Search

Belitong, Surga yang Tersembunyi


Ini oleh-oleh trip singkat ke Belitong di bulan April 2012 kemarin. Niatnya sih mo langsung ditulis, namun apa daya, penyakit malas emang betah banget klo udah menyerang 😀

Hasil kasak-kusuk dengan seorang sahabat, Rika, akhirnya kami sepakat untuk melakukan trip ke Pulau Belitong. Oh ya, Rika ini adalah sahabat sekamar gw waktu menjelajahi Dieng di Bulan Februari 2012. Dari sekedar teman sekamar saat di Dieng, akhirnya kami saling meracuni untuk melakukan trip ke beberapa daerah, salah satunya ya Belitong ini 😀
Hasil berselancar di dunia maya pun akhirnya mendapatkan beberapa nama daerah yang wajib dikunjungi selama di Belitong. Karena kami berdua memiliki teman yang biasa meng-arrange event-event trip, akhirnya kami menghubunginya, dan minta tolong di-arrange agar dapat ke Belitong (lumayan, menghemat waktu perburuan tiket pesawat :D). Thanks to Arta yang telah bersedia bersibuk-sibuk ria bantuin booking tiket pesawat, hotel dan tour guide selama di Belitong ^.*
Akhirnya, keluar lah tanggal untuk kami meng-explore Belitong yang banyak dibilang orang surga yang tersembunyi. Tanggal 20 April 2012, kami, gw, Rika dan 5 orang temen seperjalanan lainnya akan memulai petualangan menjelajahi Belitong! Ber-7 (cewek semua lho…) selama 3 hari 2 malam akan melakukan perjalanan secara bersama-sama. Dari informasi yang diberikan Arta, ternyata hanya gw sendiri yang (terpaksa) pisah pesawat…hiks, kayak anak tiri deh…hiks… Teman-teman, ber-6 berhasil mendapatkan tiket maskapai Sriwijaya, sedangkan gw (cewek imut ini :D) harus terbang sendirian dengan maskapai Batavia.

Jumat pagi, 20 April 2012

Karena pisah pesawat, otomatis pisah terminal juga dong waktu mo boarding. Ya iyalah…wong jam berangkatnya juga beda koq 😀 penerbangan gw lebih lambat 1 jam dari jam penerbangan mereka. Jadi lah gw (berusaha) mengasyikkan diri sendiri dengan mulai menikmati perjalanan ke sebuah daerah yang masih merupakan bagian dari bumi Indonesia yang indah ini. Memulai perjalanan dari kostan dengan ojek sampe ke Stasiun Gambir, diteruskan dengan bis damri sampe ke Bandara Soekarno Hatta, akhirnya gw menjejakkan kaki di Terminal 1C.
On the way to the airport, gw ga berhenti ber-whatsapp ria sm Rika, biasa lah…ngerumpi khas cewek 😀
Tadinya kami janjian mo ketemuan dulu sebelum berangkat, maklum aja…karena berangkat lumayan pagi, masing-masing wanita ini belum ada yang sarapan 😀

Jadi, alasan sebenarnya kami sama-sama lapaaaaaarrrrrr…hehehehehehe…

Sayang sekali, teryata keberuntungan belum berpihak sama gw sama Rika. Sesampainya di Terminal 1B, ternyata Rika ternyata udah ditunggu oleh teman-teman yang laen dan langsung diajak boarding 😀 (so sorry Ka, tadinya gw niat mo nganterin roti buat lo, bukan rejeki sih ya…(terpaksa) itu roti akhirnya menjadi penghuni perut gw sendiri ^.^).

 

Akhirnya, daripada luntang-lantung kayak anak ilang, gw mutusin untuk boarding juga di Terminal 1C. Mendingan nunggu di waiting room kan ketimbang di beranda terminal…lumayan, kalo nunggu di waiting room kan adem karena ada AC…heheheehehe…

Wow, ternyata waiting room-nya rameeee…

Celingak-celinguk, nyari kursi kosong, akhirnya gw mendapatkan 1 kursi kosong di pojokan. Hmm…posisi strategis ini 😀
Menurunkan carrier dari pundak, melepas tas berisi kamera, akhirnya gw pun duduk manis di kursi. Memandang manusia-manusia ibukota (eh…ga tau juga ding mereka yang ada di waiting room ini apakah orang Jakarta semua apa bukan), memperhatikan tingkah polah, mendengar celotehan, gerutuan, gw hanya senyum-senyum sendiri akhirnya. Tangan mulai meraba-raba carrier, mencari bacaan yang telah dipersiapkan. Become My Sunshine menemani perjalanan gw kali ini 🙂

Tak terasa, waktu boarding tiba. Yes!
Tanjung Pandan, here I come 🙂

Perjalanan ke Tanjung Pandan memakan waktu kurang lebih 1 jam. Alhamdulillah cuaca cerah. Mendekati kota Tanjung Pandan, terlihat “kolam-kolam” bekas penambangan timah dan kaolin. Dari udara, bekas penambangan tersebut hanya terlihat seperti kubangan-kubangan kecil, padahal…menurut cerita mereka yang sudah melihat secara langsung, kolam bekas penambangan itu ukurannya cukup besar dan tentu saja banyak jumlahnya.


Bandara H. A. S. Hanandjoeddin

Belitong, here I come!

Dan akhirnya…roda pesawat pun menjejak bumi Belitong di bandara H. A. S. Hanandjoeddin. Begitu melangkah keluar dari pesawat, setelah meninggalkan senyuman manis untuk mbak-mbak pramugari yang mengucapkan selamat jalan, udara segar segera berebut memasuki paru-paru gw. Bergegas gw menuju ruang departure, karena Rika udah nunggu bareng teman-teman yang lain.

 

Mata gw nyari-nyari Rika di kerumunan manusia yang mulai menyusun barisan menunggu bagasi. Gw yang cuma berbekal carrier, tas kamera dan perlengkapan snorkeling memang sengaja ga masukin tu bawaan ke bagasi, melainkan gw bawa ke kabin, tidak menggabungkan diri dalam barisan baggage-wanted itu. Nah…itu dia! Cewek berambut panjang dengan overall orange bunga-bunga, Rika sudah duduk manis ditemani 5 orang teman yang lain.

 

“Haiiiii…” gw segera menghampiri Rika, cipika cipiki, dan mulai menatap teman-teman perjalanan yang lain.
“Eh iya vy, ini kenalkan, teman-teman seperjalanan kita”, Rika mulai memperkenalkan.
Mbak Sumi, mbak Ida, mbak Karti, mbak Laras, dan mbak Dewi. Ok girls, let’s start our adventure!
Di luar bandara, kami udah ditunggu oleh driver dari tim pak Hendra yang akan menjadi guide kami selama di Belitong.

 

Tujuan pertama kami adalah daerah Tanjung Pendam, menyusuri hamparan pantai yang masih sepi, sambil menikmati nasi bungkus sebagai menu makan siang. Hmm…benar-benar liburan yang menyenangkan…….
Tanjung Pendam ini adalah kawasan pantai yang terletak di pusat kota Tanjung Pandan. Di pantai ini, apabila air laut surut, hamparan pasirnya bisa dijadiin lapangan untuk maen bola lho…. 😀

 

Pantai Tanjung Pendam

 

Di sepanjang pantai banyak ditemui gazeebo untuk bersantai bersama keluarga. Di hamparan pasirnya, klo diperatiin benar-benar, banyak binatang-binatang khas tepian pantai yang bisa ditemui, contohnya kepiting-kepiting kecil yang unyu-unyu itu lhoooo….

 


Selesai santap siang, kami meneruskan perjalanan ke hotel untuk beristirahat sejenak dan menyimpan barang bawaan sebelum meneruskan perjalanan menyusuri pantai-pantai yang tersebar di Belitong ini. Mobil mengarah ke pusat kota menuju Hotel eSBe, yang akan menjadi rumah kami untuk 3 hari ini. Sampai di hotel, gw kebagian sekamar lagi sama Rika. Ceki-ceki kamar dulu, liat toiletnya (entah kenapa, tiap masuk kamar hotel, ritual gw pasti langsung liat toiletnya duluan :D), oke juga nih hotel, toiletnya bersih, kamarnya juga nyaman. Kamar gw dan Rika terletak di lantai 2 dan di pojokan, view-nya asyik. Sedangkan kamar teman-teman yang laen, juga di lantai 2, tapi kami pisah bangunan hotel. Kamar mereka terletak di bangunan hotel yang letaknya di depan bangunan hotel yang gw dan Rika tempatin, tapi ga persis depan-depanan gitu.
Pantai Tanjung Binga


Setelah membersihkan diri, nyimpen barang-barang, kami bergegas turun dan kembali menyusuri jalan-jalan di Belitong. Tujuan pertama Tanjung Binga, lanjut ke Tanjung Berau dan terakhir ke Tanjung Tinggi. Oh iya, jalan-jalan di sepanjang pantai di Belitong serasa private holiday lho…pantainya masih sepi…enak banget suasananya…apalagi untuk yang masih pacaran (lho?) atau yang lagi honeymoon… dijamin betaaaaaaaaahhhhhhhhhh….

 

Pantai Tanjung Berau

 

Udara pantai yang segar berlomba-lomba memenuhi paru-paru gw, manusia ibukota yang sehari-harinya hanya kebagian ngisep asap knalpot doang. Sejauh mata memandang, yang ada hamparan pantai dengan butiran pasir putihnya yang halus, air laut yang jernih, bersanding dengan batu-batuan pantai yang ukurannya segede-gede gajah 😀

Asli ya itu batu-batu pantainya…gede-gede banget…jadi enak klo mo nongkrong nungguin sunset di situ…hehehehe…
Temen-temen yang laen sibuk foto-foto sana-sini…gw justru sibuk manjat batu sana-sini nyari posisi yang paling strategis. Abis itu duduk diem sambil menikmati pemandangan yang luar biasa indah ini. Subhanallah… bener-bener ini pemandangannya bikin tenang…kecipak air laut di sela-sela bebatuan, diselingi tarian ikan-ikan kecil yang ikut bermain…wow…amazing

 

Monumen di Pantai Tanjung Tinggi sebagai bukti klo di pantai ini dulu dipake untuk Syuting Film Laskar Pelangi

 

sunset di Pantai Tanjung Tinggi

 

sunset and silhouette

 

Oh iya, Pantai Tanjung Tinggi dulu yang dipake untuk syuting film Laskar Pelangi yang ngetop itu lho. Jajaran batu-batunya yang setinggi-tinggi rumah, dengan berbagai bentuk dan formasi, benar-benar memanjakan mata dan jiwa menikmati senja yang indah di sana.

Gw yang sore itu memang niatnya ingin dapetin sunset, langsung ngacir nyari lokasi yang strategis. Bareng Rika, gw manjat-manjat ke atas batu-batu gede itu nyari posisi yang langsung menghadap ke arah matahari terbenam.
Yes! kami dapet tempat strategis, di atas batu gede, straight to the west, dan persis di pinggir laut.
Menikmati senja, menunggu detik-detik matahari turun dari singgasananya, melihat kibaran cahaya emasnya menyapu permukaan laut… what a beautiful moment i have ever seen in my life…..
Berbekal kamera tua, gw coba mengabadikan moment-moment turunnya matahari ke peraduannya (jangan bandingin hasilnya dengan hasil jepretan DSLR yaaaaa… :D).
Ketika matahari telah sempurna terbenam, gw dan Rika baru turun dari atas batu tempat kami nongkrong dan bergegas ke arah parkir kendaraan. Pasti teman-teman yang laen udah nungguin 2 anak yang menghilang ini 😀
Ternyata teman-teman yang laen juga udah selesai acara potret-potretnya. Kami segera naik kendaraan dan meluncur ke arah hotel.
Malam ini, teman-teman ngajak keliling kota sekalian beli oleh-oleh khas Belitong. Tapi gw yang kebetulan punya temen yang menetap di Belitong udah janjian mo ketemu, jadi gw bilang sama teman-teman yang laen klo gw ga ikutan mereka keliling kota. Ternyata Rika juga memilih stay at hotel sambil istirahat. Sekitar jam 7 malem, Ayu – temen gw yang tinggal di Tanjung Pandan ini dateng ke hotel bareng suaminya. Temenan udah beberapa bulan, baru ini lho gw ketemu sama Ayu. Maklum…selama ini temenan cuma di dunia maya, sebatas chatting, telepon, sms, dan wall-wall-an 😀

Finally ya Yu…kita ketemu juga…

Cerita-cerita sambil menikmati oleh-oleh martabak manis dari Ayu (hehehehehe…selain dapet kunjungan, gw juga dapet japrem sebungkus martabak manis Belitong dari Ayu).
Dari hasil ngobrol, akhirnya niat gw mo berburu sunrise di Belitong terwujud. Ayu dan suami bersedia nemenin ke daerah Kaolin untuk liat sunrise keesokan pagi, dipinjemin motor pula lho… how kind you are, Yu 🙂
Ok, besok pagi jam 6 Ayu dan suami akan jemput gw dan Rika di hotel, dan langsung dianterin ke daerah Kaolin. Sip!
Setelah Ayu pulang, gw dan Rika pun beristirahat (nyiapin badan untuk bangun pagi dan hunting sunrise di Kaolin).

Sabtu pagi, 21 April 2012

Setelah sholat subuh, gw dan Rika siap-siap hunting sunrise. Ayu udah jemput 🙂
Enak ya punya temen yang tinggal di Belitong, selain dijemput dan dianter ke Kaolin, Ayu juga minjemin motor lho… thank you so much Yu… support-nya luar biasa 😀
Naek motor pagi-pagi, gw boncengan sama Rika, menyusuri jalan-jalan di kota Belitong yang masih sepi dan lengang, menghirup udara pagi yang masih bersih… whuaaaaa… senengnyaaaaaaaaa…
Sampe di daerah Kaolin, wah… baru ini liat dengan mata kepala sendiri… lobang bekas galian kaolin itu ternyata gede yaaaaa….

Semburat Sunrise di Kaolin


Karena dibiarkan terbengkalai, ga ada reklamasi lahan kayaknya, bekas-bekas lobang galian itu berubah menjadi semacam danau buatan dengan ukuran yang bervariasi.

Tanah tempat bekas galian kaolin itu sendiri merupakan gabungan tanah liat dan pasir putih. Bekas galian itu karena lama dibiarkan tanpa ada proses peremajaan, akhirnya menjadi danau-danau dengan warna airnya yang beraneka ragam. Siapa bilang Telaga Warna itu hanya ada di Dieng dan kawasan Ciwidey? Di Belitong juga ada lho… dan ga kalah bagusnya dengan yang ada di dataran tanah Jawa.

 

Yang Tersembunyi dan Tak Terjamah



Puas menikmati sunrise di Kaolin, melihat jari-jari mentari menguak tabir pagi, menjamah wajah perbukitan Kaolin, meninggalkan semburatnya di permukaan air danau, akhirnya gw, Rika, Ayu dan suami Ayu meninggalkan kawasan Kaolin. Klo ditanya kesan gw? Gw pengen ke sana lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii… suasananya bikin betah… tenang, ga semrawut kayak Jakarta 😀

Dari kawasan Kaolin, kami diajak Ayu muter-muter ke daerah kawasan perkantoran di Belitong. Dan… kami nemuin rumah adat Belitong yang terletak berdampingan dengan rumah walikotanya. Karena berakar dari rumpun Melayu, rumah adat Belitong juga memiliki arsitektur yang sama dengan rumah adat Melayu pada umumnya. Rumah panggung, terbuat dari kayu dengan jendela-jendela besar, langit-langit yang tinggi dan detil ujung-ujung atap yang khas bercorak Melayu.


Rumah Adat Belitung
Karena waktu udah menunjukkan pukul 7 pagi, artinya schedule trip di hari ke-2 akan segera dimulai, gw dan Rika memutuskan untuk kembali ke hotel. Ayu dan suami nganter sampe hotel, dan kemudian pulang.

Teman-teman yang lain heran, liat gw dan Rika balik ke hotel naik motor.
“Dari mana?” tanya mereka.

“Dari hunting sunrise mbak” jawab kami sambil bergegas naik ke kamar, beres-beres perlengkapan untuk snorkeling dan turun lagi untuk sarapan.
Schedule trip hari ini, kami akan menjelajahi pulau-pulau kecil yang banyak tersebar di sekitar Pulau Belitong. Dan tentu saja ada agenda snorkeling untuk menikmati alam bawah laut Belitong.

 

Tujuan pertama kami ke kawasan pantai Tanjung Kelayang. Di sini gw baru nemuin kalimat “WELCOME TO BELITUNG“. Yihaaa… gw sampe di Belitong, guys! Okay, let’s rock our holiday!!!

 

Yeayyy…I’m in Belitong

Perahu kayu kecil sudah standby menunggu kami untuk segera berlayar menyusuri permukaan laut yang sejernih kaca. Dan keributan kecil pun dimulai…

Untuk mencapai perahu, kami harus sedikit berbasah-basah agar dapat menaiki tangganya. Mbak Sumi, yang blom prepare dengan celana pendek bingung gimana caranya supaya bisa sampe ke perahu tanpa basah 😀

ayo girls, kita kemon 😀
Hihihihihihihi…namanya juga wisata aer mbak…koq takut basah??? (gw ampir ngakak guling-guling itu aslinya).
Akhirnya disiasati tuh, mbak Sumi ngegulung celananya sampe di atas lutut. Lagian, disuruh ganti celana pendek aja si mbaknya ga mau.

Oke, perjuangan mbak Sumi naek ke perahu berhasil. Let’s go!!!

Perahu kecil pun mulai berlayar ke arah Pulau Pasir yang menjadi tujuan pertama kami. Oh iya, Pulau Pasir ini aslinya hanya gundukan pasir yang klo air laut surut, akan keliatan seperti pulau. Tapi klo air laut sedang pasang, Pulau Pasir ini akan tenggelam. Di Pulau Pasir, gw nemuin bintang laut yang gede, warnanya orange dengan totol-totol item di ke-5 kaki-kakinya. Banyak banget lho bintang lautnya…

Eh iya, di Pulau Pasir gw  juga nemuin bintang laut kecil dengan 5 kaki yang dipenuhi tentakel-tentakel halus yang bikin geli klo diletakin di telapak tangan… hehehehehe… rasanya kayak ada yang gelitikin telapak tangan 😀

 

Pulau Lengkuas dan mercusuarnya yang terkenal

 

Dari Pulau Pasir, pelayaran kami lanjutkan ke arah Pulau Lengkuas. Di perjalanan, kami melewati Pulau Burung, pulau ini dipenuhi batu-batu gede yang klo diliat dari jauh bentuknya seperti kepala burung gitu.

Sebelum sampai di Pulau Lengkuas, guide tour kami nawarin, mo snorkeling dulu atau snorkeling-nya nanti setelah dari Pulau Lengkuas. Gw dan Rika milih snorkeling dulu aja, biar ga terlalu panas. Temen-temen yang lain ternyata ga pada mau snorkeling-an??? lho…katanya pada ga bisa berenang.
Eh mbak-mbak, gw kasi tau ya… gw juga ga bisa berenang koq… ini sih gw nekad aja, toh ada life vest. Lagian kan sayang banget udah sampe di sini ga ngerasain pemandangan bawah airnya.
Finally, yang bener-bener nyemplung+nyebur dan keliling-keliling ngerasain indahnya alam bawah air Belitong cuma gw dan Rika. Pemandangannya… wooooow… speechless gw. Even ini bukan snorkeling gw yang pertama, tapi experience-nya… ini yang terindah yang pernah gw liat!

Snorkeling ke-3,
kesannya??? it’s so addicted 😀
Karang-karangnya beraneka warna, mulai dari yang kecil sampe yang besar. bentuknya juga macem-macem. Dan yang bikin tambah surprise itu, rombongan ikan warna warni berkeliaran tepat di depan mata! Kuning gonjreng, biru neon, orange, coklat, abu-abu, marun…ikan dengan segala macam warna berkeliaran dengan cantiknya di sela-sela batu karang.
Nyesel ga bawa underwater camera gw (eh…emang udah punya ya?). Harus beli underwater camera ini, biar klo next time dapet kesempatan jalan-jalan untuk wisata air lagi bisa mengabadikan moment seperti yang gw ceritain di atas tadi.

 

1 jam terlewati, klo mo diturutin sih gw pengen terus menikmati pemandangan bawah airnya. Cuma kan perjalanan hari ini mesti diteruskan. Masih ada beberapa pulau tujuan yang harus kami datangi.
Dengan sedikit enggan, gw pun naik ke perahu. Perahu kembali berlayar, sekarang kemudi terarah ke Pulau Lengkuas.
Di Pulau Lengkuas, kami melihat mercusuar yang sudah ada sejak jaman Belanda, yang sampe sekarang masih berdiri kokoh dan masih berfungsi untuk membantu dunia perlayaran negeri tercinta ini. Mercusuar ini terdiri dari 19 lantai dengan konstruksi besi, yang semakin ke atas, bentuknya semakin kecil.
Berdua Rika (abisnya mbak-mbak yang laen ga ada yang mau ikutan naek, capek katanya), gw mulai menyusuri satu persatu anak tangga yang ada di dalam bangunan mercusuar.

Di tiap lantai, mercusuar dilengkapi dengan beberapa jendela kecil yang mengarah ke arah yang berbeda-beda… ini untuk membantu supaya frame yang bisa ditangkap mata dalam mengawasi lalu lintas kapal-kapal di lautan semakin luas.
Mercusuar di P. Lengkuas
Menaiki tangga demi tangga, mengintip di setiap sisi jendela, gw mendapatkan berbagai frame landscape lautan yang beraneka dan berbeda-beda indahnya.
Di lantai 9 Rika memutuskan berhenti karena kameranya mati (hihihihhihihihi…abis batere ya Ka?)
Pemandangan dari Puncak Mercusuar


Gw masih lanjut terus ke atas. Mencoba mengabadikan setiap frame yang berhasil gw intip dari celah-celah jendela. Makin ke atas, pemandangan yang bisa ditangkap mata semakin luas. Dan akhirnya….. gw sampe ke puncak mercusuar! Whuaaaaaaaaaa…. pemandangan dari sisi balkon mercusuar bikin mata gw melotot. Indahnyaaaaaaaaaa……….

Gradasi air laut… hamparan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Lengkuas… bebatuan… deretan kapal-kapal yang bersandar… deretan pohon nyiur yang menari dan bernyanyi bersama…
I can’t say anymore…it’s more than just a beautiful landscape…this is a masterpiece!

 

Puas menikmati indahnya laut dari puncak mercusuar, gw akhirnya turun (gantian dengan pengunjung lain juga kali… masak iya gw monopoli tu puncak mercusuar sendiri :D).

Rika masih nungguin di lantai 9. So, kami turun bareng.

Eh iya, di sini juga kami menikmati makan siang. Duduk rame-rame di bangku kayu, di bawah deretan pohon kelapa, bertelanjang kaki menikmati belaian pasir pantai yang halus, disapa hembusan angin pantai yang sejuk… wohooooo….

Kolam Bidadari di P. Lengkuas


Di Pulau Lengkuas, ada 1 sisi pantai yang disebut Kolam Bidadari. Terus terang gw ga ngerti kenapa dinamai Kolam Bidadari? Dan ga sempet juga nanya sama penduduk lokal, kenapa seperti itu. Mungkin dulu ada hikayat bahwa di situ tempatnya bidadari mandi kali ya….
Karena hari terus beranjak siang menjelang sore, kami pun kembali ke perahu. Di kejauhan mulai terlihat awan hitam pertanda hujan akan segera datang. Hayuk ah buruan…. ntar keburu ujan gedeeeee….

Bener aja, belum juga jauh dari Pulau Lengkuas, titik-titik air hujan mulai menyentuh permukaan air laut dan wajah kami. Air laut pun mulai bergerak dengan sedikit gelombangnya yang lumayan membuat kami terayun-ayun di perahu. Wajah-wajah yang tadinya cengengesan mulai meredup, berganti dengan warna sedikit pias (hehehehehe… maklum deh, kan pada ga bisa berenang ini judulnya).
Wah… klo ujan gede beneran dan kami masih di perahu, bisa-bisa pada mabok laut ini kena gelombangnya.

Pak, ayo dong kapalnya ngebut biar ga keburu ujan gede……

Karena titik-titik air hujan semakin gede, akhirnya perahu diarahkan ke Pulau Babi (klo ga salah sih itu namanya). Pulau ini (katanya) ga berpenghuni, hampir seluruh permukaan pulau dihiasi dengan deretan pohon kelapa. Ternyata banyak juga yang berteduh di pulau ini menunggu hujan reda.

Bener aja, begitu kami sampai di pulau, hujan deras pun turun, breeeeeesssssss……

Titik-titik air hujan berlomba turun membasahi deretan pepohonan, rumput, dan tentu saja…kami yang berlarian mencari tempat berteduh 😀
Untungnya hujan turun ga terlalu lama…klo kelamaan, bisa-bisa kami nginep di sini deh…hehehehehe…
Ketika titik-titik air hujan mulai berhenti membasahi permukaan bumi, dan sang mentari mulai menampakkan lagi cengkeraman sinarnya, kami mulai bergerak kembali ke perahu.

Pantai di P. Babi

Dari si bapak perahu, kami dapet bocoran klo masih ingin berbasah-basah dan main air, mending di sekitar Pulau Babi ini. Mendengar itu, ga nunggu dikasi tau untuk yang kedua kalinya, gw dan Rika langsung nyebur lageeeeeeee……

Klo diturutin, ga ada rasa puas-puasnya lho maen air di sini…abisnya, airnya jernih banget! Ditambah pasir pantai yang halus, manjain jari-jari kaki banget….
Klo aja ga inget bahwa perjalanan masih jauh, ingin rasanya berlama-lama di situ…klo gw sih niatnya sekalian belajar berenang sm Rika…hehehehehe…
So, karena ingat masih ada schedule laen yang harus tuntas di hari ini, akhirnya dengan sedikit rasa enggan, gw pun naek ke perahu. Di perjalanan pulang kami melewati Rocky Beach. Ini hanya sekumpulan batu-batu granit gede yang berdiri gagah menyusun sebuah formasi abstrak. Nah… kali ini kami udah diwanti-wanti oleh tour guide supaya ga main air. Karena apa? Ternyata di sekitar situ banyak binatang Bulu Babi-nya. Tau kan dengan Bulu Babi? Binatang laut yang bentuknya bulat seperti bola, yang sekujur tubuhnya ditumbuhi duri-duri halus berwarna item. Yang klo menancap ke tubuh kita bisa menyebabkan sakit berkepanjangan karena potongan durinya itu akan terus terbawa di dalam aliran darah kita…. hiiiiiiiiiyyyyy…..
Rocky Beach
Kami ga berlama-lama di Rocky Beach, walaupun masih menyempatkan untuk sejenak foto-foto dan merasakan (sedikit) sentuhan airnya… hehehehehehe… nakal ya… udah dibilangin ga boleh main air di situ, masih juga bandel 😀
Finally, kami sampe deh ke Tanjung Kelayang. Turun dari perahu, kami masih punya sedikit waktu sebelum melanjutkan acara berburu mie Belitong sore ini, kami memutuskan untuk bersantai sejenak menikmati sapaan sore di Tanjung Kelayang ditemani kelapa muda yangg rasanya segeeeeerrrrr…. banget 🙂
Setelah menghabiskan air kelapa muda (masing-masing dari kami ngabisin 1 buah kelapa muda lho…. hihihihihihihi…), kami pun melanjutkan perjalanan. Let’s go hunting for mie Belitong!
Berdasarkan rekomendasi dari temen yang udah ke Belitong, mie Belitong yang enak itu adalah mie Belitong Atep yangg ada di pusat kota. Dan… meluncurlah kami ke sana…
Sampai di mie Atep, ouw… rame juga yang ngantri… kami nyari meja yang bisa nampung gerombolan rusuh ini. Dapet lah 1 meja panjang, jadi kami bisa bareng-bareng deh makan mie Belitong-nya. Oh iya, pasangan makan mie Belitong ini adalah es Jeruk Konci. Tadinya gw mikir, yang dibilang es Jeruk Konci itu apa?
ini tampilan mie Belitong yang heboh itu
Ternyata…. es Jeruk Konci itu adalah es dari buah jeruk kecil-kecil yang di sana namanya Jeruk Konci 😀
Seruput pertama… hmm… seruput ke-2, segeeeeerrrrrrrr… hehehehehehehe…

 

Mie Belitong sendiri isinya sejumput mie kuning, beberapa potong kecil tahu yang sudah digoreng, kentang, udang dan disiram kuah kari udang yang sedikit kental, dan ditaburi beberapa keping emping melinjo. Rasanya… hmm… yummy…. enak banget…
Cocok bener makan mie Belitong sore-sore, setelah badan capek maen air seharian, laper, dingin, ditemani segelas es Jeruk Konci… Perfecto!

 

Selesai menyantap mie Belitong, ga perlu nunggu lama untuk menghabiskan 1 porsi mie Belitong karena porsinya (cukup) kecil 😀 kami pun kembali ke hotel.

Yang ada di pikiran gw saat itu adalah… MANDI! 😀 hehehehehehehe…

Setelah seharian hanya air laut yang menempel di sekujur tubuh ini, meninggalkan rasa lengket yang pekat, sekarang saatnya bersih-bersih dengan air tawar.

 

Abis mandi, udah harum 😀 dan yang jelas udah ga lengket-lengket lagi nih badan, gw dan Rika saling ceki-ceki foto di kamera. Wah… ternyata gw dan Rika sama-sama gila klo untuk landscape… klo dirata-ratain, masing-masing punya sekitar 400-an foto!!!

Oh la..la… banyak yaaaaaa…..

Sekitar jam 7 malem, Ayu dateng lagi. Janjinya, malam ini Ayu akan nganter gw dan Rika hunting oleh-oleh dan makan seafood. Masak iya, udah jauh-jauh ke Belitong ga sempet ngerasain makan seafood di sini kan…..
Ternyata… mbak Sumi mo ikut. Dan bapak tour guide kami (beneran ini, karena udah kelamaan baru ditulis, gw lupa, siapa nama si bapak guide itu – maaf ya pak, ini lupa beneraaaaaannnnn…) udah siap dengan mobilnya di depan hotel.
Jadi lah malam itu, gw, Rika, mbak Sumi, Ayu dan suami serta bapak guide menyusuri jalanan kota Tanjung Pandan mengarah ke galeri (orang sana nyebutnya gitu) untuk hunting oleh-oleh.

 

Sampe di galeri, gw dan Rika mulai nenteng keranjang. Keritcu (kripik cumi), kripik kulit ikan, teri crispy, miniatur perahu, t-shirt, bros pun berpindah tempat, dari rak ke dalam keranjang 😀
(hehehehehe… maap, klo urusan oleh-oleh gw emang sedikit royal eh, kalap ding lebih tepatnya… abisnya, list-nya panjang banget… mulai dari keluarga di rumah, temen kantor, sahabat gw di kost… pokoknya kayak mo ngasi makan orang sekampung deh…. lebay ga sih gw? hehehehe…)
Dan…. taaraaaaa… sekotak gede oleh-oleh atas nama gw pun siap di depan meja kasir. Busyet! Ternyata belanjaan gw banyak banget 😀
It’s okay, abis bayar, masukin belanjaan ke bagasi, trus kami pun melanjutkan perjalanan ke restoran Dewi.

 

Sampai di resto, nyari meja kosong, dan mata pun mulai menari-nari menyusuri deretan menu makanan yang ada di list menu.
Malem ini, menu dinner-nya: udang saos asam pedas, kepiting asam manis, cumi goreng tepung, cah kangkung, otak-otak Belitong, dan beberapa botol air mineral.
Whuaaaaa… asap mengepul dari piring cah kangkung, menyusul udang asam pedas, kepiting asam manis… mari kita sikat guys…..

Nyam…nyam…nyam… enaaaaaaaaakkkkkkk….

Malam terakhir di Tanjung Pandan, kami tutup dengan makan seafood segar yang enaaaaaaaakkkkkkk…. 🙂

 

Selesai makan, kami langsung pulang ke hotel. Sebenarnya masih pengen keliling-keliling kota Tanjung Pandan, tapi apa daya… jam 10 malam mobil harus off, balik ke garasi 🙁

Gpp deh, balik ke hotel, packing, kan besok udah harus balik ke Jakarta.

Malam terakhir di Tanjung Pandan, rasanya senang banget deh liburan di sini. Walau pun masih ada rasa ga puas karena blom nyampe ke Belitong Timur – sebagai bocoran, di Belitong Timur kita bisa liat Kelenteng Dewi Kwan Im, trus bisa liat SD Gantong yang jadi lokasi film Laskar Pelangi, bisa menjelajahi kawasan Manggar dan sekitarnya.

Next time klo ke Belitong, gw harus sampe ke Belitong Timur! 😀
Itu artinya, kudu nabung lebih giat lagi kan yaaaaa…..kan mo ke Beltim…hehehehehe…

 

 

Minggu pagi, 22 April 2012

Pagi ini, setelah beres-beres, kemudian sarapan, kami ber-7 udah duduk manis di lobi hotel menunggu jemputan. Carrier, travel bag, kardus oleh-oleh semua udah dikumpulin biar ga ada yang ketinggalan. Eng..ing..eng… jemputan dataaaaaaang…..

Karena waktu berangkat masih cukup lama, kami akhirnya diajak keliling-keliling kota. Menyusuri setiap sudut kota Tanjung Pandan. Mengintip Kelenteng Hok Tek Che atau yang dikenal dengan nama Kelenteng Pasar Ikan, menyusuri dermaga penumpang Pangkalbalam, dan…. kembali ke mie Atep 😀

Hehehehehe… ternyata temen-temen masih ingin berburu oleh-oleh di sana. Di mie Atep, ada kue pia yang ukurannya segede tutup gelas. Kata mbak Ida, rasanya enak. Jadi lah mbak-mbak yang lain pun berburu pia di mie Atep.
Salah satu sisi Dermaga Pangkalbalam
Replika Batu Satam di pusat kota Tanjung Pandan
Gw dan Rika lebih memilih melihat-lihat pusat kota Tanjung Pandan dari sudut kamera kami. Di pusat kota ada monumen replika batu Satam (Bilitonite). Batu Satam ini merupakan batu meteor yang hanya bisa ditemukan di Belitong.
Setelah teman-teman yang lain selesai berbelanja, kami pun kembali ke hotel.
Kali ini kami beneran siap-siap untuk ke bandara. Barang bawaan mulai dimasukkan ke bagasi mobil… waks… full banget, jadi kayak abis mudik 😀
Sesampainya di bandara, Rika, Mbak Sumi, mbak Ida, mbak Karti, mbak Laras, dan mbak Dewi, langsung check-in dan boarding. Sementara gw, seperti waktu berangkat, pisah pesawat dengan mereka…hiks..hiks.. Dan…. seperti yang terlihat di foto, counter check-in penerbangan gw masih tutuuuuppp… huhuhuhuhuhu….
hihihihi…masih tutup counter-nya 😀

 

Finally, Belitong memang salah satu surga di Indonesia… jadi makin cinta deh sama Indonesia…..

 

Untuk teman-teman yang mo liat peta Belitong keseluruhan, foto di bawah ini mudah-mudahan cukup ya… Ayo, cobain deh ke Belitong, masak kalah sama bule-bule itu yang udah bolak-balik ke Belitong…

 

3 Replies to “Belitong, Surga yang Tersembunyi”

  1. Anonymous says: August 18, 2012 at 2:57 am

    This comment has been removed by a blog administrator.

  2. Anonymous says: August 19, 2012 at 1:20 pm

    nice trip journal. 🙂
    this place is one of Indonesian finest.
    will be there someday.. soon.. – with my sweetdear 🙂

    keep sharing the best of Indonesia to the world.
    I love Indonesia 🙂

    happy bunny

    1. Evy Priliana Susanti says: September 26, 2012 at 10:09 am

      just have a moment to reply ur comment 🙂
      u should go there and see everything with urs
      that was amazing, i can’t say anything with words

      i’ll share every moment i saw…
      and DAMN, I LOVE INDONESIA SO MUCH!!! 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.