“Kak, jangan lupa fotoin Hagia Sophia ya”, itu salah satu pesan dari seorang teman saat tahu saya suddenly ke Turki. Baiklah. Dan siang itu, saya pun tiba di halaman luas yang berada di depan komplek Hagia Sophia. Setelah berjalan kurang lebih 10 menit sejak turun dari kendaraan. Fyi, kendaraan tidak bisa berhenti persis di depan komplek Hagia Sophia, namun sedikit jauh sehingga perlu ditambah berjalan kaki sekitar 10 menit.
“Hmm… bangunannya cakep banget nih. Arsitekturnya bagus banget!” batin saya dalam hati. But, what??? Antriannya sepanjang antrian BLT ya…. Rame banget! Pengunjung dari segala penjuru negeri semua berkumpul, membentuk 2 baris antrian, panjangnya sudah melebihi setengah halaman. Wow! Sekitar 15 menit mengantri, saya merasakan antrian tidak bergerak. Ada apakah? Ternyata petugas memberlakukan sistem buka tutup antrian karena banyaknya pengunjung yang datang.
Dan ketika akhirnya tiba giliran saya memasuki komplek Hagia Sophia, mata saya seolah tak ingin berkedip melihat indahnya arsitektur yang ada. Memasuki Hagia Sophia, yang saya rasakan adalah suasana yang sejuk, walaupun pengunjung luar biasa banyaknya. Seolah tidak ada ruang kosong di dalam, semua dipenuhi oleh pengunjung.
Bangunan dengan sebagian besar terdiri dari marmer alam beraneka warna memberikan suasana sejuk di bagian dalamnya. Lampu-lampu kristal besar menggantung di berbagai sudut dan tengah ruangan dengan cahaya kuning memberikan kesan hangat. Kaligrafi-kaligrafi besar berwarna emas menghiasi pilar-pilar utamanya, serta terdapat 3 kubah besar menghiasi langit-langitnya.
Kaki saya terus melangkah menjelajahi setiap sudutnya, sementara mata saya seolah tak berkedip menikmati semua keindahan yang ada. Pilar-pilar besar dengan piringan kaligrafi besar bertuliskan nama Allah, Muhammad, Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan serta Ali bin Abi Thalib) serta 2 cucu Rasulullah, yaitu Hasan dan Husain terlihat di setiap sudutnya. Ke-8 kaligrafi besar itu dirancang khusus oleh kaligrafer Kazasker Mustafa Izzet Efendi.
Sekilas saya mulai mengingat sejarah Hagia Sophia yang pernah saya baca. Hagia Sophia atau Ayasofya dalam bahasa Turkinya (dari bahasa Yunani: Ἁγία Σοφία Bizantium Yunani [aˈʝia soˈfia]) adalah bangunan dengan sejarah yang sangat panjang. Dibangun atas perintah Kaisar Romawi Timur “Yustinianus I” pada tahun 532 – 537, Hagia Sophia merupakan Gereja Kebijaksanaan Suci ke-3 yang dibangun pada lokasi yang sama setelah 2 bangunan sebelumnya hancur karena kerusuhan. Bangunan Hagia Sophia didesain oleh ahli ukur Yunani, yaitu Isidore dari Miletus dan Anthemius dari Tralles. Sebagai katedral Ortodoks, Hagia Sophia merupakan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel. Namun di tahun 1204 – 1261 Masehi, bangunan ini diubah fungsi oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel.
Pada 1453 M, Konstantinopel ditaklukkan oleh Kesultanan Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, sehingga pada tanggal 29 Mei 1453 hingga tahun 1931 bangunan ini berubah menjadi mesjid. Saat diubah fungsinya menjadi mesjid, berbagai lambang Kristen seperti lonceng, gambar dan mosaik yang melambangkan Yesus, Maria, orang-orang suci Kristen dan para malaikat ditutup dengan kain hitam. Berbagai atrikut ke-Islaman seperti mihrab, mimbar dan empat menara ditambahkan.
Pada tahun 1931 Hagia Sophia ditutup untuk umum oleh pemerintah Republik Turki, dan dibuka kembali namun fungsinya diubah menjadi museum pada tahun 1935. Namun pada 10 Juli 2020, setelah pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia pada tahun 1934 menjadi museum adalah illegal, bangunan ini dikembalikan fungsinya menjadi mesjid.
Dengan arsitekturnya yang sangat indah, Hagia Sophia dianggap sebagai lambang arsitektur Bizantium dan dikatakan “telah mengubah sejarah arsitektur”. Sebelum Katedral Sevilla selesai dibangun pada 1520, Hagia Sophia merupakan katedral terbesar di dunia hampir seribu tahun lamanya.
Sekilas mengenai pembangunan Hagia Sophia yang merupakan gereja ke-3, menggantikan 2 gereja terdahulu yang telah hancur, tanggal 23 Februari 532 Kaisar Yustinianus I memerintahkan untuk membangun gereja dengan rancangan yang lebih luas dan megah daripada gereja-gereja sebelumnya. Kaisar Yustinianus I memilih ahli Fisika, Isidore dari Miletus dan ahli Matematika Anthemius dari Tralles sebagai arsitek. Namun sayang, di tahun pertama pembangunan Anthemius meninggal dunia. Tiang-tiang dan marmer didatangkan dari seluruh penjuru kekaisaran yang ada di Mediterania. Lebih dari 10.000 orang dipekerjakan untuk merampungkan pembangunannya. Dan bangunan Hagia Sophia ini diresmikan pada 27 Desember 537, sementara mosaik yang terdapat di bagian dalamnya baru selesai dikerjakan pada masa Kaisar Yustinus II (565 – 578 M).
Bangunan Hagia Sophia sempat mengalami kerusakan akibat kebakaran besar yang terjadi pada tahun 859 M, kemudian saat terjadinya gempa bumi pada 8 Januari 869 M yang mengakibatkan sebagian kubahnya runtuh. Perbaikan dilakukan pada masa pemerintahan Kaisar Basilius I.
Pada masa pendudukan Konstantinopel (1204 – 1261) Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi Katedral Katolik Roma. Dan di tahun 1261, setelah direbut kembali oleh bangsa Bizantium, Kaisar Andronikus II kemudian memerintahkan agar dibangun 4 penopang (Πυραμὶδας, bahasa Yunani:”Piramídas”) di sisi timur dan utara gereja. Pada Oktober 1344 terjadi gempa bumi yang menyebabkan retaknya kubah gereja dan runtuhnya beberapa bagian gereja pada 19 Mei 1346, sehingga gereja ditutup hingga tahun 1354 untuk dilakukan perbaikan oleh arsitek Astras dan Peralta.
Pada 29 Mei 1453, Kekaisaran Utsmani menaklukkan Konstantinopel, dan Hagia Sopia difungsikan sebagai masjid kekaisaran. Meskipun demikian, namun keberadaan Gereja Kristen Ortodoks tetap diakui. Sultan Mehmed II memerintahkan perbaikan agar Hagia Sophia dapat digunakan kembali. Tanggal 1 Juni 1453 merupakan hari pertama kalinya dilaksanakan ibadah Jumat yang dihadiri oleh Sultan Mehmed II.
Pada abad ke-16, Sultan Suleiman Al Kanuni membawa 2 batang lilin kuno dari penaklukan atas Hungaria dan diletakkan mengapit mihrab. Pada masa pemerintahan Selim II, karena bangunan Hagia Sophia mulai menunjukkan tanda-tanda kerapuhan, dilakukanlah perkuatan struktur di bagian luarnya. Pekerjaan ini dipimpin oleh Mimar (kepala arsitek) Sinan, arsitek Utsmani yang dikenal sebagai salah satu insinyur gempa pertama di dunia. Untuk memperkuat strukturnya, Sinan membangun 2 menara besar di sisi barat yang awalnya merupakan ruang khusus sultan, dan türbe (bangunan untuk makam di Turki) untuk makam Selim II di tenggara bangunan pada 1576-7 M / 984 H. Selain itu, dipasang juga lambing bulan sabit emas di atas kubahnya. Türbe (bangunan untuk makam di Turki) ini juga akhirnya menjadi makam bagi 43 pangeran Utsmani. Di tahun 1594 M/1004 H, Mimar Davud Ağa membangun makam untuk Mudar III (1574 – 1595), tempat sultan dan permaisurinya, Safiye Sultan, serta putra dan putrinya dikebumikan. Bangunan makam persegi delapan putra mereka Mehmed III (1595–1603) dibangun oleh arsitek kekaisaran Dalgiç Mehmet Aĝa pada 1608 / 1017 H. Di bangunan ini, dimakamkan pula Handan Sultan, selir Mehmed III yang menjadi ibu suri bagi putra mereka Ahmed I. Dimakamkan pula putra dan putri Ahmed I, putri dari Murad III, dan putra sultan lainnya.[36] Putranya yang lain, Mustafa I (1617–1618; 1622–1623), mengubah bekas ruang untuk pembaptisan menjadi türbe-nya.
Di dalam Hagia Sophia juga terdapat 2 guci besar Helenistik dari batu pualam yang berasal dari Pergamum, yang dibawa oleh Murad III. Kedua guci besar itu diletakkan pada kedua sisi tengah bangunan.
Tahun 1717, di bawah kepemimpinan Sultan Ahmed III (1703 – 1730), plester yang runtuh di bagian interior bangunan direnovasi, sehingga mosaik yang ada terjaga keberadaannya. Pada tahun 1739, Sultan Mahmud I memerintahkan perbaikan kembali di Hagia Sophia dengan menambahkan sebuah madrasah, imaret atau dapur umum untuk kaum miskin dan perpustakaan. Kemudian di tahun 1749 ditambahkan sultan mahfili (pondok sultan) dan mihrab baru di dalamnya.
Saat kesultanan Utsmani runtuh pada November 1922 dan digantikan oleh Republik Sekuler Turki, Mustafa Kemal Atatürk, presiden pertamanya memerintahkan penutupan Hagia Sophia untuk umum di tahun 1931 dan dibuka kembali tahun 1935 sebagai museum. Karpet untuk shalat dibuka, plester dan cat-cat kaligrafi dikelupas, sehingga menampakkan kembali lukisan-lukisan Kristen yang selama 5 abad ini ditutupi. Sejak saat itu, Hagia Sophia menjadi salah satu obyek wisata di Turki.
Pemerintah Sekuler Turki melarang keras penggunaan Hagia Sophia sebagai tempat ibadah. Namun larangan itu sedikit melunak pada tahun 2006 ketika pemerintah Turki menyediakan sebuah ruangan doa khusus untuk Kristen dan museum muslim untuk staf. Dan sejak tahun 2013, muadzin dapat mengumandangkan adzan dari Menara musem 2x saat waktu dzuhur dan ashar.
Wacana mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai tempat ibadah semakin ramai. Tahun 2007, politikus Yunani, Chris Spirou mencanangkan sebuah gerakan internasional untuk memperjuangkan Hagia Sophia kembali menjadi Gereja Ortodoks Yunani. Sementara itu di sisi lain, beberapa seruan dari pejabat tinggi, khususnya Wakil Perdana Menteri Turki, Bülent Arınç, menuntut Hagia Sophia digunakan kembali sebagai masjid.
Pada Ramadan 1437 H/2016, pemerintah Turki mengembalikan beberapa fungsi Hagia Sophia sebagai masjid selama bulan Ramadan. Salah satunya adalah pembacaan ayat suci Al-Quran yang disiarkan secara langsung melalui saluran reliji Turki TRT Diyanet.
Tanggal 10 Juli 2020, Pengadilan Tinggi Turki membatalkan keputusan 1943 yang mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Dan pada tanggal yang sama, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan dekrit yang berisi pernyataan “Hagia Sophia kembali ke fungsinya semula sebagai tempat ibadah umat Islam. Ibadah pertama bisa dilakukan mulai 24 Juli mendatang”. Walaupun sudah beralih-fungsi sebagai mesjid, namun Hagia Sophia tetap terbuka untuk umum.
Di Hagia Sophia terdapat surat-surat yang berasal dari Kesultanan Utsmaniyah yang berfungsi untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka. Terdapat sekitar 10.000 sampel surat yang ditujukan maupun yang dikeluarkan oleh sultan.
- Surat tertua ialah surat sertifikat tanah untuk para pengungsi Yahudi pada tahun 1519 yang lari dari Inkuisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Al-Andalus;
- Surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim sultan pasca Revolusi Amerika abad ke-18;
- Surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia pada 7 Agustus 1709;
- Surat yang memberi izin dan beberapa ongkos kepada 30 keluarga Yunani yang beremigrasi ke Rusia pada tanggal 13 Rabiul akhir 1282 H (5 September 1865). Belakangan mereka kembali ke wilayah kesultanan;
- Peraturan bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari suaka ke wilayah sultan pasca Revolusi Bolshevik tanggal 25 Desember 1920.
Hagia Sophia sangat luas, panjang 82 meter dan lebar 73 meter serta tinggi 55 meter, dan merupakan masjid utama di Istanbul. Arsitektur Bizantium yang ada di Hagia Sophia mengilhami masjid Utsmani lainnya, seperti Masjid Biru, Masjid Şehzade (Masjid Pangeran), Masjid Süleymaniye, Masjid Rüstem Pasha, dan Masjid Kılıç Ali Pasha. Di tahun 2011, UNESCO menetapkan Hagia Sophia sebagai situs warisan dunia.
Kubah besar yang merupakan kubah utamanya memiliki diameter 31 meter, kubah ini adalah kubah pengganti (563 M) dari kubah asli yang hancur saat gempa bumi pada tahun 558 M. Procopius, sejarawan Yustinianus menggambarkannya sebagai “kubah emas yang digantung dari surga”. Dan di keempat sisi kubah terdapat lukisan malaikat yang menunjukkan bahwa dulu Hagia Sophia memang merupakan sebuah gereja. Yang unik dari Hagia Sophia adalah, terdapat kaligrafi nama Allah dan Muhammad yang bersanding dengan lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus. Lukisan dan mosaik Bunda Maria dan Yesus merupakan jejak bahwa Hagia Sophia dulu merupakan Gereja Kristen Ortodoks Yunani.
Ada rasa enggan saat saya harus keluar dari Hagia Sophia. Belum puas rasanya memandang dan menikmati keindahan arsitektur, interior dan cerita yang ada di sana. Betapa bangunan ini menyimpan banyak cerita dari berabad silam, cerita suka dan duka, sejarah yang silih berganti. Semakin mengetahui sejarahnya, semakin saya merasa ingin berlama-lama untuk menjelajahi setiap sudutnya. Sayang, saya harus segera meninggalkannya. Hai Hagia Sophia, tunggu ya, lain waktu saya pasti akan datang lagi, untuk berlama-lama mendengarkan ceritamu, berlama-lama menikmati sejarah yang terpatri di dinding dan langit-langitmu.