Liburan yang Anti Mainstream – Nonton Wayang Tavip “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”
by
Evy Priliana Susanti
Posted on
Ini kali ke-3 saya mengisi akhir pekan untuk kegiatan yang tidak biasa. Mencoba membiasakan diri dengan kegiatan yang anti mainstream. Yup! Sudah 3 bulan ini, saya selalu menghadiri pertunjukan Teater Koma di Museum Nasional. Dan di akhir pekan di Bulan September ini, saya datang untuk menyaksikan pertunjukan Wayang Tavip yang berjudul “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”.
Judulnya memang pertunjukan wayang, tapi jangan salah, wayang di sini bentuknya akan sangat berbeda dengan wayang yang umumnya kita ketahui. Pertunjukan dari Teater Koma ini menggunakan wayang Tavip. Apa itu wayang Tavip?
Wayang Tavip adalah wayang yang merupakan kreasi dari M. Tavip, seorang dosen jurusan teater di STISI Bandung, pada tahun 1993. Dulu, dikenal dengan nama Wayang Motekar. Wayang ini menggunakan media khusus semacam plastik keras yang transparan, sehingga bisa diwarnai. Pembuatan wayang ini menggunakan teknologi khusus, di mana bahan yang telah digambar dengan tokoh yang diinginkan kemudian diberi warna sehingga terlihat lebih menarik.
Nah, kali ini lakon yang dimainkan oleh Teater Koma berjudul “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”.
dialog antara kakek dan 3 pemuda tentang kapal dan laut
Tidak ada panggung untuk pertunjukan, hanya sebuah kain putih yang menggantung dari plafond salah satu pojok lantai 2 yang terdapat di gedung baru Museum Nasional. Dan di pagi menjelang siang itu, saya hampir saja terlambat untuk menyaksikan pertunjukan Wayang Tavip. Ketika saya tiba di lantai 2 Museum Nasional, pengunjung sudah memenuhi spot yang menjadi tempat pertunjukan. Duduk melantai dengan santai di depan kain putih yang berfungsi sebagai layar. Sebuah lampu sorot sudah menyala dari belakang kain putih itu.
Kisah dimulai dengan adegan 3 orang pemuda yang bercita-cita menjadi pelaut berbincang dengan seorang kakek, yang ternyata adalah mantan pelaut. Dengan balutan humor segar, sang kakek memberikan penjelasan mengenai kelautan di Indonesia kepada ke-3 pemuda itu. Termasuk kelengkapan yang wajib ada di sebuah kapal. Apa tugas dari Mualim 1, Mualim 2, dan Mualim 3. Sebenarnya, saya juga baru tahu saat itu bahwa tugas masing-masing Mualim di dalam sebuah kapal itu berbeda-beda. Mualim 1, bertanggung jawab terhadap semua kelengkapan wajib yang harus ada di dalam sebuah kapal; Mualim 2 bertanggung jawab terhadap arah dan rute perjalanan, termasuk harus sangat paham terhadap ilmu pelayaran dan navigasi; serta Mualim 3 yang bertanggung jawab terhadap logistik.
jadi, belajar juga bisa lewat media seperti ini, santai tapi berbobot
penjelasan dari sang kakek mengenai sektor bahari Indonesia sangat bagus
Kemudian sang kakek menjelaskan berbagai macam jenis kapal yang ada di Indonesia, seperti Kapal Pinisi, Jukung, Lumbung, Gubang, Perahu Bajau, Perahu Sapit, dan lain-lain. Dan di layar pun terlihat beberapa bentuk perahu tradisional tersebut dengan warna-warnanya yang menarik.
pengenalan berbagai macam perahu/kapal dari berbagai daerah di Indonesia
mulai dari perahu Pinisi, Bajau, Sapit, dan lain-lain
Selain bercerita tentang jenis-jenis perahu yang ada di Indonesia, sang kakek juga bercerita, bahwa menjadi “orang laut” dituntut untuk siap menghadapi segala macam kondisi yang mungkin terjadi pada saat berlayar, salah satunya harus siap seandainya bertemu dengan bajak laut. Pada bagian ini, sekilas sang kakek bercerita tentang Malahayati, seorang bajak laut wanita yang terkenal dan ditakuti di sekitar Selat Malaka. Jadi, dulu itu, bajak laut bukan hanya lelaki, namun wanita juga ada yang jadi pimpinannya.
“orang laut” harus siap dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi,
salah satunya adalah ketemu bajak laut
penggambaran akan sosok Malahayati, pelaut wanita yang terkenal di seantero Selat Malaka
Dan pertunjukan hari itu ditutup dengan adegan sang kakek mengajak ke-3 orang pemuda itu untuk mulai berlayar menggunakan sebuah perahu diiringi lagu “Nenek Moyangku Seorang Pelaut” yang dinyanyikan secara bersama-sama oleh seluruh pengunjung dengan tepuk tangan yang berirama.
Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudraMenerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasaAngin bertiup layar terkembang, ombak berdebur di tepi pantaiPemuda b’rani bangkit sekarang, ke laut kita beramai-ramai
pertunjukan diakhiri dengan ajakan sang kakek untuk berlayar
… menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa …
Di akhir acara, seluruh pendukung pertunjukan muncul dari belakang layar, termasuk dalangnya, yang ternyata adalah Bapak Budi Ros! Wuih….. keren!!!
dan…. ini lah wayang-wayang yang tadi dimainkan…
seluruh pendukung acara, termasuk pak dalangnya
ini bapak dalangnya, bapak Budi Ros
3x pertunjukan, penontonnya rame terus
tuh lihat, antusias yang nonton
menghabiskan akhir pekan, ga harus jalan-jalan ke mall kan???
Halo,
Itu adalah pertunjukan rutin dari Teater Koma di Museum Nasional.
Biasanya di setiap Hari Minggu pagi.
Lakon yang dimainkan bermacam-macam, tapi biasanya selalu berisi sejarah Indonesia
Maaf, untuk pentas Wayang Tavip di Museum ini, dalangnya adalah Pak Budi Ros, aktor Teater Koma, termasuk para asistennya aktor-aktor Koma juga. Beliau-lah yang mendalang kalau Wayang Tavip dihadirkan dalam pentas besar ataupun kecil Teater Koma. Pak Tavip sebagai pencipta banyak membantu dalam membuatkan wayang-wayang yang dibutuhkan.
Pagelaran seni yang sangat bagus, harus di pertahankan, wayang asli indonesia
Halo,
Itu adalah pertunjukan rutin dari Teater Koma di Museum Nasional.
Biasanya di setiap Hari Minggu pagi.
Lakon yang dimainkan bermacam-macam, tapi biasanya selalu berisi sejarah Indonesia
Maaf, untuk pentas Wayang Tavip di Museum ini, dalangnya adalah Pak Budi Ros, aktor Teater Koma, termasuk para asistennya aktor-aktor Koma juga. Beliau-lah yang mendalang kalau Wayang Tavip dihadirkan dalam pentas besar ataupun kecil Teater Koma. Pak Tavip sebagai pencipta banyak membantu dalam membuatkan wayang-wayang yang dibutuhkan.
Halo mas Rangga,
Makasih banyak mas koreksinya 🙂
Segera diperbaiki.