— Masih Day-2 juga —
LEMBAH HARAU
Setelah menempuh perjalanan kira-kira 1.5 jam sejak meninggalkan rumah Bung Hatta, kami pun memasuki kawasan Lembah Harau. Dinding-dinding batu berdiri kokoh dan berbaris rapi di sebelah kanan jalan yang dilewati si unyu, sementara di sebelah kiri jalan terlihat hamparan sawah yang menghijau dan pegunungan. Tengok kanan, tengok kiri, berasa muter-muter ini leher gw ketika si unyu menghentikan gelindingan rodanya di depan sederetan warung yang menjual makanan dan minuman di kawasan Lembah Harau.
Yuhuuuuuuu…..kami di sini!!! |
Lembah Harau merupakan jurang besar di Sumatera Barat dengan diameter mencapai 400 meter. Dengan tebing-tebing granit yang terjal menjulang setinggi 80-300 meter, dengan bentuknya yang beraneka ragam, Lembah Harau seolah-olah merupakan pagar alam di dataran Minangkabau. Lembah Harau terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 15 km dari Kotamadya Payakumbuh, atau 47 km timur laut kota Bukittinggi. Untuk akses ke sana, bisa memulainya dari terminal Aur Kuning di Bukittinggi trus naik bus ke jurusan Payakumbuh, kemudian diteruskan dengan naik bus ke Sari Lama atau Lamaksari. Dari Sari Lama perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km (sekitar satu jam) dari gerbang utama ke pintu masuk cagar alam
Begitu turun, gw hanya bisa berdiri dan muter-muter ngeliat indahnya kawasan ini. Di depan gw ada dinding batu tinggi……. dengan gemericik air yang mengalir dari atas menyusuri permukaan tebing batu itu. Liat ke kanan, tebing batu seolah ga ada habis-habisnya. Ke kiri juga. Tebing batunya panjaaaaaaaaaaaaaannnnnnngggggg……. dan tinggiiiiiiiiiiiiiiiiiii……….
Ayo… olahraga lutut 😀 |
Katanya, klo mo ngeliat pemandangan yang lebih WOW, kita harus mendaki ke atas tebing batu itu. Oke, ayo kita coba daki dan liat ada pemandangan apa dari atas tebing….
Masih ingat kan kemaren gw bilang ini betis dan kaki rasanya udah butuh di-rebonding? Nah… di Lembah Harau ini, si kaki yang blom sempet di-rebondingharus memenuhi keinginan mata untuk melihat ada apa di atas sana, dan mewujudkan keinginan hati yang penasaran. Ayo lah kaki… kita kerjasama ya… bujuk mata dan hati. Pelan-pelan gw mulai menaiki tangga batu yang melingkari dan menembus tebing batu… hosh..hosh..hosh…
Duh…. sampe lututnya gemeteran lho…. tapi gw harus bisa sampe puncak! Itu tekad gw! Beberapa kali gw berenti untuk tarik napas panjang dan urut-urut betis… hiks, masih jauh ya???
what a kind of great creature? |
Dan akhirnya… setelah pendakian yang cukup berat… hasyaaaahhhh, lebay klo ini sih gwnya 😀
Taraaaaaaaaaaaa….. gw sampe di puncak!!!
Subhanallah….. bagus banget Lembah Harau diliat dari sini. Dinding batu yang tinggi menjulang dan panjang seolah memeluk bumi Minang, menjaganya dari nakal tangan-tangan tak bertanggung jawab. Rimbunnya pepohonan hijau pagar alami, dan hamparan sawah mampu menghilangkan rasa capek dan pegelnya kaki selama mendaki ke atas. Mata dan hati pun kini berhasil memuaskan rasa penasaran dan hausnya akan keindahan alam yang sebenarnya.
Tebing granit terjal, sawah yang menguning dan hijaunya pepohonan |
Setelah berisitirahat sejenak dan mengambil beberapa shot foto, gw dan teman-teman kembali menuruni tangga batu. Sampe di bawah, rembug-an bentar, mo lanjut ke Ngalau Indah, atau makan siang dulu? Karena lokasi Ngalau Indah yang ga seberapa jauh dari Lembah Harau, akhirnya kami sepakat untuk lanjut ke Ngalau Indah dulu sebelum makan siang yang udah terlambat ini 😀
Okay, kita lanjut ke Ngalau Indah yaaaa….
Roda si unyu mulai menggelinding menggilas aspal hitam yang panas, meninggalkan parkiran Lembah Harau ketika keinginan untuk mengintip Echo Resortmelintas 😀
“Hen, singgah ke Echo dong…..” gw pun request.
Dan akhirnya si unyu berhenti di depan kompleks Echo Resort. Ini katanya resort paling bagus di kawasan Lembah Harau.
Jembatan di Echo Resort |
jalan setapak menuju Echo Resort |
Turun dari si unyu, gw nemuin bangunan yang mungkin kantor pengelola resortdi sebelah kiri. Untuk mencapai resort, kita harus menyeberangi sebuah jembatan beton yang konstruksinya mirip jembatan gantung dan berjalan melalui jalan setapak yang terbuat dari beton selebar sekitar 1-1.2 meter (pokoknya bisa 2 orang lah klo jalan berdampingan dengan catatan dari arah berlawanan ga ada yang lewat ya…). Di kanan dan kiri jalan setapak terlihat hamparan sawah dengan daun yang hijau dan butiran padi yang menguning. Di ujung jalan terletak kompleks Echo Resort, dikelilingi tebing batu.
what can u say for this? |
Ketika kami sampe di sana, sepertinya baru aja ada kegiatan dari sebuah institusi. Terlihat banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang bawa tas-tas gede…. “abis nginep ya bu? pak?”
Di kompleks resort, resort utamanya adalah sebuah bangunan rumah kayu berbentuk rumah gadang berwarna coklat mengkilat dengan atapnya yang khas Minangkabau. Halaman resort sangat rapi dihiasi rumput dan berbagai tanaman hias lainnya.
Kami ga berlama-lama di sini, karena takut kesorean sampe di Kota Padang. Setelah bernarsis-narsis dikit di halaman resort, kami pun capcus meneruskan perjalanan. Selamat tinggal Lembah Harau…. Someday, i’ll see you again, hopefully #dadahdadahkeLembahHarau
Wow, looks very cool. We’ve never been there before, but maybe later this year. 🙂
Hi Adam, you have to go to Lembah Harau.
There was a beautiful place in West Sumatera.
Thanks for visiting my blog 🙂
[…] Sayang gw ga sempet naik ke lantai 2 rumah ini karena kami harus segera melanjutkan perjalanan. Akhirnya setelah mengambil beberapa foto, gw pun kembali menaiki si unyu dan bergerak meninggalkan rumah kayu bersejarah dan segala kesederhanaannya itu. Bangga telah mengetahui, dan mengunjungi rumah Sang Proklamator secara langsung… ah, gw jadi mellow… Yuk ah, kita lanjut! Masih banyak kan yang mo diliat dan kunjungi hari ini….. cuuuuuuuuuussssssssss…… […]