— masih Day-3 —
Meninggalkan pantai pelabuhan Bungus, dengan rasa deg deg-an karena kapalnya kecil menurut gw, gw mencoba untuk menikmati perjalanan. Kapal yg gw dan teman-teman naikin ini terbuat dari fiberglass, yang ditambahin kayu-kayu melintang yang berfungsi sebagai tempat duduk. Tadi waktu naik udah atur-atur tempat duduk, siapa duduk di mana supaya imbang…ga berat sebelah.
Waktu berangkat, gw kebagian duduk di baris ke-4 bareng mas eh… uda Delly ding, trus Dyni dan Hendra. Kapalnya pake double machine… yeay…. kenceng nih jalannya 😀
Perjalanan ke Sikuai katanya akan memakan waktu sekitar 40 menit kalo menggunakan kapal dengan single machine. Berhubung ni kapal double machine, cukup 25 menit saja terombang-ambing di laut, akhirnya gw dan teman-teman nyampe di Pulau Sikuai.
Gini nih pemandangan di sepanjang pantai di Sikuai… asyik kan? |
Ok, kesan pertama gw di pulau yang sekarang sepi ga ada kegiatan ini adalah………….. indah!
Butiran pasir pantai yang halus dan putih, air laut jernih dengan gradasi biru dan tosca serta variannya, barisan nyiur yag melambai-lambai di sepanjang bibir pantai, sederetan resort bercat coklat, jembatan kayu panjang, dermaga, serta deretan batuan besar yang berkelompok di sisi kiri pantai, what a perfect combination!!!
Walaupun waktu gw dan teman-teman sampe di Sikuai itu udah ampir tengah hari, dengan matahari yang bersinar garang (mulai dari medium, welldone sampe akhirnya overcooked deh gw hari ini), tapi gw suka suasananya….
Angin yang kadang bertiup nakal, menggoda nyiur-nyiur yang sedang asyik bercengkerama dengan laut dan langit biru di atas sana.
Tangga batu menuju bangunan utama di Pulau Sikuai |
Menyusuri tepian pantai, gw mencoba untuk sedikit explorePulau Sikuai. Dari turun kapal, pertama gw menyusuri ke arah kanan, ke arah bangunan yang paling gede di situ. Melewati deretan resort yang masih kokoh berdiri, hanya saja terlihat sedikit tak terawat, gw akhirnya sampe di tangga batu yang mengarah ke bangunan yang paling besar itu. Ternyata itu adalah bangunan utama yang menjadi restoran dan frontline-nya Pulau Sikuai waktu masih dioperasikan sebagai tempat wisata bahari.
Beberapa set kursi santai lengkap dengan mejanya menghiasi ruangan yang dibiarkan terbuka begitu aja. Di belakang meja bar masih terlihat susunan gelas, piring dan peralatan makanan lengkap dengan kulkas dan lemari. Bahkan bel di meja bar juga masih ada di situ. Sepertinya karena ada sengketa antar pihak pengelola, kondisi di Pulau Sikuai dibiarkan tak terurus. Di dinding ruangan itu gw masih bisa lihat sebuah plakat batu yang menunjukkan peresmian Pulau Sikuai sebagai Kawasan Wisata Bahari oleh Bapak Joop Ave di taon 1994.
Sayang ya…. pulau yang indah dan menakjubkan ini kini hanya dibiarkan kosong, tanpa aktivitas, padahal bagus banget tempatnya.
Plakat peresmian Pulau Sikuai sebagai Kawasan Wisata Bahari |
Oh iya, bangunan utama ini ada 2 lantai, tapi gw ga brani naek ke lantai 2-nya 😀 cuma brani liat dari bawah aja… hehehehehe…
Menuruni tangga bangunan, tampak sebuah jembatan kayu yang menghubungkan pantai pasir dengan sebuah gazeebo yang ada di pinggir laut. Mungkin dulu difungsikan sebagai dermaga ya….
Meniti jembatan kayu yang masih terlihat kokoh, gw bisa melihat sisi kanan dan kiri pantai dengan lebih puas. Cakep banget deh ini pulau…. sayang klo kelamaan dibiarkan terbengkalai.
Bangunan utama di Pulau Sikuai, taken from boat |
Abis dari dermaga, gw dan teman-teman mencoba untuk explore ke sisi kiri pulau. Menyusuri jalan setapak berpasir putih yang halus, dengan pohon nyiur yang berbaris rapi di sisi kiri dan semak perdu yang mulai tak terurus di sisi kanan jalan setapak, gw terus berjalan ke arah kiri. Kemudian gw menemukan lagi sebuah jembatan kayu, hanya saja kondisinya udah ga sebagus jembatan kayu yang di dermaga tadi, walau ga rusak-rusak amat sih…..
Cottage/resort yang ada di Pulau Sikuai |
Berjalan di tengah hari dengan matahari yang memancar cerah ceria, huft…. puanassssse poooooolllll…..
Jembatan kayu kemudian berganti dengan jembatan beton, berbelok ke arah kanan melingkari pulau. Di sisi kanan ada sebuah tebing batu besar yang ada tangganya. Gw nyoba naek ke atas tebing, dan apa yang gw liat coba???
Dari atas tebing, pemandangannya lebih baguuuuuuuuuuussssss…….
Beberapa pulau kecil di sekitar Sikuai tampak dalam formasi yang sempurna. Keren deh…..
Turun dari tebing batu, gw terus ke ujung jembatan beton. Dan sampe lah gw di pinggir pantai dengan pasir putihnya yang haluuuuuuuuuuuusssssss…. banget.
Tiba-tiba gw inget tuh sama temen-temen geng rusuh gw a.k.a Diengers, so… gw bikin surat cinta deh untuk mereka di pasir pantai Sikuai ini. Cekidot di sini ya surat cintanya…..
Dear Diengers, wish u were here ngers ^.^ #smooch |
Puas maen pasir dan air…. eh, ga puas-puas banget sih…. akhirnya gw dan teman-teman cabut dari Pulau Sikuai. Kami harus melanjutkan pelayaran… hasyaaaahhhh…. ke Pulau Pagang. Kan ceritanya pada mo basah-basahan di sana…..
Yuk capcus…. ntar liat di report tentang Pulau Pagang ya…. gimana sih kami berbasah-basah ria di sana…… see yaaaaa….