Search

Derawan #2 – Berenang dengan Non Stinging Jellyfish

EVY_0629

 

Derawan – Maratua – Kakaban – Sangalaki

Minggu, 31 Mei 2015

Selamat pagi Indonesia, selamat pagi dunia…….. 🙂

Setelah istirahat yang sangat cukup tadi malam, pagi ini saya memulai hari dengan kondisi badan yang segar. Dan alarm alami saya sudah memaksa saya membuka mata sejak pukul 5 subuh waktu Derawan, which means pukul 4 waktu Jakarta. Suara kecipak ombak di kolong homestay seolah-olah senandung pagi yang membangunkan saya. Rasa penat dan pegel setelah kemarin menempuh perjalanan yang cukup panjang dan jauh, Jakarta – Tarakan – Derawan akhirnya terbayarkan dengan istirahat yang sangat nyaman tadi malam. Dan pagi ini, saya siap menjelajah pulau-pulau yang ada di sekitar Derawan ini. Let’s go!!! Setelah menunaikan sholat subuh, mandi dan berganti kostum, saya menyempatkan diri untuk mengejar sedikit sisa-sisa sunrise hari ini. Membuka pintu kamar, hidung saya langsung disergap dengan harum aroma air laut yang khas. Semburat keemasan masih tersisa di balik bayangan pohon Kelapa dan deretan perkampungan penduduk di sisi Timur pulau.

semburat keemasan di ufuk Timur subuh itu di Derawan
semburat keemasan di ufuk Timur subuh itu di Derawan
cukup dari depan kamar saja untuk mendapatkan pemandangan seperti ini
cukup dari depan kamar saja untuk mendapatkan pemandangan seperti ini
Sementara di kaki cakrawala, semburat biru, kuning, jingga, merah muda membaur menjadi satu membentuk lapisan tipis yang cantik. Pagi itu cuaca di Derawan sangat cerah (dan semoga tetap cerah hingga berakhirnya perjalanan kami).
masih edisi sunrise pagi itu
masih edisi sunrise pagi itu
perahu nelayan tampak terayun-ayun disapa riak gelombang pagi hari
perahu nelayan tampak terayun-ayun disapa riak gelombang pagi hari
Menikmati pagi di dermaga kecil di depan kamar, duduk di kursi kayu sambil melihat penyu-penyu hijau besar yang sesekali timbul ke permukaan air laut sungguh menyenangkan. Air laut berwarna hijau toska yang jernih memperlihatkan hingga ke dasarnya, termasuk segerombolan Bulu Babi, aneka macam ikan dan hewan laut lainnya. Di sini saya menemukan Bulu Babi yang berwarna merah lho. Biasanya kan Bulu Babi itu warnanya hitam?! Nah, di sini ada yang berwarna merah. Keliatan dari atas sih bagus ya… lucu… tapi kalau ingat gimana sakitnya apabila ketusuk si Bulu Babi itu….. hiiiiiii…. menyeramkan….
menikmati pagi sambil duduk santai di dermaga
menikmati pagi sambil duduk santai di dermaga
nih si Bulu Babi, tuh... ada yang warna merah lho
nih si Bulu Babi, tuh… ada yang warna merah lho

Puas memperhatikan si Bulu Babi, pandangan saya teralihkan ketika seekor Penyu Hijau besar tiba-tiba muncul ke permukaan air. Walaupun sejak tiba di Derawan kemarin sore itu saya sudah beberapa kali melihat Penyu-penyu itu berenang berseliweran di sekitar dermaga, tapi pagi ini, begitu melihat lagi Penyu segede tampah itu muncul di permukaan, rasanya excited banget……

Air laut yang jernih membuat seolah-oleh Penyu itu sedang berenang di aquarium raksasa.

Penyu hijau yang banyak ditemui di depan kamar
Penyu hijau yang banyak ditemui di depan kamar
tiap saat bisa liat Penyu sebesar ini berenang bebas
tiap saat bisa liat Penyu sebesar ini berenang bebas
Puas menikmati suasana pagi di dermaga, saya, Iyus, Windy dan Gita kemudian beranjak menuju Rumah Makan Nur untuk sarapan pagi. Lagi-lagi, guide kami, mas Alif dengan rajinnya pagi itu mendatangi kamar satu-persatu untuk memberitahu bahwa sarapan sudah siap. “Siap mas Alif, kami segera meluncur untuk mengisi perut” 🙂

Selesai sarapan, kami kemudian bersiap-siap untuk hoping islands. Rencananya, pagi ini perjalanan akan dimulai dengan mengunjungi pulau Maratua, kemudian Kakaban, Sangalaki dan kembali ke Derawan.

Let’s go!!! Mari kita berlayar……

Perjalanan menuju Pulau Maratua memakan waktu kurang lebih 40 menit berlayar. Sepanjang perjalanan, air laut yang tenang menemani kami. Jajaran pulau-pulau kecil terlihat di kejauhan. Boat yang saya naiki berkapasitas kurang lebih 14 orang, ditambah 1 orang kapten, 1 co-kapten, mas Alif – tour guide, dan mas Deni – guide lokal yang akan mendampingi kegiatan snorkling kami.

Yeeeeeeaaaaaayyyyyy…… hari ini judulnya “Main Air”.

dermaga di Pulau Maratua
dermaga di Pulau Maratua
Tak berapa lama, sampai lah kami di Pulau Maratua, pulau terbesar di jajaran kawasan wisata kepulauan Derawan. Sebuah dermaga kayu terlihat menjorok ke arah laut, menyambung dengan bangunan water chalet yang terbuat dari kayu. Dan sebuah jembatan kayu panjang terbentang, menghubungkan water chalet tersebut dengan daratan.

Karena waktu saya tiba di sana air laut sedang surut, jadi daratan pasir di bawah water chalet tidak terendam air. Dan water chalet itu hanya terlihat seperti rumah panggung yang berdiri di atas hamparan pasir putih yang sangat halus. Saya membayangkan saat air pasang, pasti bagus sekali. Bangunan water chalet kayu berwarna coklat, seperti terapung di atas laut, dengan sebuah jembatan kayu panjang yang menghubungkannya dengan daratan nun jauh di belakangnya.

water chalet di Maratua
water chalet di Maratua
water chalet di Maratua
water chalet di Maratua
water chalet dan jembatan kayu yang menghubungkannya dengan daratan
water chalet dan jembatan kayu yang menghubungkannya dengan daratan
Dan karena air laut yang sedang surut ini juga yang akhirnya membuat saya turun dari boat tanpa menyentuh dermaga. Boat yang saya naiki hanya merapat di pinggir hamparan pasir putih, dan kami langsung terjun. Air sebatas betis membasahi sehelai kain pantai yang saya kenakan begitu kaki saya menyentuh dasar pasir di pinggir pantai itu.
boat kami hanya merapat di bagian pantai yang dangkal
boat kami hanya merapat di bagian pantai yang dangkal
Pasir di Pulau Maratua ini sangat halus dan putih. Rasanya ingin guling-guling di situ deh 😀

Kami tidak terlalu lama berada di Maratua, yah…. mungkin hanya sekitar 30 – 40 menit saja. Selanjutnya boat kembali bergerak menuju Pulau Kakaban.

Oh iya, pernah dengar ubur-ubur tidak menyengat kan?

Nah…. di Pulau Kakaban ini ada sebuah danau air payau, yang dihuni oleh biota laut yang terisolir dan akhirnya berevolusi, berkembang dengan keunikannya yang langka. Iya, di Danau Kakaban inilah spesies ubur-ubur yang tidak menyengat itu hidup dan berkembang. Dan kalau tidak salah, di dunia ini hanya ada 3 kawasan yang memiliki habitat yang dihuni oleh ubur-ubur tidak menyengat. Tuh…. cuma ada 3 tempat lho di dunia ini yang ubur-uburnya tidak menyengat. Ga kepengen apa untuk liat langsung dan berenang bareng ubur-ubur yang ga menyengat itu???

Dan hari ini, saya dan teman-teman akan berenang bareng sama ubur-ubur itu….. aaaaaaaakkkkkkk…….

hai ngers..... kami sudah sampai di Maratua ^.*
hai ngers….. kami sudah sampai di Maratua ^.*
Sebelum berenang dengan ubur-ubur yang tidak menyengat itu, kapten speed boat yang kami naiki itu menawarkan untuk mengunjungi Goa Ikan. Katanya itu tempat yang bagus dan indah! Wajib didatangi! Dan tempat itu tidak termasuk di dalam list itinerary lokasi yang akan kami datangi. Karena penasaran, akhirnya kami mengiyakan ajakan kapten kapal. Hanya sekitar 20-30 menit dari Pulau Maratua, boat yang kami naiki mulai mengurangi lajunya dan secara perlahan merapat di pinggir pantai berbatu. Kita sampai……. di Pulau Kakaban!
kapal-kapal yang mengantarkan pengunjung seperti kami untuk melihat Goa Ikan
kapal-kapal yang mengantarkan pengunjung seperti kami untuk melihat Goa Ikan
Matahari yang bersinar terik di pagi menjelang siang hari itu membuat saya harus memicingkan mata untuk bisa melihat dengan jelas. Boat bersandar di pinggiran pantai berbatu, dan kami pun terjun menyentuh pasir pantai yang berair setinggi betis. Di depan kami terbentang dinding batu yang ditutupi tumbuhan perdu yang rindang. Beberapa pohon yang agak besar tumbuh di atas tebing tersebut.

Dan di tebing batu tersebut ada sebuah ceruk kecil yang menjadi pintu masuk ke Goa Ikan. Ceruk ini bisa dilewati apabila air laut sedang surut. Ceruk di tebing batu itu tidak terlalu lebar, tapi bisa dilewati oleh orang dewasa. Di awal ceruk, saya masih bisa berdiri tegak, namun semakin ke dalam, langit-langit ceruk batu itu semakin rendah, dan dasar ceruk semakin dalam terendam air laut, yang mengharuskan saya untuk berjalan menunduk dan akhirnya harus merelakan air merendam badan saya hampir mencapai pinggang agar saya bisa melewatinya sampai di ujung.

Oh iya, untuk melewati ceruk ini harus sangat berhati-hati karena bebatuan yang ada di sekitarnya sangat tajam.

lautnya.... langitnya... awan... dan semua yang ada, membuat saya betah berlama-lama di sana
lautnya…. langitnya… awan… dan semua yang ada, membuat saya betah berlama-lama di sana
ceruk batu itu adalah awal dari Goa Ikan yang menjadi pintu masuk menuju laguna
ceruk batu itu adalah awal dari Goa Ikan yang menjadi pintu masuk menuju laguna
Sampai di ujung ceruk, taraaaaaaaaaaaaa………….

Di depan saya terbentang semacam danau/laguna yang sangat indah. Dikelilingi oleh tebing batu yang menghijau oleh tanaman perdu, air yang berwarna hijau toska jernih, membuat dasar laguna terlihat jelas. Ikan beraneka macam dan ukuran pun berenang berseliweran dengan bebasnya.

Ah, saya suka tempat ini! Sekilas, tempat ini mengingatkan saya akan Pulau Sempu dan lagunanya. Sukaaaaaa……..

dan itu....... lagunanya.....
dan itu……. lagunanya…..
Saya mencoba mengabadikan keindahan alam yang terpampang di depan mata saya dengan lensa kamera. Ingin rasanya berlama-lama di sana. Menyenangkan. Di mulut ceruk yang ada di dalam, saya menemukan ganggang laut yang tumbuh menempel pada bebatuan, dan ganggang itu berwarna merah bata. Sangat kontras dengan air hijau toska jernih dan batu-batuan di sana.
ganggang merah yang menempel di batu di mulut pintu ceruk bagian dalam
ganggang merah yang menempel di batu di mulut pintu ceruk bagian dalam
saya ga tau, ini termasuk ganggang jenis apa?
saya ga tau, ini termasuk ganggang jenis apa?
Puas memotret, saya pun melangkah kan kaki kembali menyusuri ceruk batu tersebut menuju pinggiran pantai. Kami harus segera beranjak menuju tujuan selanjutnya. Danau Kakaban!

Boat yang saya naiki hanya memutar sedikit untuk mencapai dermaga kayu panjang yang menjadi pintu masuk ke Danau Kakaban. Jembatan kayu panjang yang berujung pada sebuah gapura kayu dengan ornamen khas Kalimantan. Di sisi kiri gerbang, terdapat bangunan mungil berwarna biru yang merupakan loket untuk membeli tiket masuk ke Danau Kakaban.

Biaya untuk memasuki kawasan wisata Danau Kakaban cukup murah, hanya sebesar Rp 20.000.

parkir boat-nya jauuuuuuuuhhhhhh......
parkir boat-nya jauuuuuuuuhhhhhh……
selamat datang di Danau Kakaban
selamat datang di Danau Kakaban
tiket masuk ke Danau Kakaban untuk liat ubur-ubur tidak menyengat, 20 ribu ajah!
tiket masuk ke Danau Kakaban untuk liat ubur-ubur tidak menyengat, 20 ribu ajah!

Memasuki kawasan Danau Kakaban, kita akan mendaki tangga-tangga batu yang menanjak dengan jarak antar anak tangga yang cukup tinggi. Pohon-pohon besar tumbuh tinggi di sisi kanan dan kiri tangga batu. Di situ saya membaca beberapa nama pohon yang baru kali itu saya temui, dan saya tidak bisa mengingat pohon apa saja kah itu? :p

Setelah tiba di ujung tangga batu, kami harus menuruni sejumlah tangga kayu untuk mencapai danau. Lumayan juga perjuangan untuk menjumpai si ubur-ubur tidak menyengat itu.

Dan akhirnya…………… horeeeeeeeeeeeeeeee……. itu ubur-uburnya…..

itu dia.... non stinging jellyfish
itu dia…. non stinging jellyfish
ada yang lagi sendirian.... pengen pegang.....
ada yang lagi sendirian…. pengen pegang…..
Tidak menunggu lama, saya pun langsung nyemplung ke danau dan berenang dikelilingi ubur-ubur tidak menyengat itu. Saya mencoba untuk memegangnya. Ternyata, ubur-ubur itu seperti agar-agar ya… lembut, sedikit berlendir dan tembus pandang seperti kaca. Ah senangnya……….. bisa berenang bebas dikelilingi ubur-ubur lucu yang tidak menyengat.

Puas berenang dengan ubur-ubur, kami kembali ke pinggir pantai untuk menikmati makan siang. Seporsi nasi putih dengan oseng-oseng jagung, wortel dan buncis plus sepotong ikan goreng dan daging ayam berbumbu asam manis, hmm…… nikmat…..

pemandangan daari lokasi makan siang kami di pinggir pantai
pemandangan dari lokasi makan siang kami di pinggir pantai
jembatannya panjang ya....
jembatannya panjang ya….
Selesai makan kami segera kembali ke boat untuk melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sangalaki yang menjadi habitat Manta dan beberapa jenis ikan lainnya. Sebelum tiba di perairan Pulau Sangalaki, boat berhenti (masih di depan Pulau Kakaban) dan kami pun snorkling. Horeeeeee…….

Lokasi kami snorkling di dekat sebuah palung laut. Aneka rupa dan warna karang terlihat jelas di dasar laut yang airnya sangat jernih itu. dan macam-macam pula ikan yang berseliweran di antara karang-karang itu. Mulai dari Lionfish, ikan badut a.k.a nemo, ikan-ikan berwarna hijau, biru, kuning, bahkan ada yang putih bertotol-totol ungu! Mendekati area palung, pemandangannya sangat bagus. Dan ikan-ikannya pun semakin beraneka warna. Tapi saya tidak berani berenang di area palung. Menyadari kemampuan berenang yang masih pemula, saya pun harus cukup puas berenang di daerah yang dangkal 😀

Tapi, walaupun berenang di daerah yang dangkal, karang-karang dan ikan-ikan yang saya temui sudah cukup memanjakan mata. Semua baguuuuuuuusssss……

Puas snorkeling dan main air, saya dan teman-teman pun naik kembali ke boat. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sangalaki. Entah kenapa, saat menuju Pulau Sangalaki ini saya tidak terlalu bersemangat untuk memotret. Mungkin karena menimbang cuaca yang sedikit mendung (takut tiba-tiba hujan dan kamera masih di luar), akhirnya saya hanya melihat sedikit ke arah perairan Sangalaki. Dan kebetulan juga, gelombang agak sedikit besar.

Akhirnya selama perjalanan, saya hanya mengintip-ngintip sedikit dari tempat duduk. Melihat ada apa saja di laut jernihnya perairan Sangalaki. Karena gelombangnya agak besar, terus terang saya tidak melihat apa-apa selama mengarungi perairan Sangalaki. Entah lah teman-teman yang lain?

Karena hari sudah menjelang sore, langit pun terlihat mulai digayuti awan hitam, kami memutuskan untuk segera kembali ke Derawan. Ayo capt, kita capcus ke Derawan…….

Sampai di Derawan, kami pun menghambur ke kamar masing-masing untuk mandi dan bersih-bersih. Kebayang kan rasanya habis berenang di laut, sampai baju yang digunakan kering dan lengket di badan? :p

Mari kita mandi, dan siap-siap makan malam……

Jam 7 teng, kami sudah siap untuk makan malam di Rumah Makan Nur seperti biasa. Menu makan malam kali ini nasi putih, ikan bakar, cumi goreng dan sayur bening. Nyam… nyam… nyam…..

Selesai makan, saya, dan teman-teman kembali ke homestay. Malam ini saya niatnya ingin ber-milkyway-an di jembatan kayu di belakang kamar. Sudah dari malam kemarin sih tergodanya, hanya malam kemarin itu lebih milih untuk istiharat daripada memainkan kamera. Dan jadilah malam ini, saya nongkrong di jembatan kayu untuk ber-milkyway-an.

hasil nongkrong di jembatan kayu di belakang kamar
hasil nongkrong di jembatan kayu di belakang kamar
deretan homestay di atas laut dan kapal-kapal nelayan yang tertambat di sana
deretan homestay di atas laut dan kapal-kapal nelayan yang tertambat di sana

Udah malem, saatnya bobok. Besok masih ada acara seru yang lain nih, mau tau??? Yuk, ikut!!!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.