya kamu harus balik lagi ke Jepang untuk melihat Gunung Fuji”.
Cuaca di sekitar Oishi Park dan Kawaguchi Lake hari itu sebenarnya cukup cerah. Langit biru dihiasi dengan beberapa gumpalan awan putih, udaranya pun sangat segar. Begitu tiba di sana, saya segera mendekat ke arah danau. Melewati gerombolan rumpun lavender yang menghijau dengan calon-calon putik bunga yang masih kuncup.
Walaupun cuaca di sekitar Oishi Park dan Kawaguchi Lake cukup cerah, namun tidak demikian dengan cuaca di sekitar Gunung Fuji yang terletak di seberang danau. Awan putih tebal menyelimuti hampir seluruh gunung, dan lebih tebal tepat di puncaknya. Sehingga saya hanya bisa melihat bayangan dari punggung Gunung Fuji yang terkenal itu.
Menunggu beberapa saat di tepi danau, berharap awan tebal yang menyelimuti Gunung Fuji sedikit beranjak, namun harapan saya tidak terjadi. Awan-awan putih itu tetap setia menutupi puncak Fuji. Saya pun memutuskan untuk bergerak dan menikmati panorama yang ada di Oishi Park.
Kecewa karena tidak bisa melihat Gunung Fuji dengan jelas sedikit terobati dengan berbagai macam bunga yang ada di Oishi Park. Saya melihat bunga Fleabane Daisy, bunga kecil berwarna putih dengan putiknya yang kuning terlihat mekar, berdampingan dengan bunga Nemophila yang merupakan bunga khas musim semi yang masih mekar di penghujung musimnya. Hamparan bunga Nemophila membuat Oishi Park bagaikan dilapisi karpet biru.
Saya meneruskan langkah menyusuri Oishi Park dan menikmati semua bunga-bunga yang tumbuh di sana. Membayangkan apabila semua bunga itu mekar di saat yang bersamaan, pasti sangat cantik.
Setelah mengelilingi Oishi Park dari ujung ke ujung, saya mengarahkan langkah kaki ke arah bangunan yang terdapat di sisi kanan taman. Bangunan bernuansa abu-abu dengan sebuah jam yang terpasang pada bagian atas pintu masuknya. Di atas akses masuknya terlihat 2 baris tulisan, 1 baris menggunakan Bahasa Jepang, sementara baris lainnya merupakan Bahasa Mandarin. Tulisan berbahasa Jepang setelah saya cek dengan Google lens berarti Desa Blueberry. Sedangkan tulisan yang berbahasa Mandarin tertuliskan 河口湖自然生活馆 (hék0u hú zìrán shēnghuó guān) yang artinya Museum Kehidupan Alam Danau Kawaguci). Bangunan ini berisikan toko-toko souvenir yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas, mulai dari t-shirt, magnet, kipas, gantungan kunci, dompet, dan sejenisnya. Saya mengelilingi etalase yang terpasang dan melihat-lihat berbagai barang yang dipajang di sana.
Puas melihat-lihat berbagai souvenir yang dipajang, saya kemudian melangkah ke luar. Langkah saya menuju ke arah parkiran, karena saat turun dari bus, saya sempat melihat sebuah tenda yang menjual kue beras. Saya mulai melihat-lihat dan akhirnya memilih kue beras dengan isian jamur.
Oh iya, ini kue berasnya vegetarian, jadi tidak ada yang isinya dedagingan. Kue beras itu dijual peer tusuk dengan harga ¥ 350 (sekitar Rp 37.000), berisi 3 buah kue beras. Tidak sabar saya segera menggigit kue beras itu. Gigitan pertama, ah….. hanya ingat 1 kata, enak! Bagian kuenya pulen, lembut dan rasanya gurih. Isian jamur yang saya pilih juga enak banget dan masih hangat. Di bagian luar kue beras dilapisi dengan cairan gula merah tipis yang menyeimbangkan rasa gurih dari kue.Yang tadinya saya hanya membeli 1 tusuk kue beras, namun karena rasanya yang enak, akhirnya saya kembali untuk membeli 2 tusuk lagi dengan isian yang berbeda. Saya membeli kue beras denga nisi kacang merah. Rasanya? Yang jelas kue-kue beras itu sukses selamat masuk ke dalam mulut.
Selesai ngemil kue beras, perjalanan akan dilanjutkan ke mana? Let’s go! Masih banyak yang ingin saya ceritakan dari jalan-jalan ke Jepang kemarin. Ikuti terus ya….