Selesai wisata religi (ihiy…istilahnya mantep :D), saya dan teman-teman langsung capcus untuk sedikit sunbathing hari itu. Biar eksotis dikit lah… (padahal yang ada, pulang mantai langsung gosong, hehehehehe…). Tujuan utamanya adalah Goa Batu Cina dan Pantai Watu Leter untuk pelepasan tukik. Trip kali ini emang agak beda acaranya, ga melulu mantai dan gunung yang diliat, tapi juga konservasi penyu. Itung-itung sambil belajar kan….
Dari Mesjid Tiban, perjalanan diarahkan menuju Malang bagian Selatan, Pantai Goa Cina. Namun, sebelum sampai ke sana, perjalanan dibelokkan dulu ke lokasi Konservasi Penyu Sitiarjo. Konservasi Sitiarjo merupakan sebuah Kelompok Masyarakat Pengawas “Gatra Alam Lestari” yang secara mandiri melakukan konservasi terhadap jenis-jenis Penyu yang memiliki habitat di sekitar pantai-pantai yang ada di daerah Malang bagian Selatan. Kendaraan yang kami naiki mengantarkan kami pada halaman berpasir dari sebuah rumah kediaman bapak Sumenggaring Budi Leksono (duh, namanya bener ga ya? harus cek di sertifikat, udah dibenerin ya nama bapaknya :D).
Di kediaman pak Sumenggar ini, kami diajak ke halaman belakangnya. Di salah satu pojoknya terdapat bak-bak plastik yang berisikan tukik atau bayi penyu. Ada beberapa macam tukik yang ada di sana, yang saya sendiri ga hapal, apa aja? Padahal waktu itu udah diterangin oleh pak Sumenggar #tutupmuka #malu
ini nih tempat konservasi penyu Sitiarjo (photo by mas Ahmad)
Di bagian tengah halaman belakang, terdapat bangunan kotak-kotak dari batako yang diisi dengan pasir. Masing-masing kotak berukuran sekitar 30 x 30 cm. Di sini telur-telur penyu yang didapat dari pencarian di pantai ditetaskan. Yang kemudian setelah menetas, akan dipisahkan ke dalam bak-bak plastik tadi berdasarkan umurnya. Selanjutnya tukik akan dipelihara sampai dianggap sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan aslinya. Dan kemudian akan dilepaskan ke laut. Beruntungnya kami, pada saat saya dan teman-teman berkunjung, ada beberapa ekor tukik yang sudah memenuhi syarat untuk dilepas ke habitat aslinya. Jadi nanti sore, kami akan langsung melepas tukik ke laut. Yeeeeaaaayyyy!!!
ini penyunya jenisnya beda-beda, tapi jangan tanya ya, apa aja… asli, lupa :p (photo by mas Ahmad)
dijelasin macem-macem jenis penyu, pulang dari sana, lupa 😀 (photo by mas Ahmad)
Setelah melihat-lihat lokasi konservasi penyu di halaman belakang, kami di jamu pak Sumenggar di ruang tamunya. Beberapa sisir pisang hasil kebun dan air mineral menemani obrolan kami siang itu. Pak Sumenggar bercerita bagaimana usaha beliau dan teman-teman di konservasi berusaha memberikan penjelasan dan pengertian kepada warga, agar tidak memburu telur penyu. Atau supaya warga yang memburu telur penyu kemudian mau menjual telur penyu yang mereka dapat kepada konservasi untuk dibudidayakan.
abis liat-liat penyu. kita dijamu pisang hasil kebun sendiri (kebunnya pak Gerlan Sumenggar sih :D) (photo by mas Ahmad
udah diceritain tentang penyu, dijamu pula… asik ya? (photo by OurTrip1st)
Karena kami resmi berkunjung ke konservasi dan akan melepas tukik sorenya, pak Gerlan Sumenggar mengatakan bahwa kami semua akan mendapat sertifikat! Wah…. trip kali ini benar-benar beda ya???
Karena hari semakin siang, dan perut pun mulai menagih jatahnya, kami kemudian berpamitan kepada pak Sumenggar dan seisi rumah. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sendang Biru untuk menikmati makan siang. Kami dijanjikan oleh mas Dani akan dijamu dengan menu ikan tuna bakar yang lezat.
makan siangnya di sini (photo by mas Ahmad)
Dan tidak lama kemudian, kami pun tiba di sebuah warung makan sederhana di pinggir Pantai Sendang Biru. Sebuah meja panjang sudah tersedia, dengan kursi-kursi plastik yang mengelilinginya. Dan tak lama kemudian, 3 piring ikan tuna bakar sudah terhidang di hadapan saya dan teman-teman. Ditemani nasi putih yang masih mengepul, urap + lalapan dan sambel yang pastinya pedes menurut saya. Hmm….. makan siang kali ini nikmat banget. Sembari menyuap nasi putih + potongan ikan tuna bakar, angin sepoi-sepoi bertiup dan sayup-sayup terdengar gemercik air di pantai. Perfecto!!!
ini pada ngapain sih ber-2? ekspresinya sampe segitunya :p (photo by mas Ahmad)
iyus udah ga sabar nih… serius banget sama mangkok sambelnya (photo by mas Ahmad)
Hidangan semeja penuh, tanpa memakan waktu lama segera licin tandas tak bersisa (kecuali tulang ikan dan sedikit sisa sambel di piring). Huuuuaaaaaaaaahhhhhh…. makanannya enyaaaaaaakkkkk…. #jilatbibir
ini hasil menggragasnya siang itu, bersih….. :p (photo by OurTrip1st)
Perut udah kenyang, sekarang bakar kalori dikit, kita jalan-jalan ke pantai yuk!
Berhubung tempat kita maksi tadi ga seberapa jauh dari Pantai Goa Cina, jadi ga pake lama, kami pun sampai di Pantai Goa Cina. Siang itu, air di Pantai Goa Cina lumayan surut. Jadi ombaknya ga seberapa besar. Padahal aslinya, Pantai Goa Cina terkenal dengan ombaknya yang liar. Dan siang itu, dengan pedenya kami menelusuri bibir pantai ditemani sinar matahari yang sedang diskon gede. Gapapa lah gosong dikit, yang penting senang… hihihihihihi…
sebagian pemandangan di Pantai Goa Cina
Pantai Goa Cina merupakan pantai batu yang luas. Pada saat air laut surut seperti saat ini, kita bisa mencoba untuk berjalan menuju sebuah pulau kecil yang terletak agak menjorok ke arah laut. Tapi jangan coba-coba ke sana kalau air sedang pasang, gelombangnya sedikit nakal soalnya. Saya yang niatnya memang hanya ingin hunting foto itu, memutuskan untuk tidak berbasah-basah. Jadi cuma melipir di sepanjang pinggir pantai.
karena air lautnya sedang surut, bisa dapet spot yang beginian
Suasana di pantai ini enak banget (kalo saya sih ya…), tenang, anginnya juga adem, jadi bisa ngurangi panasnya matahari. Kebayang jalan di pinggir pantai ini di senja hari menjelang sunset, sambil pegangan tangan sama si dia…. ah, romantis ya…. (trus gubrak, jatoh dari kursi, dan mimpi pun buyar :D).
I step on Pantai Goa Cina!!! (hobi banget deh motoin kaki :D)
nah, teman saya yang ini emang selalu aneh kalo dipoto, kenapa juga harus nungging begitu Win? :p
Dari Pantai Goa Cina, karena kami ada acara mau lepas tukik, saya dan teman-teman kemudian melipir ke arah kanan pantai, ke Pantai Watu Leter. Pantai ini letaknya sederetan dengan Pantai Goa Cina, jadi kami cukup berjalan kaki saja (ya… walaupun sebenarnya setelah dijalani cukup jauh juga sih… ada kali sekitar 20 menit baru sampe ke Pantai Watu Leter).
yang baju kuning itu namanya mbak Sri Seswanti, yang sabar banget cerita tentang kegiatan di Konservasi Penyu Sitiarjo (photo by mas Ahmad)
Pantai Watu Leter
masih Pantai Watu Leter
Perjalanan kami ke Pantai Watu Leter ini ditemani oleh mbak Sri Seswanti dari Konservasi Penyu Sitiarjo. Sepanjang jalan, mbak Sri bercerita banyak tentang kegiatan yang dilakukan di Nitiarjo. Apa saja yang mereka lakukan untuk melaksanakan proses konservasi terhadap penyu-penyu yang berhabitat asli di sekitar pantai-pantai yang tersebar di Malang Selatan ini. Selain bercerita, mbak Sri juga membawakan kami 6 ekor tukik yang siap dilepas ke habitat aslinya.
blom juga ngelepas tukik, udah maen pose ajah :p (photo by OurTrip1st)
Begitu sampe di Pantai Watu Leter, mbak Sri pun mencari bagian pantai yang memungkinkan kami untuk melepas tukik-tukik itu. Dan teman-teman udah rebutan aja ngambil tukiknya. Karena tukik yang siap dilepas hanya 6 ekor, jadi ga semua yang ikut trip ini bisa lepas tukik. Saya juga ga kebagian tuh…. hiks 🙁
Yah… cukup lah saya ngeliat aja kehebohan teman-teman yang pada ngelepas tukik, blom lagi pada teriak-teriak nyemangatin tukiknya supaya sampe ke laut dengan selamat (kayak tukiknya ngerti aja ya disemangatin :D).
tukiknya dilepasin woi…. bukan dijadiin asesoris untuk poto :p
ibu penyu………..
liburan anti mainstream ternyata asyik juga ya…. (photo by OurTrip1st)
come on baby, u can do it!!!
Dan akhirnya, ke-6 tukik pun selamat sampai ke laut. Hebohnya……
Lepas tukik udah beres, sekarang saatnya kembali ke tempat parkir bis yang bakal nganterin saya dan teman-teman selama trip ini. Pantai Watu Leter juga udah mulai gelap, ga bisa liat apa-apa lagi.
Yuk ah kita capcus… kan mau ke Cemorolawang…. Bromo kita……