Jalanan di Istanbul basah disiram hujan pertama di autumn tahun ini ketika bus yang saya tumpangi tiba di depan komplek Mesjid Çamlıca (Çamlıca Camii). Rintik masih turun ketika saya mulai menapaki halamannya. Berjalan sedikit cepat, saya menaiki eskalator yang terletak di bagian kanan halaman mesjid. Eskalator mengantarkan saya ke lantai 2. Halamannya yang luas basah, memantulkan bayangan bangunan mesjid yang sangat indah.
Mesjid Çamlıca berdiri di bukit tertinggi yang ada di Istanbul dan menempati area seluas 15.000 meter persegi. Mesjid ini merupakan hasil rancangan 2 arsitek wanita, Bahar Mızrak dan Hayriye Gül Totu, dan kabarnya memakan biaya konstruksi sebesar $ 66,5 juta. Mesjid ini merupakan mega proyek yang digagas oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan yang dimulai konstruksinya pada tahun 7 Agustus 2013.
Mengadopsi gaya arsitektur Ottoman-Seljuk, mesjid Çamlıca memiliki 6 menara, di mana 2 di antaranya memiliki tinggi 107,1 meter (352 kaki) yang merupakan simbol pengakuan atas kemenangan Seljuk Turki di Malazgirt (Manzikert), Turki Timur pada tahun 1071 saat melawan tentara Bizantium yang membuka daerah Anatolia ke arah pemukiman Turki.
Kubah utama mesjid Çamlıca memiliki tinggi 72 meter dengan ornamen masjid (finial) terbesar sedunia dengan panjang 7,77 meter dan berat sekitar 4 ton. Sedangkan kubah kedua memiliki diameter 34 meter (112 kaki), seperti nomor kendaraan bermotor di Turki.
Walaupun siang itu hujan turun di Istanbul, tetapi mesjid Çamlıca cukup ramai dengan pengunjung. Memasuki bagian dalam mesjid, pengunjung diwajibkan untuk membuka alas kaki dan menggunakan penutup kepala bagi pengunjung wanita. Karpet seluas 17.000 meter persegi dihamparkan di seluruh lantai mesjid. Karpet bernuansa toska, abu dan krem itu kabarnya merupakan rancangan khusus yang dirajut dengan tangan.
Mesjid Çamlıca merupakan komplek paling modern di Turki yang dilengkapi dengan galeri seni seluas 3.500 meter persegi, perpustakaan dengan luas 3.000 meter persegi dengan koleksi lebih dari 50.000 buku, ruang konferensi dengan kapasitas 1.071 kursi, 8 bengkel seni dan museum peradaban Islam. Hanya saja sayangnya, saat saya tiba di Mesjid Çamlıca, museumnya ditutup, sehingga saya tidak bisa melihat ada apa saja di dalamnya. Sebagai mesjid terbesar di Turki, Mesjid Çamlıca dapat menampung kurang lebih 63.000 jamaah. Oh iya, area parkir bawah tanah di komplek Mesjid Çamlıca mampu menampung 3.500 lho. Kebayang kan luasnya.
Mesjid Çamlıca diresmikan pada 3 Mei 2019. Interior bagian dalam mesjid didominasi dengan warna toska, abu-abu dan krem. Jendela-jendela kaca besarnya dihiasi mosaik bernuansa biru dan kuning. Beberapa lingkaran besi yang merupakan rangkaian lampu penerangan digantung sebagai sarana penerangan.
Kubah utamanya didominasi warna toska muda, bagian tengahnya berisikan kaligrafi lafadz Allah, begitu juga dengan sekelilingnya. Apabila dilihat dari bawah, desain kubah Mesjid Çamlıca sangatlah simetris. Karpet yang melapisi seluruh lantainya sangat tebal dan lembut. Dan suasana di dalam mesjid sangatlah sejuk, selain karena Turki sudah memasuki autumn juga karena tingginya plafond masjid.
Desain di bagian luar mesjid juga tak kalah cantiknya. Pilar-pilar besar berwarna putih menghiasi sekeliling halaman dengan lengkungan khas mesjid di atasnya. Bagian plafond dari selasar ini juga dihiasi dengan kaligrafi yang sangat indah didominasi warna krem dan coklat. Kubah-kubah kecil yang menjadi plafond dari Mesjid Çamlıca ini juga terlihat sangat cantik dari luar, bagaikan bukit-bukit kecil berwarna toska keabuan.
Sebelum meninggalkan Mesjid Çamlıca, saya memuaskan diri dengan mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan. Sungguh, selama di Turki, saya sangat dipuaskan dengan berbagai gaya arsitektur bangunan-bangunannya.