Beratus-ratus tahun yang lalu, bangsa-bangsa dari Eropa berlomba-lomba berlayar menuju nusantara dan menyinggahi pulau-pulau di bagian timurnya untuk mendapatkan hasil bumi yang sangat laris di pasaran Eropa. Ya, rempah-rempah, yang menjadi komoditas primadona di masa itu, sukses mengundang bangsa-bangsa asing itu untuk bersaing memperebutkan daerah penghasilnya.
Salah satu rempah-rempah yang menjadi rebutan pada saat itu adalah Pala. Tanaman dengan nama latin Myristica Fragrans ini menjadi primadona dan rebutan bangsa-bangsa Eropa hingga mereka rela berperang antar bangsa yang berujung pada pengambilalihan paksa pulau-pulau di timur Indonesia menjadi daerah jajahannya. Pala sendiri sudah terkenal sebagai komoditas perdagangan sejak jaman Romawi.
Tanaman Pala sendiri merupakan tanaman asli dari kepulauan Banda, Maluku. Tumbuhan berumah 2, dioecious, dikenal dengan pohon jantan dan betinanya. Pohon Pala memiliki bentuk pohon yang tinggi menjulang, daun berbentuk ellips langsing dengan buahnya yang berbentuk lonjong seperti melon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 7-14% pada daging buahnya.
Buah Pala yang masih mentah berwarna hijau. Seiring waktu, buah yang telah masak dan tua akan berwarna kuning. Saat buah telah masak sempurna, kulit dan dagingnya akan membelah dan memperlihatkan bijinya yang terbungkus sehelai selaput biji berwarna merah. Selaput biji tersebut dikenal dengan nama Fuli.
Pernah makan manisan Pala? Nah, yang diolah menjadi manisan adalah bagian daging buah Pala yang berada selapis di bawah kulit Pala. Daging buah ini lah yang mungkin menjadi bagian dari buah Pala yang paling sering kita temui, karena paling gampang diolah untuk dijadikan manisan. Salut biji Pala, selain dikenal dengan nama Fuli atau arillus, dalam bahasa Inggris disebut mace, dan dalam istilah farmasi dikenal dengan nama myristicae arillus atau macis.
Ayo kita kenali dulu bagian-bagian dari buah Pala:
- Lapisan pertama adalah kulit/cangkang buah yang berwarna kuning. Bagian ini akan terbelah dengan sendirinya saat buah Pala telah masak/tua;
- Lapisan kedua adalah daging buah, yang dalam bahasa latin disebut myristicae fructus cortex;
- Lapisan ketiga adalah selaput biji atau yang dikenal dengan nama Fuli atau arillus. Lapisan ini berupa kulit daging berwarna merah;
- Lapisan keempat adalah tempurung biji yang dalam bahasa Tidore disebut Cafi;
- Lapisan kelima adalah daging biji Pala yang kemudian dikenal sebagai Pala (dalam bahasa Tidore disebut Marehe).
Oh iya, karena saya mengenal dekat Pala saat berkunjung ke Pulau Tidore, ada istilah setempat untuk biji Pala yang masih terbungkus Fuli, yaitu Masiho.
Tanaman Pala merupakan tanaman yang baru dapat dipanen setelah tumbuh sekitar 7 hingga 9 tahun. Dan akan mencapai kemampuan produksi maksimum saat usianya mencapai 25 tahun. Pohon Pala bisa tumbuh hingga mencapai 20 meter tingginya, dan usianya bisa mencapai ratusan tahun.
Sedikit bercerita tentang pemrosesan biji Pala.
Saat biji Pala telah dipisahkan dari selaput bijinya atau Fuli, biji Pala akan dijemur hingga kering selama 6 – 8 minggu. Setelah biji Pala kering sempurna, bagian dalam biji akan menyusut sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Untuk mengetahuinya bisa dengan cara menggoyang-goyangkan biji Pala, akan terdengar suara dari bagian dalam biji yang mengecil ukurannya. Setelah itu, cangkang biji akan pecah dan bagian dalam biiji kemudian dijual sebagai Pala.
Adapun komposisi dari buah Pala adalah sebagai berikut:
- Daging buah 83.3%
- Salut biji 3.22%
- Tempurung biji 3.94%
- Daging biji 9.54%
Bagian buah Pala yang dipanen adalah biji, salut biji (fuli/arillus) serta daging buahnya. Bagian dalam biji (kadang disebut juga daging biji) yang telah kering kemudian diolah menjadi bubuk yang sering digunakan sebagai penyedap rasa untuk roti, kue, puding, saus, sayur dan minuman.
ini buah yang menjadi legenda sejak dahulu kala, bukan karena kesaktiannya tapi karena menjadi rebutan bangsa2 eropa. aku pun belum pernah melihat langsung seperti apa rupa pohon dan buahnya saat belum dikeringkan, taunya ya yang udah jadi bumbu dapur. salam kenal dari banjarnegara
Halo Hendi, salam kenal juga.
Benar, ini buah yang dulu jadi rebutan bangsa-bangsa Eropa, yang berakibat menjadikan daerah penghasilnya sebagai wilayah jajahan mereka.
Pohon Pala termasuk pohon yang besar, dan berumur panjang.
Coba deh main-main ke kepulauan Maluku, kalau ingin melihat langsung 🙂
Ada kontak petani Pala di Maluku?
Hai, untuk petani-petani di sana, rata-rata mereka jarang menggunakan HP karena jangkauan sinyal yang belum menyeluruh.