Sepotong bambu besar tampak dipeluk oleh beberapa lelaki dewasa. Langkah mereka terlihat sarat, seperti sedang membawa beban yang sangat berat. Kerumunan masyarakat yang sedang melihat rombongan Paji Nyili Nyili di perbatasan Kampung Gamtufkange dan Kampung Soa Sio pagi itu sedikit tersibak ketika rombongan yang membawa bambu ini bergerak mengikuti rombongan pembawa Paji dari Kampung Gamtufkange tiba di perbatasan Kampung Soa Sio.
Terlihat seorang pawang berpakaian kemeja biru gelap membawa sebuah tempat dupa dengan asap putih yang mengepul, Sang Pawang. Sesekali tangan sang Pawang bergerak di atas tempat dupa, meniup dan mengarahkan asap putih ke arah bambu, dan secara tiba-tiba bambu seperti bergerak sendiri. Ketujuh lelaki berbadan tegap yang memeluk bambu di depan dadanya terlihat siaga dan berusaha untuk menahan gerakan dari bambu tersebut. Terdengar beberapa kali teriakan dalam bahasa daerah yang tidak saya pahami, dan rombongan lelaki yang sedang mendekap bambu itu pun setengah berlari mengikuti pergerakan bambu yang tiba-tiba. Tubuh mereka condong ke depan seolah mendorong sebuah kekuatan yang tidak tampak yang berada di dalam bambu. Seorang lelaki terlihat hampir jatuh tersungkur ketika tiba-tiba bambu seolah-olah bergerak balik ke arah mereka. Namun sebelum tubuhnya mencapai jalanan aspal, seorang lelaki lainnya dengan sigap menahan bambu dan menggantikan posisi lelaki yang akhirnya sukses melepaskan pelukannya dari bambu itu. Pawang kembali mendekat dan menghembuskan asap putih dari tempat dupa ke arah bambu, dan lagi-lagi bambu seolah-olah menggeliat ingin melepaskan diri dari pelukan para lelaki tersebut.
Ya, yang sedang saya saksikan itu adalah permainan Bambu Gila. Saya menyaksikan permainan itu saat melihat ritual Paji Nyili Nyili yang merupakan rangkaian acara di dalam kegiatan Hari Jadi Tidore ke-910. Pagi itu saya merasa beruntung sekali bisa melihat 2 tradisi unik sekaligus, yaitu penyerahan Paji dari Kampung Gamtufkange ke Kampung Soa Sio dan Bambu Gila. Bambu Gila merupakan permainan yang sangat popular di seantero Maluku dan sekitarnya. Biasa ditampilkan dalam pada acara adat dan budaya di sana.
Nama asli dari permainan Bambu Gila ini adalah Bara Masuen. Konon permainan ini sudah ada di Maluku sebelum masuknya agama Islam dan Kristen di sana. Mungkin peninggalan sejak jaman animisme dan dinamisme. Permainan Bambu Gila biasanya akan dimainkan oleh 7 orang lelaki dan seorang Pawang. Bambu yang akan digunakan dalam permainan ini akan dipeluk oleh 7 orang lelaki itu di depan dada mereka, dan Pawang kemudian akan membakar kemenyan/dupa di dalam sebuah wadah khusus (biasanya) yang terbuat dari tempurung kelapa. Setelah asap putih muncul, sambil membaca mantera, Pawang akan meniupkan asap putih tersebut ke arah Bambu. Akibatnya Bambu seperti bertenaga, bergerak oleh kekuatan yang tidak tampak. Gerakan Bambu akan mengikuti hembusan asap dupa/kemenyan yang dimainkan oleh Pawang. Permainan Bambu Gila ini biasanya akan diiringi dengan musik tradisional seperti Tifa, Gong, Genderang dan lainnya.
Bambu yang bisa digunakan untuk permainan ini konon tidak bisa sembarangan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, misalnya Bambu diambil dari hutan dengan melakukan sebuah ritual khusus, Bambu harus memiliki jumlah ruas ganjil, diameter Bambu sekitar 8 – 10 cm, Bambu yang telah dipilih kemudian dibersihkan dan diikat kedua ujungnya dengan menggunakan kain berwarna cerah serta diperlakukan secara khusus layaknya manusia.
Permainan Bambu Gila ini akan terus berjalan selama Pawang tidak menghentikannya, atau sebelum ada seorang pemain yang terjatuh. Apabila sudah ada pemain yang terjatuh, makan permainan akan dihentikan. Dan untuk mengakhiri permainan, Pawang akan membalikkan wadah dupa/kemenyan yang dipegangnya. Namun gerakan mistis dari Bambu baru benar-benar berhenti apabila sang Pawang telah memberi “makan” kepada Bambu berupa api dari kertas yang dibakar sambil membaca mantera.
Pada jaman dahulu, Bambu Gila banyak digunakan pada kehidupan masyarakat sehari-hari untuk melaksanakan pekerjaan berat seperti misalnya memindahkan perahu yang telah dibuat ke pinggir laut, dan lain-lain. Permainan Bambu Gila sendiri menggambarkan semangat gotong royong dan bekerjasama dari pergerakan yang kompak dan seirama dari para pemainnya.
ini bisa di sebutkan sebagi tradisi di indonesia
jadi harus di lestarikan
betul! semoga tetap dipertahankan dan dilestarikan 🙂